Mohon tunggu...
Surtan Siahaan
Surtan Siahaan Mohon Tunggu... Penulis -

Berbahagialah orang yang tidak sukses, selama mereka tidak punya beban. Bagi yang memberhalakan kesuksesan, tapi gagal, boleh ditunggu di lapangan parkir: siapa tahu meloncat dari lantai 20. -Seno Gumira Ajidarma-

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Berburu Oli Jepret, Takjil Langka dari Tanah Pasundan

17 Mei 2018   12:42 Diperbarui: 18 Mei 2018   10:28 3280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjual Oli Jepret yang Tersisa di Kota Hujan Bisa Ditemukan Tidak Jauh dari Stasiun KRL Kota Bogor

Salah satu kegiatan seru yang biasa dilakukan di bulan puasa adalah berburu takjil. 

Sembari ngabuburit, bertualang mencari penjual menu berbuka puasa adalah kegiatan yang seru dan menyenangkan.

Biar tidak cuma seru, tapi juga bermanfaat, tidak ada salahnya kamu menyusun rencana untuk berburu kudapan tradisional yang sudah sulit untuk ditemukan.

Hitung-hitung sambil melestarikan dan mempelajari kebudayaan Indonesia melalui kulinernya. Sayang, bukan, Tuhan sudah memberikan kita negeri yang kaya akan keragaman kuliner tapi kita justru tidak menikmatinya.

Nah, salah satu rekomendasi kudapan yang kini sulit ditemukan adalah oli jepret. Bagi kamu yang belum tahu, makanan yang terbuat dari sari singkong ini berasal dari tanah Pasundan. Kamu bisa menemukannya di berbagai daerah yang masyarakatnya menuturkan Bahasa Sunda seperti Sukabumi, Bandung dan Tasikmalaya.

Tapi, bagi warga Jakarta yang ingin berburu oli jepret tidak perlu jauh-jauh. Sebab, camilan dengan perpaduan rasa gurih dan manis ini dapat ditemui di Bogor. Namun, butuh perjuangan yang tidak mudah agar bisa mendapatkan oli jepret.

Soalnya, penjual oli jepret sudah semakin sedikit. Jika dulu kita bisa menemukan penjual oli jepret yang menjajakan dagangannya dengan cara keliling kampung menggunakan pikulan, kini penjual oli jepret hanya tinggal beberapa orang saja.

Makanan satu ini pun sudah asing di lidah warga Bogor masa kini, terlebih anak mudanya. Mereka lebih akrab dengan pie, lasagna, macaroni panggang, cupcakes, pizza, buger dan deretan makanan kebarat-baratan lainnya.

Dua Pedagang Oli Jepret

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari internet, di Bogor penjual oli jepret bisa ditemukan di kawasan Gunung Batu. Persisnya di sekitaran Jalan Mawar. Makanan ini dijajakan oleh seorang bapak dan anak bernama Ki Anim dan Asep Sopian.

Untuk mencapai tempat ini, kamu yang berangkat dari Jakarta bisa menggunakan transportasi umum seperti bus maupun kereta.

Nah, bila menggunakan kereta, tempat Ki Anim berjualan hanya berjarak sekitar 2,4 kilometer dari Stasiun Kota Bogor. Dari stasiun kamu bisa menyambung menggunakan ojek dengan estimasi waktu tempuh sekitar 15 menit hingga 20 menit.

Alternatif lainnya adalah oli jepret yang dijajakan Pak Asep di kawasan Pasar Mawar, Bogor. Pria satu ini sudah mangkal berjualan oli jepret sejak tahun 1980. Pak Asep dapat dengan mudah dikenali dari warna biru terang pada pikulan yang dia gunakan untuk menyimpan oli jepret.

Penjual Oli Jepret yang Tersisa di Kota Hujan Bisa Ditemukan Tidak Jauh dari Stasiun KRL Kota Bogor
Penjual Oli Jepret yang Tersisa di Kota Hujan Bisa Ditemukan Tidak Jauh dari Stasiun KRL Kota Bogor

Pada hari biasa, dua pedagang oli jepret yang tersisa ini berjualan dari pagi hingga sebelum jam makan siang. Namun, saat bulan puasa jam operasi berubah menjadi siang hingga sore hari menjelang waktu berbuka puasa.

Menurut Pak Asep, bahan utama camilan ini adalah singkong parut yang diperas sarinya kemudian dikukus.

Setelah itu singkong yang sudah lembut ditumbuk hingga menjadi bongkahan liat berwarna putih. Sebelum dijajakan, oli terlebih dahulu dipotong potong menjadi lebih kecil agar mudah disantap.

Dalam proses pemotongan, oli yang teksturnya kenyal ditarik hingga Panjang seperti laiknya karet yang ingin dijepretkan.

Asep bilang nama oli jepret diperoleh dari cara pembuatan tersebut. Dari segi Bahasa, oli sendiri merupakan penyebutan uli atau ketan dalam Bahasa Sunda. Orang Jawa mengenal makanan ini dengan sebutan Jadah.

Makanan Jadul dengan Rasa Unik

Menurut saya oli jepret punya tekstur yang unik yakni perpaduan kenyal dan lunak. Rasanya sendiri campuran antara gurih dan manis yang diperoleh dari cocolannya yang terbuat dari ampas kelapa yang disangrai (digoreng tanpa minyak) dan diberi tambahan gula dan sedikit bubuk kopi.

Jadi, selain manis dan gurih, makanan jadul ini juga wangi. Oli jepret cocok untuk berbuka puasa karena kandungan karbohidrat dan glukosannya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi kita.

Karena kandungan karbohidratnya, oli jepret cocok untuk mengganjal perut bagi kamu yang suka menyantap penganan berat setelah salat magrib dan tarawih. Cukup satu hingga dua potong, perut kamu dijamin sudah kenyang.

Harga makanan yang biasanya disajikan dengan cara dibungkus lembaran daun pisang ini juga tergolong murah. Untuk 10 buah oli jepret, kamu cukup tebus dengan uang Rp 10.000. Nah, bagaimana, kamu tertarik berbuka puasa dengan oli jepret?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun