Mohon tunggu...
Santi Harahap
Santi Harahap Mohon Tunggu... Administrasi - Berjuang menegakkan kebenaran walaupun dengan Do'a

Berbagi walaupun hanya dengan satu kata

Selanjutnya

Tutup

Politik

Benarkah Adanya Keterlibatan Internasional Pada Insiden Tolikara

23 Juli 2015   12:12 Diperbarui: 23 Juli 2015   12:12 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menanggapi komentar dari Kapolda Metro Jaya yang juga sudah banyak pengalamannya tentang Papua karena pernah menjadi sebagai Kapolda Papua Tito Karnavian tentang adanya keterlibatan dari pihak internasional terutama yang pro-kemerdekaan Papua dalam insiden Tolikara sangat menarik.

Ditambah dengan tanggapan dari BNBPT melalui staf ahlinya Wawan Purwanto yang menyebutkan ada peran keterlibatan asing selain pro-kemerdekaan dalam insiden Toliara 17 Juli 2015 kemaren. Tanggapan-tanggapan dari para tokoh nasional tersebut sangat menggugah hati kami sebagai warga negara Indonesia yang memunculkan pertanyaan ko mudah sekali pihak internasional untuk masuk ke daerah NKRI ini tanpa sepengetahuan apparat berwenang, apalagi bisa sampai untuk memunculkan insiden yang sangat melukai semangat toleransi antaragama di Indonesia.

Provinsi Papua apabila dilihat dengan teropong di pulau Sumatera, Jawa apalagi Bali merupakan suatu daerah di ujung Timur Indonesia. Dengan pemberitaan media yang menghipnotis para pembaca untuk mebayangkan sebuah daerah dengan hutan belantara dengan warga yang bersuku-suku, seolah kita terhipnotis dengan Papua yang masih kuno.

Buanglah pikiran Papua yang sudah kuno saat ini Papua adalah sebuah daerah dengan tingkat kemajemukan yang sangat tinggi, bahkan daerah maju seperti Jakarta menurut saya kalah dengan tingkat kemejemukan Papua. Apabila Jakarta mayoritas penduduknya adalah suku bangsa Jawanya sebagai pendatang maka Papua mayoritas penduduknya adalah suku bangsa dari dunia Internasional sebagai pendatangnya. Mengapa demikian…Mau tau atau aja atau mau tau sekali…?

Sekitar 3 tahun yang lalu tepatnya Juni 2012 kami pernah mengunjungi sebuah daerah yang dipeta dinamakan daerah Wamena, sebuah daerah yang penduduk aslinya dinamakan oleh suku Kimyal ada juga suku yang namanya sama dengan teman kami Dani. Sebuah daerah dengan penduduknya sangat tertutup yang menariknya rumah disana seperti payung tertutup dengan jerami sebagai penutupnya. Namun yang lebih mengherankan banyak sekali penampakan bule-bule dari Negara Internasional yang berbeda-beda, kebetulan dengan skill conversation yang lumayan lah kami beranikan mengobrol dengan penampakan bule-bule tersebut. Tidak perlu sesajen kami beranikan menanyakan tujuan untuk mereka berada di daerah tersebut dan dengan tercenggangnya bahwa mereka berniat akan melakukan ekspansi di daerah tersebut dengan menerapkan landasan kepercayaan yang mereka anut untuk dikembangkan didaerah tersebut.

 

 

 

Saat itu kami berpikir dengan banyaknya pennampakan bule internasional di daerah tersebut kami ramalkan bahwa julukan mutiara hitam akan bisa hilang dari bumi cendrawasih mungkin julukan akan berganti dengan mutiara bule di Papua.

Sebagai warga negara yang suka sekali dengan travelling kami bertanya dimana peran imigrasi didaerah Wamena tersebut. Kenapa mereka tidak sekalipun menanyakan dan mencurigai kedatangan para penampakan bule yang datang didaerah tersebut. Mungkin mereka ga bisa Bahasa Inggris kali yee..

Pentingnya sikap kewaspadaan dan kecurigaan terhadap orang asing masih perlu dilakukan agar bagi mereka yang punya anak kecil tidak hilang anaknya. Adanya keterlibatan pihak asing menurut pendapat saya sangatlah mungkin terjadi apalagi adanya isu SARA yang beredar disana sangatlah memungkinkan. Karena itu diperlukan pikiran yang sehat dan positif dalam menanggapi isu-isu seperti insiden Tolikara agar tidak lagi terjadi di Bumi Pertiwi terutama di Bumi Cendrawasih yang dengan tingkat kemajemukan yang sangat mencenangkan saat ini.

Pemerintah dalam hal ini pihak imigrasi menurut saya haruslah berhati-hati dalam menerima kehadiran para pihak asing masuk ke wilayah NKRI apalagi daerah Papua. Perlu adanya Polisi Pantai untuk mengawasi daerah-daerah pantai yang sangat mungkin sebagai pintu masuk misionaris asing illegal untuk menyebarkan kepercayaan yang bertentangan dengan ideologi Pancasila dan UUD 1945.

Pemerintah juga harus mewaspadai gereakan dekolonisasi dari pihak asing untuk membajak Papua dari NKRI, ingat belajarlah dari kegagalan mempertahakan Timor-Timur dari NKRI yang disebabkan strategi dekolonisasi pihak asing di Timor-Timur.

Kegagalan adalah sukses yang tertunda maka belajarlah dari kegagalan tersebut, jangan jadikan kegagalan untuk gagal terus maka dampaknya Indonesia akan habis pulaunya karena adanya dekolonisasi pihak asing. Jangan jadikan Indonesia tinggal sejarah maka jadikan lah Indonesia bagian dari sejarah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun