"Mengubah kurikulum di kelas" kalimat yang muncul saat seorang guru mengomentari penerapan merdeka belajar dan diferensiasi  di kelas menggunakan kurikulum 2013. Â
Apa sih cerita di balik kalimat tersebut? Sejalan dengan kebijakan menerapkan merdeka belajar di kelas masih banyak polemik yang muncul. Bisa disebabkan karena tidak belajar atau tidak mau belajar. Bisa jadi saat sekolah masih menggunakan kurikulum 2013, tetapi guru sudah berani mencoba menerapkan merdeka belajar dan diferensiasi sehingga akan mengalami situasi adopsi kurikulum.Â
"Kurikulum merdeka implementasinya tidak dipaksakan secara langsung. Hal ini merupakan bagian dari implementasi strategi kurikulum yang dilandasi dari kesadaran bahwa proses untuk mengubah proses pembelajaran di sekolah melalui adopsi kurikulum juga adalah proses belajar". Tutur Anindito aditomo dalam program Sapa GTK Episode 2.  Â
Berikut cerita "mengubah kurikulum di kelas" dimulai. Di awal pembelajaran, guru berusaha mencoba menarik minat murid dengan memberikan kebebasan memilih topik yang akan di pelajari.Â
Cara ini diterapkan karena guru ingin murid memiliki rasa percaya diri dan memahami minat dan bakatnya. Perlu diketahui, dalam buku paket murid pada kurikulum 2013 ada beberapa topik yang harus dipelajari tiap semester nya.Â
Di mana tiap topik merupakan isi konten yang harus dipelajari murid dalam tiap Kompetensi Dasar  Berdasarkan topik yang sudah di pilih murid an sudah disepakati secara klasikal, guru mencoba menggali tujuan belajar yang ingin dicapai murid. Pertanyaan pemantik yang digunakan adalah "Apa yang ingin kalian capai/dapat setelah belajar topik ini?".
Bukan hal mudah ternyata bagi murid untuk menyampaikan pendapatnya menjawab pertanyaan terbuka tersebut. Bisa jadi murid belum paham apa itu tujuan belajar. Murid belum terbiasa mengungkapkan pendapat nya sendiri. Masih ada rasa takut mengutarakan perasaannya di depan orang banyak. Dengan sabar guru membimbing murid mau terbuka menyampaikan tujuan belajar nya.Â
Di akhir sesi pembelajaran guru mengajak murid refleksi dengan cara, murid membacakan dengan suara lantang tujuan belajar nya. Kemudian guru menyimpan jawaban murid di dalam amplop berdasarkan persamaan dan perbedaan tujuan belajar yang diutarakan murid.Â
Tujuan belajar ini akan di bacakan kembali di akhir pembelajaran saat refleksi pembelajaran yaitu setelah murid selesai membahas topik pembelajarannya. Maka guru akan melanjutkan dengan pertanyaan pemantik "apakah tujuan belajar ananda sudah tercapai?"
Hasilnya, tiap kelas (rombongan belajar) pada jenjang yang sama memiliki tujuan belajar yang berbeda-beda karena topik yang dipelajari juga berbeda-beda. Contohnya, murid kelas 8.1 membahas topik KD. 3.1 sedangkan murid kelas 8.2 membahas topik KD. 3.3. Dan seterusnya hingga kelas 8.6. Menjadi tantangan bagi guru memfasilitasi belajar murid di tiap kelasnya.Â
Dengan cara ini guru berusaha mengarahkan murid agar tertarik untuk belajar mengasah kompetensi berpikir kritis, kreatif, kerja sama dan mampu komunikasi pemahaman yang diperolehnya. Melalui pertanyaan pemantik di awal pembelajaran atau di akhir pembelajaran saat refleksi murid melatih berpikir kritis. Melalui pembuatan media pembelajaran yang digunakan untuk memahami konsep murid belajar kreatif dan kerjasama. Melalui kegiatan komunikasi murid mempresentasikan atau mengeluarkan pendapat tentang pemahaman yang diperolehnya.Â
Temuan pembelajaran berikutnya, kecepatan belajar murid berbeda-beda di tiap kelasnya. Hasilnya di pertengahan semester, murid kelas 8.1 dapat menyelesaikan topik K.D 3.1 dan topik K.D 3.2. Murid kelas 8.2 menyelesaikan topik K.D 3.3 dan topik K.D 3.4. Dan seterusnya sampai kelas 8.6 topik yang dibahas berbeda-beda.
Tiba saatnya penilaian tengah semester kurikulum 2013. Bentuk soal essay terdiri dari 12 soal. Penilaian sumatif ini digunakan untuk mengevaluasi kelas 8.1 sampai 8.6. Di sini kelemahan guru yang menerapkan merdeka belajar dan diferensiasi terlihat. Guru membuat soal berdasarkan topik K.D 3.1 sampai topik K.D akhir semester.Â
Tentunya soal yang dibuat guru tidak bisa memfasilitasi kemampuan murid setiap kelas. Karena murid kelas 8.1 akan memahami materi soal topik  K.D 3.1  dan 3.2 tetapi tidak bisa memahami materi soal topik K.D 3.3 dan seterusnya. Ketidak selarasan ini menjadi polemik berikutnya. Muncul anggapan "guru mengubah kurikulum di kelas".Â
Usaha guru belajar dan berbuat untuk berdampak bagi murid patut dihargai. "Guru mengubah kurikulum di kelas" tidak akan terjadi jika seandainya ada pantauan dari pemimpin di sekolah serta guru mau terbuka menceritakan kondisi kelasnya serta koordinasi dengan pimpinan sekolah. Proses adopsi kurikulum secara tidak langsung dan perlahan akan mengubah kurikulum di kelas.Â
Pertanyaannya bermuara pada, apakah sistem manajemen yang dibangun di sekolah sudah berjalan dengan baik? Sehingga kurikulum merdeka bisa diterapkan dan berdampak bagi seluruh ekosistem sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H