Mohon tunggu...
Imam Suryanto
Imam Suryanto Mohon Tunggu... Lainnya - Just for sharing!

Government Public Relations. Founder/CEO Bright Up Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jamu Batok Yogyakarta, Warisan Budaya Bangsa

21 Januari 2019   16:58 Diperbarui: 21 Januari 2019   17:46 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses pembuatan jamu batok (Dokpri)

Bagi sebagian besar orang Indonesia pasti tidak asing ketika mendengar kata jamu. Apa sih yang Anda bayangkan ketika mendengar kata jamu? Jamu merupakan minuman tradisonal yang sudah ada sejak zaman nenek moyang kita dulu. Jamu dapat dipercaya sebagai minuman tradisional yang mampu mengobati berbagai macam penyakit. Apakah Anda juga percaya dengan fakta tersebut?

Kita sebagai orang Indonesia patut berbangga karena tanah nusantara kita memiliki keanekaragaman hayati yang sangat beragam. Hal ini yang menyebabkan Indonesia menjadi negara yang sangat potensial bagi ditemukannya pengobatan herbal terbaik di dunia. Berbagai jenis tanaman herbal dapat tumbuh dengan subur di Indonesia. 

Tidak heran, jika masyarakat Indonesia sudah sejak lama menggunakan tanaman herbal sebagai pengobatan untuk mengatasi penyakit tertentu. Bahkan, hingga saat ini masih banyak masyarakat yang memilih obat herbal dibandingkan dengan obat berbahan kimia.

Berbicara mengenai obat herbal, jamu merupakan salah satu bentuk olahan dari tanaman herbal yang cukup familiar. Selain berkhasiat, jamu juga dipilih karena memiliki efek samping yang minim. 

Menurut World Health Organization (WHO), terdapat sekitar 80% penduduk di beberapa negara Asia dan Afrika menggunakan obat tradisional untuk mengatasi masalah kesehatan, sedangkan beberapa negara maju, 70%-80% dari masyarakatnya telah menggunakan beberapa bentuk pengobatan komplementer atau alternatif serta obat herbal. Jadi, apakah Anda tetap memilih jamu untuk mengobati penyakit tertentu?

Istilah jamu muncul pada Zaman Jawa Baru, dimulai sekitar abad pertengahan 15-16 masehi. Istilah "jamu" pun diambil dari bahasa Jawa Kuno yang terdiri dari dua kata yaitu "Djampi" yang berarti penyembuhan menggunakan obat-obatan atau doa, dan "Oesodo" berarti kesehatan. Istilah jamu ini kemudian mulai diperkenalkan ke publik melalui dukun atau tabib pengobatan tradisonal.

Hingga saat ini keberadaan jamu semakin berkembang, walaupun pangsa pasar industri jamu masih tetap rendah dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan industri farmasi tetapi pertumbuhan pangsa pasar industri jamu jauh lebih baik dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan industri farmasi yang semakin mengalami penurunan. (dilansir dari laman biofarmaka.ibc.ac.id).

Jamu perlu dikembangkan?

Menurut Anda mengapa jamu perlu dikembangkan? Trend saat ini yang serba back to nature menyadarkan masyarkaat akan pentingnya penggunaan bahan alami terutama menyangkut tentang kesehatan. Sebagian besar masyarakat telah mengerti bahwa obat tradisional selain harganya murah, mudah diperoleh, serta memberikan sedikit efek samping bagi kesehatan tubuh kita. Hal ini memberikan peluang pasar yang baik bagi perkembangan jamu di Indonesia.

sumber: shopback.co.id
sumber: shopback.co.id
Terdapat beberapa alasan mengapa jamu perlu dijaga dan dikembangkan karena meminum jamu dapat menjaga kesehatan dengan sedikit efek samping, selain itu Indonesia juga berpotensi dalam pengembangan jamu karena memiliki beragam flora didukung oleh tanah yang subur. Permintaan terhadap jamu juga terus meningkat baik domestik maupun internasional. 

Serta dalam aktivitas ekonominya, pasar industri jamu Indonesia telah menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dengan nilai penjualan mencapai 6 triliun, telah menciptakan tiga juta lapangan kerja, dan dengan daerah konsumen terbesar di pulau Jawa mencapai 60% pada tahun 2017 (sumber: GP Jamu dan BPOM, 2008).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun