Mohon tunggu...
Surpi Aryadharma
Surpi Aryadharma Mohon Tunggu... Penulis - Dosen, Peneliti, Penulis Buku, Dharmapracaraka

Gemar membaca, Mencintai Negara, Mendidik Anak Bangsa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Agama, Intelek, Debat dan Fenomena Konversi Agama

26 September 2020   10:13 Diperbarui: 26 September 2020   10:53 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Hasil Penelitian Alasan dan Proses Konversi Agama Umat Hindu di Bali ke Kristen Protestan dan Katolik (Dok. penerbit PARAMITA)

Dengan demikian, intelek, kemampuan rasio sangat penting sebab akan menajamkan pengetahuan. Dalam sejarahnya, tarka-Vada digunakan untuk mengukuhkan suatu kebenaran bahkan digunakan untuk melindungi peradaban. Banyaknya guru-guru spiritual dan cendekiawan yang menguasai tarka akan memberikan inspirasi kepada masyarakat dan membantu dalam memahami kebenaran sehingga masyarakat tetap kokoh pada keyakinan dan Dharma-nya.

Dalam sejarah Hindu nusantara dan di Bali, tidak sedikit kasus konversi agama yang terjadi karena kalah berdebat tentang keyakinan, dimana para ulama, misionaris dibekali ilmu perbantahan dan mempengaruhi pikiran orang lain secara baik untuk menerima kebenaran agama atau keyakinan yang dibawanya.

Veda menyatakan para sarjana hendaknya melebihi kemampuan orang lain, cerdas, bercahaya (karena mengembangkan sifat mulia), bijak bagaikan para Dewa, menyebar-luaskan ilmu pengetahuan, memancarkan gelombang kesucian, mengembangkan ilmu pengetahuan, melaksanakan upacara agama, memiliki wawasan kedepan, mengembangkan perbuatan luhur dan bijaksana.

Kaum cendekiawan hendaknya senantiasa memiliki dan mengembangkan kecerdasan, kemuliaan, mampu menyingkirkan sifat-sifat buruk dan bekerja untuk kemakmuran masyarakat. Kemampuan intelektual sangat ditekankan dalam Veda yang harus dimiliki oleh kaum cendekiawan guna memahami secara baik gudang pengetahuan dan kebijaksanaan.

Jadi dalam Hindu tidak menerima kebenaran secara membabi buta sebagai kebenaran Tuhan melainkan mengembangkan intelek untuk memahami segala sesuatu dengan lebih baik. Yajur Veda XXV.15 menyatakan "devn bhadr sumatir jyatm-Semoga kami memperoleh intelek kedewataan dari para Dewa yang mulia, untuk kesejahteraan kami."

Seorang cendekiawan, seorang sarjana diisyaratkan untuk lihai berkomunikasi dan mengerti makna pembicaraan sebagaimana dinyatakan Rgveda IX.87.3 :

sa cid viveda nihita yad sm

apcya guhya nma gonm

Rgveda IX.87.3

"Seorang sarjana mengetahui rahasia (makna) pembicaraan."

Selain itu, bukan sekedar memahami pengetahuan dan rahasia pembicaraan, seorang cendekiawan juga harus mampu memiliki mata ketiga dari pengetahuan, artinya memahami hal yang paling rahasia dari pengetahuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun