Mohon tunggu...
suriya alqadri
suriya alqadri Mohon Tunggu... Foto/Videografer - mahasiswa UMY

ilmu komunikasi selalu di hati

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Kenapa sih Harus Work For Home Saat Pandemi?

31 Oktober 2020   10:39 Diperbarui: 31 Oktober 2020   10:58 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Siapa yang tidak teringat dengan tahun ini. Tahun 2020 yang menggemparkan dunia dengan virus yang bernama Corona. Corona yang kita kenal juga dengan Covid-19 bermula dari Negeri Tirai Bambu Cina. Mungkin awalnya masyarakat skeptis dengan virus ini dan berpikir “ah ini hanya virus biasa, paling sebulan dua bulan akan usai”. 

Namun siapa sangka sudah 10 bulan virus ini mendunia masih diperbincangkan solusinya baik dari segi vaksin maupun pemutusan mata rantainya. Salah satu cara efektif dan tercepat dilakukan pemerintah di berbagai negara adalah  menjalankan protokol kesehatan dengan menjaga jarak.

Protokol kesehatan dengan menjaga jarak ini menciptakan pola baru dalam dunia kerja khususnya perkantoran. Perkantoran masa pandemi khususnya di tahun 2020 telah terjadi banyak perubahan, tidak hanya mempengaruhi perkantoran di dunia usaha namun juga dalam pemerintahan. Saah satunya adalah penerapan protokol Kesehatan dengan menggunakan masker, menjaga jarak dan menjaga kebersihan.

Untuk menerapkan protokol Kesehatan ini maka diterapkan pola kerja baru untuk menekan pengurangan kontak atau pemutusan mata rantai virus ini dengan bekerja dari rumah. Perubahan pola kerja ini untuk mencegah terjadinya kemungkinan dalam satu ruangan diisi oleh banyak orang sehingga terjadi penyebaran virus. Pola bekerja dari rumah atau WFH biasanya banyak dilakukan di dunia perkantoran karena virus covid-19 rentan menyerang pegawai perkantoran. Selain itu adanya tuntutan bahwa rutinitas kantor akan tetap ada meskipun kondisi pandemi telah merubah rutinitas bekerja

Penerapan WFH(work from home) ini membuat mobilitas dan produktivitas pegawai terbatas. Yang dimaksud dengan mobilitas disini adalah pergerakan atau fleksibilitas pegawai dalam bekerja karena harus dilakukan dirumah sehingga pekerjaan yang harus dibahas secara langsung menjadi terhambat. Kemudian terkait produktivitas tentu juga akan berpengaruh karena pekerjaan yang dihasilkan adalah hanya pekerjaan yang dapat diakses menggunakan internet sehingga mudah mengirimkan dan menerima data sedangkan pekerjaan di lapangan akan terhambat.

“WFH sebagai bagian dari 'new normal',WFH bukan melulu perkara suka tidak suka. Ada sederet dampak yang diakibatkan oleh konsep kerja baru ini. WFH ditemukan berpengaruh terhadap produktivitas kerja masing-masing responden. Saat beberapa pekerja mengalami perkembangan kinerja dengan bekerja dari rumah, beberapa yang lain justru memble. 

“Saya selama masa WFH merasa makin malas – malasan karena pekerjaan yang biasanya dimulai pukul 8 pagi menjadi terserah asalkan pekerjaan tersebut alasan. Kemudian untuk pekerjaan yang harus berbentuk dokumen yang harus diprint akan terhambat karena membuat pegawai seperti saya harus kekantor sesuai jadwal WFH” jum’at(30/10) ujar Santi Rahmawati sebagai Aparatur Sipil Negara di Kantor Gubernur Kalimantan Barat.

Merujuk pernyataan tersebut bahwa tak hanya urusan produktivitas, komunikasi juga jadi persoalan utama yang ditemukan dalam konsep WFH. Komunikasi jarak jauh memberikan tantangan tersendiri bagi para pekerja di tengah pandemi terutama untuk wilayah atau daerah yang tidak terjangkau internet.

Seperti, komunikasi kerja jadi kurang lancar atau sering terjadi miss komunikasi. Namun selain masalah – masalah yang ditimbulkan dalam WFH tetapi WFH juga memberikan manfaat yaitu efisiensi biaya bagi karyawan dan perusahaan atau institusi. 

Para karyawan tidak perlu mengeluarkan uang untuk pos transportasi, pengurangan cetak dokumen, dan pengeluaran lainnya. Tidak perlu lagi berdesakan di kendaraan umum atau bermacet ria di jalanan. Tidak perlu lagi berbelanja pakaian kerja dan kosmetika yang mahal. Dengan berada di rumah, pekerja dapat menikmati waktu yang lebih banyak bersama keluarga.

Bagi perusahaan atau institusi, beban operasional dapat ditekan karena berkurangnya aktivitas di kantor. Bahkan, jika dilakukan secara permanen, biaya terkait properti kantor akan berkurang secara signifikan secara keuangan dan akuntansi. Tidak ada lagi sewa ruangan, depresiasi aset kantor, biaya listrik, air, keamanan, dan semua biaya yang terkait dengan pemeliharaan kantor namun biaya yang mungkin akan membengkak adalah biaya komunikasi dan informasi dengan memberikan dana untuk wifi, kuota, data.

Contoh yang paling nyata dari manfaat WFH dalam menekan biaya operasional adalah pada penyelenggaraan seminar. Sebelum Covid-19, pelaksanaan seminar, focus group discussion, lokakarya, konferensi, dan kegiatan pertemuan sejenisnya membutuhkan biaya yang besar meliputi sewa ruangan, sewa peralatan, konsumsi, percetakan, dan transportasi. Biaya tersebut berbanding lurus dengan jumlah peserta. Semakin besar peserta semakin besar biaya yang dikeluarkan.

Maka dari itu, untuk dapat mewujudkan work from home yang produktif, diperlukan komunikasi antara perusahaan/institusi dengan karyawan. Dengan niat dan tujuan yang sama antara perusahaan/institusi dan karyawan yaitu memutus rantai penyebaran Covid-19 maka pelaksanaan work from home diharapkan tidak akan mengurangi tercapainya target kinerja tapi tetap mampu menekan angka penyebaran Covid-19.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun