Mohon tunggu...
Suriono A. Munay
Suriono A. Munay Mohon Tunggu... lainnya -

Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Apa Jadinya Kalau Anggota Dewan Pesimis Dengan Koperasi ?

27 April 2013   17:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:31 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Sebuah Catatan Sabtu Pagi)

Pagi jam menunjukkan jam 08.30. Saya sedang bertakziah di rumah pak Imran. Istrinya meninggal tidak ketahuan. Pagi masih sehat. Siang pergi ke kamar untuk istirahat. Dan tidur. Karena sudah waktunya sholat zuhur maka anaknya membangunkannya. Tetapi si emak yang dibangunkan tidak menyahut. Setelah didekati ternyata si emak memang sudah tidak bernyawa lagi. Sudah dipanggil oleh Allah Swt. Saya masih membahas itu dengan sang suami. Tiba-tiba ponsel berdering. Ya. Betul-betul berdering dengan nada nostalgia. Itu nada yang saya suka. Orisinil. Gitu.

Saya langsung mengangkatnya. Dan ternyata dipanggil dari kantor.

"Ada tamu pak. Pak Romero dari Dinas Koperasi" demikian kata sekretaris saya dari kantor.

"Ya. Tunggu sebentar. Bilang supaya ditunggu. Sebentar saya sampai di kantor" jawab saya.

Saya pun lalu pamit dengan ahli musibah. Spontan saya meluncur ke kantor tempat saya bekerja. Ya saya memang ada janji untuk menemani pak Romero pegawai Dinas Koperasi dan UKM Serdang Bedagai yang akan mengunjungi beberapa koperasi di kawasan kecamatan Perbaungan, Pantai Cermin dan Kecamatan Pegajahan. Meski saya merasa seperti ketua RT nya koperasi. Urusan antar mengantar. Ya mau tak mau, senang atau tak senang. Entah salah siapa kalau pegawai negeri hampir semua dinas itu dari kota Medan. Untuk datang ke kantor saja harus berangkat dari Medan kemudian melintasi kabupaten Deli Serdang baru sampai ke Serdang Bedagai yang jarak tempuhnya kurang lebih 60 km. Boro-boro tau antar kampung wilayahnya bekerja. Itu sebabnya demi persaudaraan dan persahabatan saya harus mengantar keliling kecamatan hanya untuk menjemput surat dan daftar isian yang mestinya diantar oleh para pengurus koperasi.

Saya dan Romero berangkat menuju Desa Melati II.  Ini koperasi yang paling dekat. Di sana ada satu Koperasi yang beranama Koperasi BMT AMALIAH. Di bawah pimpinan Drs. Hartoyo yang sekaligus anggota Dewan Kabupaten Serdang Bedagai dari partai Demokrat. Sayang sekali kami mendapatkan sesuatu yang menurut saya betul betul kurang nyaman.

"Saya orang yang paling pesimis dengan koperasi. Menurut saya koperasi itu hanya mengecer uang yang tak akan kembali"

"Masya Allah. Tobaaaaaaaaaaaaaat-tobaaaaaaaaaaat." demikian teriak saya dalam hati.

"Apa jadinya negara ini kalau ada anggota dewannya seperti ini karakternya. Apa koperasi itu dianggap teroris. Apa kalau mengerjakan koperasi itu lantas seperti pemakai narkoba atau apa ya. Kok bisa sebegitunya seorang anggota dewan."

"Itu sama artinya kalau ada pemerintah mengusulkan dana untuk koperasi sekian maka sudah dapat dibaca kalau orang inilah yang nomer satu akan menghambat lolosnya anggaran untuk koperasi" begitu kata saya pada pak Romero teman saya yang dari dinas koperasi kabupaten Serdang Bedagai.

Padahal Pak Romero pegawai Negeri yang seharusnya pada hari Sabtu seperti ini liburan tetapi demi tugas yang harus selesai hari ini maka dipala-palai juga hari Sabtu berkeliling dengan meminta bantuan saya.

Atau apakah cuma karena pengalaman pribadi yang ketika mendapat bantuan dana bergulir pada tahun 2004 yang hingga saat ini tidak jelas keberadaannya lalu memfonis bahwa semua koperasi itu seperti itu. Diberi bantuan tidak jelas. Saya berpikir lagi. Kok begini ya pikirannya seorang anggota dewan.

Tadinya saya berpikir dengan datang ke rumah bapak dewan yang terhormat Drs. Hartoyo saya bersilaturrahmi dengan teman. Sebab waktu dia berangkat jadi dewan untuk pertama sekali, beliau ketua kecamatan saya bendaharanya. Dan ikut menjadi protokol sewaktu kampanye.

"Kayak Tantowi yahya kalau Bapak jadi pembawa acara" demikian kata sebagian teman-teman usai acara.

Ya saya pikir saya mendapat sesuatu yang indah hari ini. Ketemu kawan yang sudah jadi dewan dua periode. Kabarnya sudah S2 lagi. Namun apa yang terjadi ? Saya malah mendapat tamparan yang seakan tangan saya sendiri yang menampar muka saya.

Katanya begini di depan Romero.

"Saya orang yang paling pesimis dengan koperasi. Koperasi hanya mengecer-ecer uang"

Dan ini sudah yang kedua kali saya dengar dari mulutnya.

"Ya. Apa jadinya kalau ada seratus anggota dewan di pusat sana berpikirnya seperti ini ?"

"Lalu harus seperti apa koperasi ini dibuat pak. Padahal ada koperasi telah melahirkan Bank BUKOPIN. Bukan Bank Bukopin yang melahirkan koperasi. Dan masih banyak lagi koperasi yang telah berbuat banyak untuk negeri ini.  Apa ya tak tahu. Masya Allah.

Saya dan Romero melanjutkan perjalanan kami menjemput form isian ke desa lain. Meski tak jauh perjalanan jadi capek sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun