Mohon tunggu...
SURETNO WIJAYATI
SURETNO WIJAYATI Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

perempuan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Upaya Pengurangan Sampah Botol Plastik dengan Memanfaatkan Lahan Perkarangan untuk Vertikultur

14 Desember 2022   06:44 Diperbarui: 15 Desember 2022   08:01 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tanggal 31 Oktober sampai dengan 30 November Mahasiswa/i Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana telah melakukan kegiatan KKN yang dibagi di dua tempat, yaitu di Desa Cukilan, Kabupaten Semarang dan Desa Sumberejo, Kabupaten Magelang. Sejumlah 41 mahasiswa/i FPB melakukan kegiatan KKN di Desa Cukilan yang tersebar di beberapa dusun. Salah satu kelompok dari 41 mahasiswa/i yang terdiri dari 4 orang yaitu Kelompok 11 berada di Dusun Gejugan (Ngasinan). Kelompok 11 beranggotakan Natallie Whihel Mita (512019011), Bagus Septiyanto (512019023), Suretno Wijayati (512019059), dan Pinus Nirigi (522015032). Pendamping desa dari Kelompok 11 adalah Bapak Bejo Sukiman dengan dosen pembimbing Dr. Yoga Aji Handoko, S.Si., M.Si. dan Dr. Ir. Yuliawati, M.P.
KKN tahun ini dilakukan secara live-in dimana mahasiswa/i tinggal di dusun binaannya, baik di rumah sendiri (rumah kosong) ataupun tinggal bersama pendamping desa masing-masing kelompok. Selama tinggal di Dusun Gejugan (Ngasinan), Kelompok 11 menemukan permasalahan terkait kurangnya pemanfaatan pekarangan yang berupa serangan dari ayam dan sulitnya air. Di dusun tersebut keberadaan air masih kurang dan hanya tersedia untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga saja.
Berkaitan dengan tema KKN dari Kelompok 11 (Pemanfaatan lahan pekarangan)  yang dapat menyelesaikan permasalahan yang ditemukan di Dusun Gejugan (Ngasinan), maka diterapkanlah sistem tanam vertikultur. Teknik vertikultur merupakan salah satu dari banyaknya teknik menanam yang dilakukan dengan cara vertikal atau secara bertingkat (Saloko, 2021). Tenik vertikultur ini cocok diterapkan di lahan yang sempit seperti di pekarangan rumah atau sekolah. Kelompok 11 membuat tiga desain untuk vertikultur, yaitu berbentuk piramida persegi empat (stand 1), persegi panjang (stand 2), dan segiempat (stand 3). Stand 1 dan 2 sistemnya (botol) diikat menggunakan kawat, sedangkan stand 3 botolnya digantung menggunakan tali tambang kecil.
Alat yang dibutuhkan untuk membuat ketiga stand adalah paku, meteran, paku, palu, cutter, korek api, spoon cuci piring, sabun cuci piring, tali tambang kecil, thinner, kuas, cat, solder, dan botol. Bahan yang diperlukan berupa bambu, tanah (bercampur pupuk kandang sapi, dolomit, arang), air, bibit (pakcoy, caisim, seledri, daun bawang), benih (kangkung dan bayam). Bambu digunakan sebagai bahan utama pembuatan stand vertikultur karena Kelompok 11 melihat potensi bambu yang ada di Dusun Gejugan (Ngasinan) yang melimpah. Penggunaan botol pada vertikultur dikarenakan jumlah sampah botol plastik di setiap rumah warga Desa Cukilan terutama Gejugan (Ngasinan) mencapai 1-3 karung. Dominan sampah botol plastik di dusun tersebut adalah botol minyak goreng 1 liter.
Pembuatan stand dimulai dari memotong bambu kemudian dijemur selama 1-3 hari agar bambu kering dan tidak mudah membusuk. Bambu yang telah dijemur dipotong sesuai ukuran  desain. Bambu yang telah dipotong kemudian dirakit sesuai desain mengunakan paku. Sebagai finishing bambu dicat berwarna coklat ataupun sesuai selera. Botol terlebih dahulu dipotong menggunakan cutter menjadi 2 bagian atas dan bawah. Botol tersebut kemudian dibersihkan menggunakan sabun cuci piring beserta spoon cuci piring. Botol yang telah dicuci bisa langsung dijemur. Apabila botol sudah kering bisa langsung dicat sesuai selera untuk memperindah tampilannya. Botol yang sudah kering dari cat kemudian dilubangi bagian tutup, bawah, dan badan botol yang berfungsi sebagai drainase air. Pada badan botol untuk stand 1 serta 2 dilubangi empat titik agar mempermudah pemasangan kawat. Untuk stand 3 badan botol dilubangi dua titik pada dua sisi samping atas dan bawah agar mempermudah pemasangan tali. Tahap selanjutnya adalah pemasangan botol ke stand-stand. Botol yang telah terpasang di stand diisi dengan tanah kompos yang sudah dicampur dolomit. Penanaman bibit dilakukan pada pagi hari pukul 07.00-08.00 WIB dimana tiap botol berisi satu bibit tanaman. Penyiraman bisa dilakukan pada pagi/sore hari atau kondisi media tanam kering.

img-20221116-110503-639a715b8b8033362a0a7b22.jpg
img-20221116-110503-639a715b8b8033362a0a7b22.jpg
Kegiatan pengenalan dan pelatihan vertikultur dibagi menjadi tiga bagian; yang pertama yaitu pada tanggal 13 November 2022 pengengenalan vertikultur kepada ibu-ibu PKK yang dihadiri 36 orang dan dilakukan selama 2 jam. Kegiatan kedua dilakukan di SDN Cukilan 03 selama dua hari pada tanggal 15-16 November 2022. Di SDN ini dilakukan  pengenalan serta pelatihan vertikultur yang ditujukan untuk siswa/i kelas 4 dan 6 serta guru. Kegiatan ketiga berupa pelatihan yang terlaksana pada tanggal 27 November 2022 di rumah Bapak Bejo yang dihadiri <15-20 orang terdiri dari beberapa remaja, ibu-ibu, dan bapak-bapak. Pada tanggal 28 November 2022 juga dilakukan sedikit pengenalan dan bincang-bincang terkait stand 2 yang botolnya telah terpasang dengan kawat.
Kendala yang dihadapi oleh kelompok 11 saat live-in di Dusun Gejugan (Ngasinan) diantaranya yang pertama terkait kondisi cuaca yang tidak menentu saat KKN berlangsung, sehingga beberapa kegiatan tertunda. Kedua, benih bayam tidak dapat tumbuh dengan baik dikarenakan curah hujan yang tinggi. Ketiga, yaitu mobilitas penduduk yang tinggi karena memasuki musim tanam padi sehingga penduduk banyak yang di ladang/sawah yang menyebabkan susah mencari waktu yang tepat untuk mengumpulkan masyarakat guna sosialisasi/pelatihan. Keempat, kegiatan PKK yang dilaksanakan hanya sebulan sekali. Kelima, di Dusun Gejugan (Ngasinan) tidak terdapat kelompok tani, sedangkan karangtaruna kurang aktif. Keenam, remaja produktif hanya sedikit karena banyak yang bekerja di luar daerah. Ketujuh, akses jalan yang sulit dilalui ketika hujan atau malam hari. Kedelapan, jauh dari pusat perbelanjaan terutama penjual perlengkapan pertanian. Kesembilan, jenis bambu yang digunakan kurang cocok untuk membuat stand karena tipis dan kurang kuat. Jenis bambu yang disarankan adalah Bambusa arundinacea (pring ori) dan pring kuning.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun