Rupanya, tanpa pengawasan siapapun, abang saya berulah dengan mengambil botol balsem hijau cap kaki tiga yang tergeletak di atas meja. Rupanya, ketika suaranya tidak terdengar, abang saya sibuk mencari akal untuk membuka botol balsem jadul yang kala itu terkenal paling panas.
"Setelah dilihat ke ruang keluarga, tidak ada yang aneh. Tapi, kenapa menjerit-jerit seperti kesakitan", kenang ibu.
Namun, setelah ibu lebih mendekat pada abang saya, dari kepala bocah bandel itu tercium bau khas balsem cap kaki tiga yang sangat menyengat. Sementara, botol balsem sudah tergeletak dengan tutup yang terbuka.Â
Astagaaaaaa............ nyaris separuh balsem dalam botol sudah habis. Rambut abang saya pun sudah licin mengkilap mirip tokoh mafia Hongkong di film film jadul. Rupanya, abang saya mengira botol balsem itu adalah minyak rambut yang biasa dioleskan ayah ke kepalanya.
Kareba abang terus menjerit-jerit, ibu pun panik dan menarik abang saya masuk kamar mandi. Kepala abang saya diguyur berkali-kali menggunakan air. Namun, bukannya reda, tangisan abang saya malah semakin menjadi-jadi. Balsem yang mengandung mentol memang akan terasa dingin menusuk ketika dibasuh air.
Karena jengkel bercampur panik, ibu membentak abang. Mungkin karena merasa bersalah, atau takut jeritannya pun berubah jadi tangis yang tertahan. Akhirnya tangisnya mereda setelah sebotol sampo habis dipakai untuk membersihkan sisa balsem yang menempel di kepala.
Hampir semua anggota keluarga akan tertawa terpingkal-pingkal ketika cerita ini dikisahkan kembali di sela-sela acara berbuka bersama keluarga besar. Ini ceritaku, kalau kisah-mu apa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H