Tangisan bayi sering disalahartikan oleh keluarga sebagai indikasi rasa lapar (dan kebutuhan akan suplemen), padahal rasa lapar hanyalah salah satu dari banyak alasan respons bayi menangis.Â
Dalam sebuah ulasan yang lainnya menyampaikan bahwa susu formula banyak dipilih ibu yang bekerja sebagai makanan pendamping ASI bahkan pengganti ASI dikarenakan susu formula lebih praktis.
Masyarakat luas masih banyak yang berpikir bahwa susu formula memiliki kualitas gizi yang sama baiknya atau bahkan lebih baik dari ASI, sehingga sering kita dengar, sebagian masyarakat mengatakan dengan bangga bahwa buah hatinya minum susu dengan merk tertentu dimana semakin mahal harga sebuah produk susu formula maka semakin tinggi derajat orangtua di mata masyarakat.Â
Adanya kebutuhan dan ekspektasi yang besar dari orang tua terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak melalui konsums susu merupakan suatu prospek usah yang potensial bagi industri. Akibatnya industri susu merupakan salah satu industri besar di negara-negara yang memiliki jumlah penduduk anak-anak yang tinggi, seperti di Indonesia.
Bagaimanapun, Susu formula menurut WHO yaitu susu yang diproduksi oleh industri untuk keperluan asupan gizi yang diperlukan bayi. Pemberian susu formula diindikasikan untuk bayi yang karena sesuatu hal tidak mendapatkan ASI atau sebagai tambahan jika produksi ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi. Penggunaan susu formula ini sebaiknya meminta nasehat kepada petugas kesehatan agar penggunaannya tepat, sehingga status gizi anak dapat terukur dalam jangka waktu tertentu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H