Banyak sekali peran dadakan yang harus aku lakukan dan itu sebenarnya bukan karena aku ingin melakukannya. Bagaimana mungkin aku bisa menjalani peran yang sesulit ini. Peran pendosa yang harus aku jalani, aku nikmati untuk tampil di panggung dunia ini harus benar benar murni, seolah-olah aku berjalan dengan nafsuku sendiri.
Lantas, apakah boleh aku yang seharusnya berperan sebagai pendosa bertekuk lutut merintih dan memohon layaknya seorang alim? Dengan setengah kedaulatan yang dititipkan oleh Tuhan kepadaku, aku hanya ingin menentang peran tersebut. Melakukan suatu hal yang memang murni dari ku, atas dasar cinta ku.
Wahai Tuhan ku, peran yang kau berikan ini menjadikan aku sangat sulit untuk menemukan-Mu. Benar benar sangat sulit. Setiap langkah perjalanan ku, selalu kau hadir kan kekejaman dunia, kekejaman yang benar benar nyata, yang tidak ingin aku lihat sama sekali.
Sudah jelas, sangat sulit untuk bisa menjalani peran tersebut, aku paham betul untuk menentang peran tersebut aku harus berhadapan dengan pendosa pendosa yang lain, yang tentunya akan senantiasa menggoda dengan senyuman hangat, pelukan kasih sayang, agar aku tetap menjadi seorang pendosa.
Nikmat atas peran pendosa ini bukan segalanya, maka aku melangkah menuju nikmat yang lebih utama. Bukan surga, aku tau orang surga akan menyesal di suatu hari karena tidak menemukan-Mu. Maka sebagai orang pendosa sepertiku, yang ku harap hanya bisa bertemu dan bertutur sapa dengan-Mu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H