Mohon tunggu...
Surianto Anto
Surianto Anto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kini saya tengah berprofesi sebagai seorang mahasiswa yang hoby menulis, saya telah banyak menerbitkan buku ontologi bersama teman-teman di komunitas dan ada juga satu buku solo. Saat ini saya tengah berkuliah di IAIN Bone.

Hobi saya adalah menulis, nonton film, dan mendengarkan musik. Saya adalah tipe orang yang selalu gigih dan yakin untuk terus bisa meraih apa yang selama ini saya impikan, semua itu saya lakukan dengan kesabaran dan doa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hidangan Penuh Arti, Hiasi Pembacaan Barzanji untuk Jemaah Haji

1 Agustus 2022   21:50 Diperbarui: 1 Agustus 2022   21:53 1398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hadirnya pembacaan barzanji beralih menjadi tradisi yang berbentuk tulisan yang mampu menjelaskan secara terperinci mengenai kapan pembacaan barzanji diselenggarakan sebagai tradisi belum bisa ditetapkan. Tradisi pembacaan barzanji diperkirakan hadir pada peringatan maulid.


Barzanji dilakukan sebagai upaya memberikan nyawa dan pemeliharaan syariat Islam dan semangat perjuangan pada kalangan umat muslim. Di mana barzanji juga diperlakukan sebagai bentuk sastra kemudian diperlombakan pada peringatan maulid.


Perlu diketahui bahwasanya barzanji adalah puji-pujian yang berbentuk syair atau sajak yang menceritakan biografi Rasulullah. Dalam tradisi nahdatul ulama (NU) terutama di Jawa, kitab barzanji sering dibacakan dalam berbagai hajatan seperti anak lahir, hajat menantu, khitanan, tingkeban, dan terjadinya musibah.


Sementara masyarakat Bugis justru hanya mengenal pembacaan barzanji. Sangat jarang ditemukan bacaan selain barzanji. Momen pembacaan barzanji yang biasanya dilakukan juga beragam seperti, makkulawi (aqiqah), massunna (khitanan), abbottingeng (pernikahan), mendre bola (memilki rumah baru atau pindah rumah), ammaulukeng (maulid), mammiraje (isra mi'raj), dan mendre hajji (naik haji).


Maka dari itu perlu diketahui bahwasanya barzanji tidak pernah lepas dari segala kegiatan adat dan tradisi dari rakyat Bugis. Pembacaan barzanji dianggap sebagai ade (tradisi) yang turun temurun dari tomatoa riolo (orang dulu) ketika Islam pertama kali menjajakan pemahaman di Sulawesi Selatan.

dokpri
dokpri


Tahun ini menjadi tahun di mana para jemaah haji kembali diberangkatkan setelah dua tahun tertunda gegara covid 19 yang melanda dunia, termasuk Indonesia. Namun, akhirnya di tahun 2022 ini para jemaah Indonesia yang sangat mendambakan bisa pergi ke baitullah akhirnya tersampaikan.


Setiap daerah mungkin memilki tradisi masing-masing ketika menanti kedatangan keluarganya yang sedang berhaji. Begitu pula yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Bugis di Bone. Tepat di desa Carebbu, Dusun II Lemo, salah satu warga mulai menggelar pembacaan barzanji yang dibantu oleh masyarakat setempat. Perayaan ini dilakukan setiap malam Jum'at menanti kehadiran keluarganya yang sedang berangkat haji.


Proses penantiannya juga tergolong unik dan menarik, selain pembacaan barzanji masyarakat juga menghidangkan berbagai macam aneka makanan. Mulai dari kue lapis, onde-onde, sokko (ketan), bella lawo (bubur labu), nangka, pisang, nasi dan berbagai macam lauk.

bella

dokpri
dokpri


Perlu diketahui makanan dengan berbagai macam aneka ragam tersebut ternyata memiliki arti dan makna tersendiri. Menurut apa yang disampaikan oleh Rahmawati selaku pemilik rumah mengungkapkan bahwa, kue lapis melambangkan arti berlapis-lapisnya para jemaah haji yang nantinya akan berangkat ke tanah suci. Kemudian Rahmawati juga mengungkapkan bahwa onde-onde berarti keselamatan untuk para jemaah haji. Lalu sokko (ketan) melambangkan penyerahan berkah kepada Petta Nabie (Rasulullah Saw). Serta  lawo (bubur labu) diartikan sebagai macenning na malundra (manis dan gurih) hati serta perjalanan jemaah haji ke tanah suci.

dokpri
dokpri


Kemudian Sahril juga mengungkapkan bahwa nangka memilki arti kehidupan agar haji para jemaah akan selalu melekat dari diri mereka. Kemudian pisang melambangkan arti bertunas, agar anak dan cucunya juga nanti bisa pergi ke tanah suci. Tampak jelas terlihat masyarakat begitu antusias ikut serta dalam perayaan tersebut. Selain untuk membacakan barzanji bagi jemaah haji, perayaan ini pun bertujuan untuk menyatukan masyarakat dalam bentuk silaturahmi.
Menurut apa yang disampaikan oleh Rahmawati selaku pemilik rumah mengungkapkan bahwa pembacaan barzanji untuk para jemaah merupakan sebuah tradisi turun-temurun untuk mendapatkan berkah dan memperingati kepergian jemaah haji ke tanah suci.


Maka dari itu perlu diketahui bahwasanya jemaah haji tidak pernah terlepas dengan tradisi pembacaan barazanji dan beraneka ragam hidangan yang disuguhkan untuk disantap bersama-sama. Setiap malam Jum'at menjadi hal penting bagi setiap orang yang keluarganya tengah berangkat haji.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun