Mohon tunggu...
Mifthakhu Surur
Mifthakhu Surur Mohon Tunggu... -

Bacalah dengan Nama Tuhanmu...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perbedaan Zaman Kami

15 September 2012   05:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:26 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

THR 2001

Ini hidupku.

Dari gerobak sampah hingga mobil mewah.

Dari sebuah kontrakan hingga hotel berbintang.

Dari bangsawan hingga lelaki hidungbelang.

Dari malam hingga pagi menjelang.

Yang penting saling percaya.

Ini hidupku.

Menanti dan terus mencari

Tanpa menunggu lama,ia pun tiba

Tanpa ada rasa ragu,ia pun terpesona

Tanpa ada rasa curiga,ia pun jatuh hati

Tanpa tawar menawar,kami pun cepat beraksi

Yang penting saling percaya

Ini hidupku.

Menadah dan terus meminta

Tanpa menunggu lama,
ia pun mulai membuka dompetnya

Tanpa ada rasa ragu,
ia pun keluarkan semua uangnya

Tanpa ada rasa curiga,
ia pun memberi dengan keikhlasan hati

Tanpa tawar menawar,
kami pun saling berucap terima kasih

Yang penting saling percaya

Ini hidupku.

Pergi dan kembali

Melabuhkan impian dinegeri macan

Menikmati bulan yang mulia dengan setan-setan

Ini hidupku.

Pergi dan kembali

Menatap tanah kelahiran dihari kemenangan

Menikmati uang yang aku rebut dari kekalahan

THR 2010

Ini hidupku.

Dari gerobak sampah hingga mobil mewah.

Dari sebuah kontrakan hingga hotel berbintang.

Dari bangsawan hingga lelaki hidungbelang.

Dari malam hingga pagi menjelang.

Yang penting saling percaya.

Ini hidupku.

Menanti dan terus mencari

Kali ini,aku harus menunggu lama hingga ia tiba

Kali ini,aku ragu ia akan terpesona

Jangankan cepat beraksi,jatuh hati saja masih harus dicurigai.

Bukan masalah tidak saling percaya

Ini hidupku.

Menadah dan terus meminta

Hanya saja,ia enggan untuk membuka dompetnya

Hanya saja,ia enggan untuk mengeluarkan uangnya

Jangankan saling berucap terimakasih,memberi dengan keikhlasan hati saja masih dicurigai.

Bukan masalah tidak saling percaya

Ini hidupku.

Pergi dan kembali

Melabuhkan impian dinegeri macan

Menikmati bulan yang mulia dengan setan-setan

Ini hidupku.

Pergi dan kembali

Menatap tanah kelahiran dihari kemenangan

Meratapi uang yang aku rebut dari kekalahan

(Jakarta malam, 13 September Tahun berapa?)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun