Mohon tunggu...
Imam Suryanto
Imam Suryanto Mohon Tunggu... Lainnya - Just for sharing!

Government Public Relations. Founder/CEO Bright Up Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Public Relations: New Normal, New Style

16 Juni 2020   08:54 Diperbarui: 16 Juni 2020   19:01 3878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

New Approach-New Culture

Seorang PR harus siap untuk ditempatkan dalam setiap kondisi. Sebagai PR profesional tentunya harus memiliki strategi dalam mengatasi setiap krisis yang terjadi. New approach (pendekatan baru) yang efektif perlu dilakukan agar tercipta suatu strategi yang tepat.

Terdapat beberapa strategi pendekatan baru yang dapat dilakukan oleh seorang PR dalam menghadapi krisis khususnya di masa pandemi saat ini. Nah, strategi pendekatan yang tepat ini akan menimbulkan dan membentuk new culture (budaya baru). Adapun beberapa aspek budaya baru seorang praktisi PR adalah accessibility, availability, sensitivity, technology update, dan creativity beyond limits.

Accessibility (aksesibilitas) dan availability (ketersediaan) menjelaskan bahwa seorang PR harus dapat dan siap untuk dihubungi kapan saja dan di mana saja. Karena beberapa krisis tidak dapat kita hindari, jadi PR harus siap sedia 24/7.

Sedangkan sensitivity (sensitivitas) menjelaskan bahwa PR harus mampu menyampaikan pesan dengan hati dan empati. Apalagi di kondisi pandemi saat ini, PR harus dapat membawa kesejukan dan menjaga dinamika informasi positif di masyarakat.

Unsur technology update (pembaruan teknologi) menjelaskan bahwa saat ini kita telah memasuki era digital yang serba modern. Seorang PR dituntut untuk dapat selalu mengikuti perkembangan teknologi sehingga dapat secara efektif dan efisien ketika menyampaikan pesan informasi. 

Dan aspek yang terakhir adalah creativity beyond limits (kreativitas tak terbatas), yang menjelaskan bahwa menjadi seorang PR harus mampu berpikir kreatif untuk mencari solusi atas permasalahan yang ada baik di internal maupun eksternal instansi/perusahaan.

Kondisi pandemi Covid-19 ini membawa banyak perubahan dalam dunia kehumasan/PR. Menjadi profesi PR harus mampu dan siap untuk menghadapi segala tantangan baik yang terlihat maupun yang kasat mata.

PR juga harus mampu beradaptasi dengan segala perubahan yang ada agar dapat mengatasi setiap permasalahan. Hal ini seperti apa yang dikatakan Charles Darwin, "It is not the strongest of the species that survive, nor the most intelligent, but the one most responsive to change".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun