Wali Pelindung Jawa Barat yang Menikahi Puteri Cina
Cirebon yang multi budaya memang tidak lepas dari sejarah berdirinya. Pendiri Cirebon, seorang keturunan Arab yang diperkirakan lahir di Pasai (Aceh) pada abad ke-15 merupakan penyebar agama Islam paling penting di Jawa Barat.
Saat mendirikan daerah ini, dia menikahi seorang puteri Cina bernama Ong Tien. Tidak heran jika masyarakat keturunan Tionghoa dapat hidup dengan tenteram di kota ini. Bahkan, kita dapat menemukan Kelenteng dengan mudah di Kota Cirebon.
Yang lebih menarik lagi, di makam Sunan Gunung Jati, yang kini menjadi salah satu pusat ziarah terbesar di Pulau Jawa, ritus-ritus Islam berdampingan harmonis dengan ritus berbau Tionghoa.
Tidak jauh dari makam Sunan Gunung Jati, terdapat makam istrinya yang hingga saat ini masih didatangi banyak peziarah keturunan Tionghoa.
Mereka bersembayang dengan membawa persembahan seperti di kelenteng, membakar dupa yang batangnya ditancapkan pada sebuah tempayan tembaga berisi pasir dan melemparkan uang receh bercampur bunga.
Cirebon sendiri sudah diuji berkali-kali dalam perjalanannya sebagai sebuah kota multi etnis. Ketika negara bergejolak seperti saat kerusuhan etnis berkobar di Indonesia pada tahun 1998, tidak satu pun bangunan masyarakat Tionghoa dirusak atau dibakar. Masyarakat lokal bahkan cenderung melindungi masyarakat keturunan Tionghoa yang sudah hidup ratusan tahun di daerah ini.
Melalui Cirebon dan Masjid Abang Panjunan kita belajar bahwa perbedaan kepercayaan bukanlah masalah besar. Perbedaan agama tidak perlu diperuncing sehingga menimbulkan perpecahan. Perbedaan bukanlah aib, melainkan sebuah modal besar untuk membangun bangsa dan peradaban manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H