Nah, bila menggunakan kereta, tempat Ki Anim berjualan hanya berjarak sekitar 2,4 kilometer dari Stasiun Kota Bogor. Dari stasiun kamu bisa menyambung menggunakan ojek dengan estimasi waktu tempuh sekitar 15 menit hingga 20 menit.
Alternatif lainnya adalah oli jepret yang dijajakan Pak Asep di kawasan Pasar Mawar, Bogor. Pria satu ini sudah mangkal berjualan oli jepret sejak tahun 1980. Pak Asep dapat dengan mudah dikenali dari warna biru terang pada pikulan yang dia gunakan untuk menyimpan oli jepret.
Pada hari biasa, dua pedagang oli jepret yang tersisa ini berjualan dari pagi hingga sebelum jam makan siang. Namun, saat bulan puasa jam operasi berubah menjadi siang hingga sore hari menjelang waktu berbuka puasa.
Menurut Pak Asep, bahan utama camilan ini adalah singkong parut yang diperas sarinya kemudian dikukus.
Setelah itu singkong yang sudah lembut ditumbuk hingga menjadi bongkahan liat berwarna putih. Sebelum dijajakan, oli terlebih dahulu dipotong potong menjadi lebih kecil agar mudah disantap.
Dalam proses pemotongan, oli yang teksturnya kenyal ditarik hingga Panjang seperti laiknya karet yang ingin dijepretkan.
Asep bilang nama oli jepret diperoleh dari cara pembuatan tersebut. Dari segi Bahasa, oli sendiri merupakan penyebutan uli atau ketan dalam Bahasa Sunda. Orang Jawa mengenal makanan ini dengan sebutan Jadah.
Makanan Jadul dengan Rasa Unik
Menurut saya oli jepret punya tekstur yang unik yakni perpaduan kenyal dan lunak. Rasanya sendiri campuran antara gurih dan manis yang diperoleh dari cocolannya yang terbuat dari ampas kelapa yang disangrai (digoreng tanpa minyak) dan diberi tambahan gula dan sedikit bubuk kopi.
Jadi, selain manis dan gurih, makanan jadul ini juga wangi. Oli jepret cocok untuk berbuka puasa karena kandungan karbohidrat dan glukosannya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi kita.