Seperti dikutip dari tempo.co (13/6) para pemudik yang melintasi ruas tol Jakarta-Cikampek melakukan aksi tidak terpuji dengan membuang sampah sembarangan.
Sampah-sampah yang didominasi plastik pembungkus makanan, tisu dan plastik kemasan dibuang para pemudik melalui pintu dan jendela kendaraan roda empat yang mereka gunakan. Mengutip sumber yang sama, sampah yang berserakan juga terlihat di sejumlah rest area.
Meskipun sudah ada imbauan dan fasilitas berupa tempat sampah di sudut-sudut rest area, orang lebih memilih untuk membuang sampah dengan sembarangan.
Sebuah berita mengenai joroknya Jalan Tol Cikampek yang diposting detik.com melalui media sosial Twitter Rabu (13/6) bahkan mendapatkan 353 komentar bernada geram dari netizen.
"Apa masih belum sadar para pemudik buang sampah sembarangan sangkanya (jalan tol) TPS kalau dibuang di halaman rumah mereka apa nggak marah. SSSSSAAAADDAAARRRR", cuit salah seorang netizen.
Hal yang sama juga saya temui di Jakarta, Senin (11/6) lalu. Di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, sejumlah ruas jalan dipenuhi sampah plastik dan kertas yang berserakan. Sebagian sampah tersebut merupakan sampah para pedagang kaki lima yang tidak dikumpulkan dan dibuang pada tempat sampah umum yang sudah disediakan. Hal ini membuat lingkungan kotor dan terlihat kumuh. Berikut ini foto-fotonya:
Baca Juga: Tetanggaku dan Kisah Ramadan dalam Dua Agama
Lebaran Sebagai Ritual
Salah satu kekhawatiran utama saya adalah pemahaman makna Lebaran yang belum tuntas di kalangan sebagian masyarakat kita. Lebaran hanya dimaknai secara artifisial sebagai ajang perayaan, konsumsi dan hura-hura semata. Mudik hanya dimaknai sebagai formalitas Lebaran dan buka momen silaturahmi karena para pemudik tidak menaruh hormat pada setiap tempat yang disinggahinya.
Bukankah puasa yang dijalani layak dipertanyakan jika secara lahiriah saja banyak dari kita masih belum bisa bersih. Saya khawatir jika sebagian masyarakat kita belum lulus ujian puasa tapi sudah kebelet untuk Lebaran?