Kisah ini berawal pada tahun 1998. Tepatnya bulan juli. Suatu pertarungan hidup dimulai berusaha untuk mandiri tanpa menyusahkan orang tua lagi. Menjadi pribadi dan berlatih dewasa, membiayai hidup dari berusaha . mencari pekerjaan sesuai cita cita. Satu babak kehidupan baru dimulai di sini. Ditahun 1998.
Selesai sudah SKS yang selama ini kunikmati semasa kuliah. Selesai sudah pertemuan dengan dosen dosen yang memberi ilmu pengetahuan yang bersifat teori. berpisah  dengan teman teman  seperjuangan yang satu persatu telah di tinggalkan. Teman-teman yang penuh kenangan, 4 tahun bersama suka dan duka dilalui bersama, kekompakan tim dan kelas yang selalu terjaga.
Babak baru kehidupan dimulai untuk hidup yang lebih baik. Hidup yang lebih bermanfaat pada sesama. Mengabdikan hidup untuk anak-anak bangsa. Hidup yang penuh berkah dan hanya mengharap ridho Allah SWT.
Menjadi seorang guru itu yang merupakan cita citaku. Kini mulai terwujud melakukan pekerjaan sesuai dengan keilmuan yang kuperoleh  selama ini. Tidak lagi Bergelut dengan diktat diktat bahasa, tetapi mulai mempraktikannya. Tidak lagi bersinggungan dengan ilmu  Mempelajari morfologi, fonologi, sintaksis, kalimat, paragraf dan wacana secara teori tetapi langsung mempraktikannya.  Kini semua teori akan terwujud dalam bahasa dan dituangkan dalam ilmu retorika demi anak - anak bangsa.
Menerapkan teori teori yang diperoleh di bangku kuliah  kepada peserta didik tidak semudah membalikan telapak tangan. Sikap dan sifat peserta didik yang berbeda merupakan satu tantangan . Penyesuaian demi penyesuaiana, harus dilakukan demi kesepakatan . Tidak cukup hanya menggunakan bahasa tetapi juga segenap potensi yang ada didiri harus dimaksimalkan.
Pekanbaru merupakan kota pertama untuk mengabdikan diri. Tepatnya SMK Taruna. Tempat untuk berbagi ilmu pengetahuan. Tempat untuk menambah kedewasaan tempat untuk lebih memahami jiwa orang-orang, dan dipertemukan dalam satu kesepakatan untuk tujuan  yaitu peserta didik yang berakhlak mulia.
Pendidikan yang tidak hanya menyampaikan kelihaian semata tatapi juga haris diiringi dengan pribadi yang sempurna. Didikan yang keras dan bertanggungjawab diterapkan disana. Bekerjasama dengan angkatan darat tepatnya Baterai R dan Baterai P yang ada disana guna memperoleh ilmu kedidiplinan yang tinggi yang dirterapkan pada siswa.
Begitu banyaknya orang tua yang percaya pada sekolah yang baru dibuka.. denagn pendidikan asrama  yang dibentuknya.. dengan kedisiplinan yang terus dibina, dengan keahlian yang terus dijaga dengan ilmu keagamaan yang terus ditingkatkan, dengan keimanan yang tidak bisa dilepaskan.
Bekerja sama dengan angkatan darat membuat kedisiplinan kami semakin baik. Demikian juga dengan kegiatan yang sifatnya fisik. Kami selalu memenangkan lomba- lomba yang berhubungan dengan baris berbaris, kopasus dan kegiatan kegiatan raga lainnya.
Pemerolehan siswa 12 kelas sekitar 600 orang merupakan pencapaian prestasi yang luar biasa pada tahun pertama. SMK teknologi itu saat ini sekolah  bernama . mengemban dua jurusan yaitu jurusan survey pemetaan dan elektronika .Â
Potensi yang ada pada siswa membuat semangatku menyala. Bukan hanya sekedar mempraktikkan teori yang dibaca, bersama siswa mengukir angka-angka. Angka kehidupan yang kadang kala melebihi logika. Tak dapat dipungkiri ketika sekolah semua diukur dengan angka. Bahkan kadang mengabaikan karakter siswa. Padahal semua itu hanya tertulis dalam secarik kertas.
Tapi berbeda si SMK Taruna. Karakter siswa  berbanding lurus dengan angka-angka. Semua bisa dipertanggungjawabkan sampai sekarang.  Sebagai seorang guru tentu  merasa bangga pada murid muridnya yang sekaranag menjadi pimpinan di tampuk pemerintahan. Ketika para muridnya menawarkan bantuan untuk membantu kasusnya, ketika muridnya mempermudah urusan yang bersifat dunia, dan ketika muridnya tunduk hormat mengucapkan terimakasih karena bimbingannya.
Diiringi dengan sikap kedisiplinan tinggi membuat SMK Taruna berjejer di depan untuk wilayah kota pekanbaru. Siswa -- siswinya terkenal santun dan penuh tata krama. Kemajuan teknologi juga menempatkannya sebagai sekolah swasta pavorit di tempatnya.
Kekompakan yang terjadi pada siswa sangat kuat. Seperti pribahasa mengatakan satu jari yang sakit tapi seluruh tubuh merasakan. Perumpamaan lain tali tak kokoh kalau ada satu yang terlepas. Sebagian besar mereka anak anak perantau yang  menemukan keluarga baru di sekolah ini. Perbedaan daerah tidak membuat mereka bersaing bahkan saling memperkuat tim. Hubungan yang akrab juga terjalin dengan guru-gurunya.
Satu persatu prestasi berhasil mereka raih, berjejer piala tersimpan rapi disekolahnya, jejeran medali terpampang rapi disana. Piagam seolah oleh tak mampu berjubel di lemari sekolah, salling berebut tempat untuk menjadi yang terdepan. Tapi semua ada masanya.
Sampai akhirnya di tahun 2001 aku harus berpisah dengannya. Saat sekolah dimasa puncak jayanya. Tapi bak pepatah mengatakan ada pertemuan tentu ada perpisahan. Aku harus pergi meninggalkan sekolah pertamaku. Harus berjabat tangan dengan anak anakku. Anak anak pemberi motivasi terkuat dalam hidupku. Wajah - wajah lesu dan sayu mengiringi kepergianku. Aku harus meninggalkan kota pekanbaru. Mengayuh langkah menuju daerah baru . demi masa depanku.
SMK Taruna .... Kenangan yang tak terlupakan, batin dan raga terikat pada persaudaraan, penuh rintangan dan kenangan. Kamuflase hidup yang sulit dilupakan. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H