Pengaruh Negatif Politisi
Pertarungan politik telah menjadi ajang pecah belah. Sebab bukan persoalan perhelatan politik melainkan moral politik yang rapuh. Politik ini harus ditangani dan dibangun demi membangun peradaban politik yang sehat, bermartabat dan tidak memecah belah bangsa karena syahwat kekuasaan.Â
Dunia saat ini membutuhkan ditumbuhkannya moral politik guna mengembalikan esensi dari ilmu politik yakni demi kesejahteraan masyarakat. Politisi yang buruk, yang hanya mengejar kekuasaan, harta dan tahta telah memberikan pengaruh yang buruk di berbagai belahan dunia. Termasuk di Indonesia.Â
Ujaran-ujaran kebencian para politisi akan disambut dengan pengikutnya bahkan oleh mereka yang tidak memahami apa-apa tentang politik. Hanya berlandaskan kesamaan semata, walau hanya kesamaan emosi. Semburan kebencian para politisi bisa mengacaukan pikiran manusia yang membuat kehidupan menjadi merosot pada titik nadir tanpa kehormatan peradaban.Â
Demikian pula, pola-pola kejahatan pada masyarakat akan semakin kuat apabila ada energi dukungan dari para politisi atau tokoh tertentu. Energi kejahatan ini bagai bola api yang siap menghancuran sebuah negara.
Selain para pemikir politik, Islam pun sangat menjunjung moral politik. Â Menurut al-Ghozali moral dan politik adalah sesuatu yang tidak boleh dipisahkan. Moral diperlukan oleh masyarakat untuk menentukan nilai baik dan buruk tindakan serta keinginan orang didalam masyarakat dan politik diperlukan sebagai pengatur masyarakat supaya sesuai dengan aturan-aturan moral yang diterima masyarakat.Â
Sehingga dalam pembahasannya bukan moral dan politik tetapi moral politik, yang tentu saja moral politik yang dimaksud adalah moral yang didasarkan kepada agama Islam. Mestinya, tidak ada halangan apapun, walaupun atas dasar agama untuk membangun politik yang menjunjung moral di Indonesia.
Moral politik sangat menentukan kualitas sebuah peradaban. Penguasa yang baik, dengan tujuan dan cara yang baik namun kuat sangat diperlukan untuk mendidik masyarakat. Kekuasaan yang diraih dengan cara-cara yang licik oleh orang-orang yang jahat sesungguhnya telah menghancurkan peradaban, budaya adi luhung, sebagaimana semangat yang ingin dibangun oleh orang-orang yang memiliki pikiran besar. Hasrat berkuasa telah melumpuhkan cara-cara baik dan etika-moralitas dalam dunia politik.Â
Sebuah kemunduran akan terjadi ketika moral politik diabaikan dalam tujuan politik untuk meraih kekuasaan. Sejak jaman lampau, Kauilya Pandit dalam risalahnya Arthastra telah mengajarkan bagaimana kekuasaan politik harus diraih dan dipertahankan namun tidak boleh mengabaikan kesejahteraan masyarakat termasuk kualitas moral dan cara berpikirnya.Â
Politik justru didedikasikan untuk kesejahteraan masyarakat, bukan untuk menghancurkan fundamen bangsa yang disusun atas moralitas dan kesatuan. Cakya dan Machiavelli adalah dua kubu pemikir politik pada jaman yang berbeda dan tanah yang berbeda-namun ajarannya terdapat benang merah walau tersamar dalam tatanan moralitas politik guna membangun nilai kebaikan ditengah masyarakat.
Ajaran Nasionalisme dan Cinta Tanah Air dalam Hindu-bahwa umat Hindu senantiasa menjadi simbol perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Ada doktrin sentral dalam ajaran Hindu bahwa bumi lebih tinggi dari Surga dan setiap orang harus menghormati bumi.Â