Mohon tunggu...
Surtan Siahaan
Surtan Siahaan Mohon Tunggu... Penulis -

Berbahagialah orang yang tidak sukses, selama mereka tidak punya beban. Bagi yang memberhalakan kesuksesan, tapi gagal, boleh ditunggu di lapangan parkir: siapa tahu meloncat dari lantai 20. -Seno Gumira Ajidarma-

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kehadiran Buah Hati jadi Hadiah Lebaran Terindah

8 Juni 2018   18:52 Diperbarui: 8 Juni 2018   19:15 1309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebaran adalah harinya semua orang. 

Bagi umat muslim, Idul Fitri tentu jadi hari yang istimewa. Ini adalah garis finsih setelah 30 hari berjuang dalam lomba maraton menahan lapar, haus dan hawa nafsu.

Berkah Lebaran juga tidak pandang usia. Anak kecil senang karena akan ada banyak makanan enak, teman sebaya, permainan dan tentunya hadiah-hadiah yang bisa mereka dapatkan saat Lebaran.

Sementara bagi orang dewasa, Lebaran artinya istirahat dari rutinitas untuk sejenak menikmati suasana keluarga yang hangat di kota maupun di kampung halaman.

Bagi orang tua, Lebaran menjadi waktu melepas rindu karena bisa bertemu dengan anak-cucu yang merantau mengadu nasibnya.

Namun, Ramadan juga bisa menjadi berkah bagi mereka yang tidak secara langsung merayakannya. Sebab, saat lebaran, non-muslim juga mendapat hari libur yang bisa dimanfaatkan untuk beristirahat atau traveling.

Tidak hanya itu, saat Lebaran setiap pekerja juga mendapatkan tambahan pendapatan karena adanya Tunjangan Hari Raya (THR).

Istilah orang bule, Lebaran itu "Gift that keeps on giving". Maksudnya, Lebaran itu seperti hadiah yang secara berulang dan terus menerus membangkitkan perasaan bahagia yang muncul saat perta kali mendapatkan hadiah.

Baca Juga: Mudik Lewat Pantura, Siap-siap Kenyang Kampanye Politik

Semua Orang Punya Jatah Masing-masing

Karena saya tidak merayakan Idul Fitri secara langsung, saya tidak pernah menerima hadiah Lebaran secara khusus. Paling banter, mendapatkan kiriman berupa ketupat, opor ayam dan rendang dari tetangga. Atau, beberapa hari sebelum libur Lebaran, saya akan membawa pulang bingkisan dari tempat bekerja berupa parsel Lebaran.

Memang, (jika bisa dikatakan sebagai hadiah) meski semua pemberian itu sudah bisa membuat saya senang, tetapi semuanya tidak bisa disebut sebagai hadiah yang spesial.

Namun, Lebaran tahun ini jauh berbeda. Rupanya, semua orang, baik muslim maupun non-muslim yang tidak merayakan Lebaran, punya jatah kado lebaran spesialnya sendiri. Dan, semua hadiah istimewa tersebut disimpan sementara waktu untuk diberikan di momen yang tepat.

Pada Lebaran tahun ini, rupanya menjadi giliran saya untuk mendapatkan kado spesial tersebut. Kado ini spesial bukan hanya karena sudah dirindukan sejak lama dan muncul pada waktu yang

tepat, melainkan juga diberikan oleh pemberi yang paling istimewa yakni pemilik kehidupan itu sendiri.

Begitulah, Lebaran tahun ini akhirnya menjadi sangat istimewa karena kehadiran sang buah hati. Usia kandungan yang mencapai tujuh bulan lebih menjadi suatu kabar gembira yang akhirnya muncul setelah dua tahun lebih mengarungi samudera pernikahan.

Tidak hanya saya, Lebaran bahkan memberikan berkahnya bagi sang jabang bayi yang belum lahir sekalipun. Ceritanya, istri saya adalah seorang wanita pekerja di bidang media. Beban kerjanya bisa dibilang tidak ringan untuk seorang perempuan yang mengandung.

Untungnya, di periode ketika kandungannya semakin membesar dan membuat sang ibu dari jabang bayi semakin kepayahan menahan bobot tubuhnya, Ramadan membuat beban kerjanya jadi jauh lebih ringan. Sebab, selama puasa jam kerja kantor berkurang drastis. Alhasil, sang ibu bisa pulang lebih cepat untuk kemudian beristirahat lebih lama.

Baca Juga: Bagi Petani, THR adalah Ketika Harga Panen Stabil

Memaknai Lebaran

Ilustrasi Hari Lebaran/Sumber Foto: pixabay.com
Ilustrasi Hari Lebaran/Sumber Foto: pixabay.com
Hadirnya kehidupan baru di rahim istri, juga menghadirkan pengalaman baru dalam hidup. Untuk pertama kalinya, meski saya tidak merayakan lebaran secara langsung, saya bisa memaknai Lebaran secara lebih personal.

Saat menulis artikel ini di rumah sakit ibu dan anak, di sela-sela menunggu panggilan dokter untuk konsultasi rutin, saya jadi teringat sebuah ceramah tarawih yang sayup-sayup saya dengar dari masjid dekat rumah, beberapa hari lalu.

Ustad yang ceramah berkata, Idul Fitri adalah hari lahirnya kembali manusia menjadi manusia-manusia baru. Jika direfleksikan secara pribadi, arti manusia baru bagi saya adalah peran dan tanggungjawab baru sebagai seorang suami dan ayah. Saya sadar peran ini tidak mudah untuk dijalani. Terlebih jika menyadari tuntutan kehidupan di masa depan yang akan semakin kompleks.

Namun, saya juga meyakini, jika Tuhan sudah berkehendak untuk menitipkan seorang anak pada saya, maka sebenarnya waktunya sudah tiba untuk memikul tanggungjawab tersebut.

Nah, sekian dulu ya ceritanya. Soalnya, nama istri saya sudah dipanggil untuk masuk ruangan dokter. Selamat menunaikan ibadah puasa dan selamat menunggu kado Lebaran terindah. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun