Mohon tunggu...
Surpi Aryadharma
Surpi Aryadharma Mohon Tunggu... Penulis - Dosen, Peneliti, Penulis Buku, Dharmapracaraka

Gemar membaca, Mencintai Negara, Mendidik Anak Bangsa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengapa Sang Buddha Harus Lahir dari "Rahim" Hindu?

12 Juli 2020   18:49 Diperbarui: 12 Juli 2020   18:47 979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keterangan Foto : Sang Buddha mencukur Rambut dalam panil di Candi Borobudur (Sumber Foto : travelzaurus.com)

Sang Buddha, Siddharta Gautama lahir dari Rahim Sanatana Dharma, demikian pula Mahavira. Budha dan Jaina dalam Hindu dikenal sebagai reformis Hindu, membawa angin reformasi bagi Hindu.  Keduanya meninggalkan Veda dan membangun Dharma yang spesifik.

Jika kita membaca Filsafat Hindu, kita akan menemukan tentang keberadaan Jaina dan Buddha Dharma, keduanya sebagai gerakan reformasi Hindu di jaman lampau. Jaina menekankan diri pada aspek etika dan spiritual tetapi menolak Veda sehingga disebut sebagai Nastika. Simpati kepada semua mahkluk adalah salah satu ajaran utama Jaina. 

Jaina juga menghormati semua jenis pemikiran dan tidak melakukan penghakiman pada pemikiran yang berbeda. Jaina benar-benar unggul ditengah klaim kebenaran pemikiran sepihak, saya benar, anda juga benar, demikian kalimat yang kerap diucap ketika berbeda pandangan.

Sementara Buddha, ajarannya merupakan protes keras terhadap ritual Brahmana. Buddha mengajarkan bahwa ritual dianggap tidak memadai untuk mencapai keselamatan, diperlukan usaha, perbuatan baik maupun meditasi. Hal yang penting dari ajaran Buddha adalah bahwa tingkat kemajuan seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri, sejauh mana usahanya.

Dalam kisahnya, karena menolak ritual yang konon nyata-nyata tertulis dalam Veda (yang kala itu Veda dan Pustaka Suci serta ritual menjadi otoritas kaum Brahmana), Sang Buddha diprotes keras, bahkan dikecam oleh sejumlah Brahmana Hindu, tempat ia lahir. Apalagi sejumlah murid dari guru spiritual pindah afiliasi dan duduk mendengarkan wejangan Buddha. Menghindari situasi yang keras, Buddha akhirnya berkata, "Tinggalkan Veda, ikutlah denganku..." Kepada murid-murid-Nya.

Keunggulan lainnya jalan Buddha Dharma adalah mengajarkan jalan tengah, sebagai alternatif dari pertapaan yang keras atau hidup dalam foya-foya. Apa yang ditawarkan Buddha bukanlah sistem kepercayaan, melainkan pedoman yang sifatnya universal, agar manusia dapat menjalani hidupnya dengan baik. 

Agama Buddha adalah suatu sistem nilai yang penuh dengan cinta. Tidak ada fanatisme dalam agama ini. Buddha adalah serangkaian nilai-nilai "dharma" yang mengandung ajaran menjalankan kebenaran, kebajikan, dan tanpa kekerasan. Dalam perkembangannya, agama Buddha tidak bermain pada klaim kebenaran, melainkan fokus pada ajaran cinta kasih dan membangun kebaikan dalam hidup.

Ajaran Buddha telah membuat Raja Ashoka yang haus akan penaklukan, melepaskan segalanya dan justru mengajarkan cinta kasih dan pengampunan dalam ajaran Buddha. Penaklukan dan peperangan telah membuatnya lelah. Ia memerlukan tempat untuk berteduh. 

Sabba pappasa akaranam,

Kusala uppasampada,

Sacitta pariyodapanam,

Etam Buddhanam sasanam

Tidak melakukan segala bentuk kejahatan,

senantiasa mengembangkan kebajikan

dan membersihkan batin;

inilah Ajaran Para Buddha.

(Dhammapada : 183)

Tidak mudah memahami intisari ajaran Buddha sebagaimana Dhammapada diatas. Tetapi Agama Buddha telah menunjukkan dirinya sebagai reservoir kesejukan Cinta Kasih dan Dhamma ditengah kekerasan atas nama agama, hujatan, fitnah, berita bohong bahkan kekerasan fisik. Agama Buddha tidak ikut bertarung dalam politik agama, mungkin ia tetap ingin menjadi pejalan sunyi yang pada akhirnya memenangkan hati banyak pihak dengan kesejukannya. Dalam diam, Candi Borobudur, Candi Sewu, Candi Kalasan terus bernafas untuk memberikan angin kesejukan ditengah panas panjang politik agama. 

Saya berharap Buddha Dharma terus mempertahankan posisinya, agar suatu saat, jika ada Putra Putri Sanatani yang luka-luka karena pertempuran, ada rumah untuk berteduh. 

Tetapi saya juga berharap, Hindu Dharma terus mengkoreksi dirinya sebagai Agama Tertua di Muka Bumi, untuk menjadi Pelopor, Cahaya Dharma dengan cara menjalankan kebajikan Hindu diantaranya berpikir, berucap dan berbuat yang benar, bukan hanya dalam teori. Jika sesama saudara tidak bisa rukun, bagaimana bisa dianggap sebagai jalan cahaya ?

Ashoka Surya Dharma 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun