Mohon tunggu...
Hary Tri Suroyo
Hary Tri Suroyo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Aku bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

30 Menit di Kehidupan Emperan

21 Juni 2014   19:48 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:53 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu tengah menunjukan pukul dua belas siang. Seorang pemuda berpakaian putih hitam tengah mondar-mandir di depan warteg Bi Ijah. Entah apa gerangan yang terjadi pada pemuda tersebut, wajahnya tampak cemas dan gelisah. Tak lama waktu berselang pemuda itu memasuki warteg dengan masih memapangkan wajah kecemasannya. Ia berusaha menenangkan dirinya dengan memesan satu gelas es teh manis pada penjaga warteg. Kemudian pemuda berbaju putih hitam itu mengambil es teh pesanannya lalu ia pun duduk di pojok warteg tersebut.

Terlihat di sekeliling pemuda tersebut sopir-sopir angkutan umum sedang lahap menyantab makanannya, ada yang sambil bersenda gurau dengan teman-temanya. Dan ada pula yang membaringkan tubuhnya di emperan kaki lima seraya menutup mukanya dengan sebuah topi. Pemuda itu masih tampak gelisah. Tak lama kemudian seorang kakek-kakek menghampiri pemuda tersebut. Lalu, sang kakek tersebut bertanya. “dari tadi aku perhatikan dirimu sepertinya sangat gelisah, jika kakek boleh tau masalah apa yang menimpamu saat ini..?” kakek tersebut bertanya dengan suara parau. Pemuda tersebut menjawab “saat ini saya sedang tertimpa musibah kek, perusahaan tempat saat ini saya bekerja mengalami kebangkrutan, dan saat ini saya terancam di PHK”. Sang kakek terdiam sejenak  mendengar ucapan pemuda tersebut.

“Bersykurlah nak” ucap sang kakek. Kau masih diberikan kesempatan bekerja. Lihatlah sekelilingmu ini. Mereka membanting tulang hanya untuk sesuap nasi serta memberi nafkah anak istri. Mengamen di jalanan, menjual koran di bawah teriknya matahari. Sedangkan kau telah diberikan kesempatan bekerja di perusahaan. Mungkin saat ini adalah cobaan terberat bagi dirimu. Namun, jika kau belajar untuk bersyukur atas apa yang telah diberikan Tuhan untukmu, niscaya Tuhan akan memberikan jalan yang terbaik untukmu pula. Jika kau benar-benar di PHK. Mungkin, Tuhan memiliki jalan yang lebih baik untukmu kelak. Intinya bersykur adalah kunci kesuksesan. Ucap sang kakek sambil menepuk bahu pemuda tersebut. Tak terasa waktu telah menunjukan pukul dua belas tiga puluh. Ucapan sang kakek itu benar-benar telah mengetuk pintu pemuda tersebut untuk selalu bersyukur. Tak lama kemudian penjaga warteg menghampiri pemuda tersebut seraya berkata “mas, nggak mau nyoba nasinya ya..? nanti kalo Cuma minum doang bisa kembung” penjaga tersebut sambil tertawa dengan terus mengelap piring yang basah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun