Mohon tunggu...
Surtam A Amin
Surtam A Amin Mohon Tunggu... Lainnya - Pensiunan PNS

Penggemar fiksi, budaya, politik, dan pariwisata

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gubernur Baru

3 Desember 2024   17:35 Diperbarui: 4 Desember 2024   04:53 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
M@cver Tertidur (Karikatur Surtam dibuat dengan AI)

"Kami semua mohon maaf setulus-tulusnya, Pak!" pinta pengusaha itu dengan nada memelas. "Kemarin itu kami benar-benar khilaf. Kami menyesal. Tidak sepantasnya kami berbuat begitu terhadap Bapak. Sebagai seniman profesional yang kaya imajinasi, pemberian kami kemarin itu sangat tidak memadai. Oleh karena itu kami telah sepakat untuk menambah jumlah nolnya, atau Bapak dapat menulis sendiri berapa jumlah yang sesuai pada cek kosong ini ..." Pengusaha itu menyerahkan selembar amplop seperti kemarin.

Ingin rasanya M@cver menampar muka orang itu. Penghinaannya bertambah keji.

"Pulang. Pulang saja, dan bawa kembali barang ini!"

Pengusaha itu merasa ketakutan. Tanpa basa-basi lagi dia langsung angkat kaki.

"Kurang ajar kau, M@cver!" maki sahabatnya. "Baru menjadi gubernur saja kamu sudah berani menentang ajaran nenek moyang kita."

"Ada apa sebenarnya?" tanya M@cver heran.

"Permintaan yang tidak dikabulkan sungguh sangat menyedihkan. Tetapi pemberian yang ditolak jauh lebih menyakitkan lagi. Kamu telah menyayat hati orang tadi. Nenek moyang kita mengajarkan, jangan pernah menolak pemberian orang, apalagi dengan cara kasar seperti itu."

M@cver  sadar akan kekhilafannya. Dia takut kualat kalau melanggar ajaran nenek moyangnya. "Panggil orang tadi!" perintah M@cver pada petugas keamanan.

Keputusan M@cver itu ternyata mendatangkan kebahagiaan bagi orang-orang di sekitarnya. Para pengusaha bersuka ria. Lebih-lebih lagi isterinya. Seumur hidup belum pernah dia melihat nol sebanyak itu. Ini betul-betul ajaib. Sebentar lagi kehidupan isteri M@cver akan berubah seratus delapan puluh derajat. Sebagai wanita Indonesia dia akan mewarisi budaya bangsa, mendapat status ikutan dari suami. Kalau suaminya disebut 'Bapak Gubernur', maka dia akan dipanggil 'Ibu Gubernur' secara otomatis. Itulah kebanggaan dan keistimewaan wanita Indonesia dibanding kaum prianya. Pria Indonesia tidak pernah dipanggil 'Bapak Presiden' ketika isterinya menjadi 'Ibu Presiden".

Tiga bulan kemudian berbagai komponen masyarakat terdiri dari organisasi pemuda, mahasiswa, LSM, dan kelompok demonstran bayaran berdemonstrasi di depan Kantor Gubernur. Mereka menuntut M@cver mundur sekarang juga. Menurut para demonstran, selama kepemimpinan M@cver provinsi yang dibangga-banggakan seluruh rakyat ini tidak mengalami kemajuan. Malah ada indikasi dekadensi moral merajalela, terutama di lingkungan birokrasi. Pelayanan masyarakat semakin buruk. Proyek-proyek pembangunan yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat, ternyata berlumuran lumpur KKN. Banyak pelaksanaan pekerjaan tidak sesuai dengan bestek.

"Bagaimana semua ini bisa terjadi?" tanya M@cver pada Inspektur Provinsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun