Mohon tunggu...
Surmadi Aby
Surmadi Aby Mohon Tunggu... Administrasi - Book, Coffee, Travelling, Movie Addict

#Movie, Entertainment, News, Travelling, Book, Cooking, Doodleart, Design, Art & Education #Purchasing / Procurement #Follow me on official account Instagram, TikTok & Twitter : @surmadi_aby

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sedekah SOlusi yang Tepat..............

7 Agustus 2012   18:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:07 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mungkin ini ramadhan ke lima aku diperantauan, semenjak aku lepas dari SMK aku memang ingin fokus hidup mandiri di Ibu kota Jakarta. Tak mudah memang menjalani hidup sebagai perantauan di Ibu kota Jakarta, suka duka jauh hidup dengan keluarga sering aku alami. Buatku tahun ini adalah ramadhan terberat yang pernah aku alami selama 5 tahun hidup di Ibu kota. Tapi dari sini pula aku bisa memahami makna kehidupan yang sebenarnya, makna akan kehidupan dan bisa menilai akan pentingnya sebuah kehidupan yang sudah Allah kasih ke aku.

Tahun ini kondisi kehidupanku jauh dari kata nyaman (Comfort Zone), semenjak aku memutuskan keluar dari pekerjaanku di salah satu perusahaan swasta yang bergerak dibidang Cargo dan Ekspedisi bulan Februari lalu, aku memang sudah angkat topi dan pensiun dini untuk tidak lagi bekerja ikut orang. Setelah benar-benar resign dari kantor lama tempat aku bekerja aku memutuskan untuk membuka usaha kuliner dengan konsep GEROBAK DIMSUM. Bulan - bulan pertama aku tak bekerja, awalnya memang pas dan tepat sesuai dengan apa yang sudah ku planingkan sebelumnya. Bulan - bulan pertama banyak pesanan dan penjualan cukup baik, banyak pengalaman seru serta kenikmatan yang tak aku dapatkan ketika menjadi karyawan dulu. Mulai dari berbelanja bahan baku, memarketingkan produk, Menjual produk bahkan harus bersusah payah membagi waktu untuk kuliah, waktu tidak ada yang mengatur, hari Libur semauku.  Tapi dari situlah sisi kenikmatan yang tak pernah aku dapatkan ketika menjadi karyawan dulu.

Namun di Bulan kelima dan ke enam setelah usahaku berjalan, memang tak semudah yang kubayangkan untuk bisa mempertahankannya, cobaan dan terpaan mulai datang silih berganti dimasa perintis ini. Aku benar-benar skak dan struggle menghadapi semua keadaan ini, hutang kian banyak, modal jualan sudah habis buat bayar hutang  keluarga.  Menjalani hidup makin tak menentu, pembayaran kampus dan kontrakan sudah didepan mata. Apa yang harus ku lakukan untuk bisa menstabilkan kondisi seperti ini. Disatu sisi pendapatan ( Income ) tak ada, sementara pengeluaran kian banyak. Hidup kulalui dengan kosong dan tak bermakna….aku merasa jauh dari-Nya, aku merasa sudah memberhalakan dunia. Aku ingin kembali normal, rasanya tidak enak jika kita dikejar hutang, rasanya tidak enak jika tak ada uang, hanya untuk membeli sebungkus nasi saja saya tak sanggup, rasanya tak enak ketika orang meminta tolong dan kita tidak bisa memenuhinya…rasanya tak enak sekali dengan keadaan tak menentu ini. Saya sadar uang memang bukanlah segalanya, tapi setidaknya dengan uang kita bisa sedikit membeli kebahagian, dengan uang kita bisa menolong dan membantu orang . Kini aku berada dipersimpangan dilema dari pilihan hidup yang sudah kutentukan dan kupilih, apa yang harus kulakukan dengan semua keadaan ini?haruskah aku bekerja kembali ke orang, haruskah aku mempertahankan usaha yang sedari dulu telah aku impikan.

Disaat yang bersamaan aku mendapatkan kabar yang membuat jantungku seakan berhenti. Ibuku dinyatakan KOMA dan harus menjalani rawat inap di sebuah Rumah Sakit Daerah di kawasan Cirebon Timur, ada apa ini sebenarnya?padahal setauku Ibu itu orangnya sehat, Ibu itu orang yang kuat, Ibu itu jarang sakit, dan Ibu itu pekerja keras. Tapi setelah mendapatkan kabar dari keponakanku yang dikampung seakan aku harus menerima kenyataan pahit bahwa ibuku memang sedang membutuhkaku, ibuku memang terbujur kaku di pembaringan rumah sakit. Sesaat Handphone yang kupegang jatuh seketika, detak jantung seakan berhenti, pandangan mataku begitu kosong, aku lemas dan tak berdaya. Ibuku, permata hidupku satu-satunya kini sedang melawan rasa sakitnya di Rumah Sakit.

Uang yang kupunya hanya selembar lima puluh ribuan, itupun hasil pesanan yang tadi pagi kudapatkan, dari seorang Ibu tetangga dekat kontrakan tempat aku tinggal saat ini. Tapi dengan uang lima puluh ribu itu aku bisa apa buat pulang kampung, sungguh jauh dari kata CUKUP. Aku harus bisa membagi semuanya dengan tepat, disatu sisi aku harus cepat pulang, sebab keadaan Ibu di rumah sakit sangatlah parah. Sungguh sangat dilema, sementara untuk ongkos pulang saja tak cukup. Ya Allah apa yang harus ku lakukan ketika berada diposisi seperti ini?teriak bathinku. Aku teringat akan hadis Rasulullah akan pentingnya sedekah utama, yaitu mensedekahkan dari harta terbaik kita dan disaat kita sedang membutuhkannya. Lalu aku niatkan dan hajat serta minta ama Allah agar dimudahin dan dikuatin dalam ngehadapin semua keadaan ini. Aku putuskan untuk membeli 10 bungkus nasi yang masing-masing seharga Rp 5000 isinya sederhana hanya sayur dan lauk serta sambal. Aku bagikan kepada anak jalanan dan kaum dhuafa disekitar lampu merah dan perempatan PGC, aku yakin walaupun cuman sebungkus nasi bagi mereka sudah sangat berarti.

Beberapa waktu kemudian mantan bos ku yang lama menelponku dan menanyakan kabar serta menyuruh aku untuk datang kerumahnya. selang beberapa waktu aku tiba di rumah Beliau dan Subhanallah, Beliau memberikan sebuah amplop berisi uang senilai satu juta rupiah. Aku merasa seperti ingin pingsan dan tak percaya, setelah aku tanyakan apa maksud Bapak memberikan uang itu untukku. Beliau menjawab: Karena saya tau, kamu sangat membutuhkannya dan ini sebagai rasa syukur saya karena saya mendapatkan bonus dari Maskapai Penerbangan tempat saya bekerja (red: Pilot) saya hanya ingin berbagi dan memberikan sesuatu yang bermanfaat untuk orang-orang disekitar saya. Subhanallah aku sangat terharu sekali, ternyata Allah mengganti semuanya dengan sesuatu yang sangat terbaek ketika kita ikhlas dan pasrah menerima semua yang udah Allah kasih. Alhamdulillah dari uang yang Bos aku kasih, aku bisa pulang kampung untuk merawat dan menjaga Ibu. Aku juga bisa membayar sisa kekurangan administrasi Rumah Sakit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun