Mohon tunggu...
Suriyanto Bari
Suriyanto Bari Mohon Tunggu... menulis -

Berharap bisa belajar dari segala pengalaman hidup. Dari yang paling kecil sampai yang besar.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Tri Brata, Catur Prasetya, Seribu Muka Bhayangkara

2 Maret 2012   01:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:39 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_164167" align="alignleft" width="333" caption="Foto : Dok Humas Polri"][/caption] Dalam beberapa waktu terakhir kita disuguhi pemberitaan tentang kepolisian. Dari mulai yang positif, negatif, hingga yang terkesan nyleneh. Dari yang mulai berhubungan dengan tugas kesehariannya hingga yang kadang sama sekali tidak nyambung.

Era reformasi jadi momentum Polri untuk mandiri, lepas dari bayang-bayang militer ABRI saat itu. Polri berdiri sendiri, sementara ABRI berganti nama menjadi TNI.

TNI benar-benar dikembalikan ke barak. Bersiap memanggil panggilan tugas pertahanan negara. Menjadi pasif tepatnya sebelum perang diumumkan. Mereka hanya menyandang senjata di perbatasan negara.

Sementara Polri mendapat kekuatan lebih dengan terlibat langsung dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. Hal inilah yang membuat Polri terus mendapat sorotan dalam menjalankan tugasnya.

Masalah terjadi saat personel di tubuh Korps Bhayangkara ini terkesan tidak siap menjadi sorotan publik. Salah satu hal ketidaksiapan mereka adalah mereka harus sama sekali menanggalkan baju militernya.

Beberapa kasus kekerasan yang berujung pada tewasnya anggota masyarakat adalah sebuah kesalahan fatal yang harus dibenahi secepat mungkin. Anggota di lapangan sepertinya masih dengan mudah menarik pelatuk senjata mereka untuk memuntahkan peluru. Kasus Bima, Mesuji, dan Rokan Ulu adalah dua contohnya.

Dalam perjalanannya, Polri memang mulai menuju ke arah humanis. Strategi besar trust building saat ini dilanjutkan dengan partnership building. Beragam program digalakan untuk menuju ke arah polisi manusiawi.

Tapi apa daya, entah program yang kurang berhasil, atau memang masyarakat yang terlalu jengan dengan ulah petugas di lapangan, masyarakat saat ini malah terkesan tidak lagi menghargai petugas kepolisian.

Berbagai upaya dilakukan untuk kembali merangkul masyarakat. Seribu muka dihadirkan. Dari mulai menari saat mengatur lalulintas, menjadikan “polisi india” menjadi corong humas (meski kemudian berkhianat), hingga menyuguhkan polisi cakep untuk jadi tontonan pemirsa.

Norman tetap eksis di televisi meski tak menyandang pangkat polisi lagi. Besar sebagai anggota Brimob, “Polisi India” chaiya chaiya ini akhirnya memilih menjadi artis dari pada jadi berkarier di kepolisian.

Briptu Eka, Briptu Dara dan briptu-briptu lainnya tak telat menyapa kita menyampaikan informasi lalulintas di televisi. Yang terbaru, Briptu Saiful Bahri yang punya keuntungan lebih di wajahnya sering diundang di televisi. Meski terkesan menjawab sesuatu yang sudah dihapalkan sebelumnya, wajahnya yang –katanya- menarik menutupi cara bicaranya yang sama sekali tak menarik. Bersamanya kadang ada briptu pesulap yang menghibur pemirsa. (Kapan mereka kerjanya ya??)

Kerja mereka di muka publik ini berbanding terbalik dengan perbuatan anggota-anggota polisi lain yang kadang disebut “oknum” saat merusak citra kepolisian. Tadi malam ada polisi yang ugal-ugalan mengendari mobil patroli hingga menabrak pengendara sepeda motor hingga tewas.

Beberapa waktu lalu ada polisi lalulintas menerima sogokan di jalan. Ada pula polisi cemen yang bunuh diri dengan pistol hanya karena gara-gara putus cinta. Ada pula dugaan penganiayaan terhadap tahanan kakak beradik di Sumatera Barat yang berujung pada tewasnya keduanya.

Belum lagi proses penyelesaian kasus yang terkesan menciderai rasa keadilan masyarakat. Berdalih pada undang-undang, kasus-kasus kecil ditindak demikian tegas. Sementara kasus-kasus besar dibiarkan mengendap dengan alasan kasus rumit atau sulit mencari alat bukti.

Ada banyak ulah-ulah lain kepolisian yang entah sengaja atau tidak membawa-bawa atribut mereka sebagai anggota Korps Bhayangkara, yang menyudutkan nama Polri. Ini menjadi bagian dari seribu wajah Bhayangkara yang dihadirkan.

Dalam bertindak, anggota Polri melandaskan perbuatannya pada Tri Brata. Sementara sumpah setia mereka terhadap negara tercantun dalam Catur Prasteya. Dalam kenyataanya, suka atau tidak, mereka kini telah menampakan seribu muka Bhayangkara.

Tapi bukan berarti saya menyamakan pak polisi dengan tokoh angkara murka Prabu Dasamuka.

Salam.

Jakarta, 2 Maret 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun