Mohon tunggu...
Surikin SPd
Surikin SPd Mohon Tunggu... Guru - Ririn Surikin

Terus Belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hijau Abu Abu

23 Februari 2022   11:50 Diperbarui: 23 Februari 2022   11:52 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tiga tahun sudah... ku lewati masa SMA ku, sampai akhirnya aku harus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Aku mengikuti seleksi agar dapat memasuki perguruan tinggi dan jurusan yang di inginkan. Doapun tak henti ku lantunkan. Sampai akhirnya Allah mengabulkan diriku untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi negeri.

Aku  melanjutkan pendidikanku ke ibukota propinsi. Demi menggapai cita-citaku  ku ayunkan langkah kakiku untuk meninggalkan desaku. Ada perbedaan yang kudapati antara tempat tinggalku yang dulu dan sekarang. Kini aku tinggal di ibukota dengan semua kenyataan yang tidak kutemukan di kampungku. Suasana sesak di sekitar tempat tinggalku tak asing lagi. Kepedulian semakin  menipis, suasana seperti ini nyaris membuatku merasa asing di daerah tempat tinggalku

Sesekali aku pulang ke kampung halamanku. Keindahan alam masih tetap kurasakan . suasana yang nyaman terus kudapatkan ketika . Keadaan nyaman itulah yang membuatku betah tinggal di desa dan setelah kuliahku selesai aku tetap ingin kembali ke desa untuk meneruskan ilmu yang pernah ku dapat di perguruan tinggi.

Maret 1998 aku menyelesaikan studiku di perguruan tinggi. Predikat A menghiasi kartu kumpulan nilaiku. Aku bersyukur pada yang kuasa sekarang aku sudah mendapatkan gelar sarjana pendidikan. Sarjana pendidikan yang ku cita-citakan akhirnya bisa ku raih.sampai akhirnya ku abdikan diriku di desa menjadi seorang guru.

Ku lewati hari-hari ku  dengan bahagia. Profesi guru yang ku sandang membuat hidupku semakin merasakan pentingnya pendidikan. Kunikmati pekerjaanku .sampai pada akhirnya...

Hari itu tepatnya tahun 2000 ketika aku melakukan perjalan pulang menuju kampong sahabatku. Tapi apa yang kurasakan perjalanan kami bagai di atas awan padahal aku melewati laut yang luas. Tidak terlihat sedikitpun air yang berwarna hijau. Tak tampak langit biru. Tak terlihat tanjung atau pulau di depan sana. Yang ada hanya abu-abu. Perjalanan yang seharusnya sangat kunikmati tapi terlewatkan begitu saja.

Perjalanan yang sangat tidak ku inginkan karena satu kata " Asap ". Itulah awal tahun bencana bagiku karena sampai sekarang musim itu selalu ada di propinsiku. Ya.... Kata " Asap " yang sudah menjadi musim tetap selain musim hujan dan musim kemarau di kampungku.

Keberadaan asap sampai sekarang terus kami rasakan tiap tahunnya. Merambah ke berbagai penjuru mengambil hak-hak hidup yang seharusnya kami  dapatkan , bahkan untuk menghirup udara segar yang biasanya gratis karena rahmat dari Allah kini kami harus membayarnya dengan mahal. Hidup bagaikan di negeri di atas awan.

Kebebasan anak- anak untuk bermain terenggut. Hak untuk mendapatkan pendidikan bagi anak-anak terhalangi. Semua hanya karna satu kata " Asap ".

Bahkan kehidupan di kampungku yang dulu selalu ramai oleh suara anak anak bermain sudah tidak terdengar lagi. Mereka terkurung di dalam rumah-rumah . tanpa pintu dan jendela yang terbuka. Mereka hanya melihat kehidupan dari balik kaca-kaca jendela . Hanya muka yang gelisah ku dapatkan dari tatapannya dengan satu pertanyaan " kapankah semua ini akan berakhir?"

Apa yang terjadi di luar sana hanya bisa kudapatkan informasinya dari televisi. Pemberitaan setiap hari tidak pernah lepas dari kata kebakaran... kebakaran... dan kebakaran. Kebakaran hutan, kebakaran lahan perkebunan, kebakaran...., kebakaran.... Bahkan kebakaran jenggot.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun