Abstrak
Pemanasan global telah menjadi isu yang sangat serius di era modern ini, memengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk kesehatan manusia. Salah satu dampak kesehatan yang paling berbahaya adalah heat stroke, kondisi medis yang terjadi akibat peningkatan suhu tubuh secara ekstrem karena paparan panas yang berlebihan. Artikel ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai hubungan antara pemanasan global dan meningkatnya risiko heat stroke, serta langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampaknya.
Mengapa Suhu Bumi Meningkat?
Peningkatan suhu bumi atau pemanasan global terutama disebabkan oleh efek rumah kaca yang diperkuat oleh aktivitas manusia. Gas-gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO), metana (CH), dan dinitrogen oksida (NO) memerangkap panas di atmosfer, mencegahnya memancar kembali ke luar angkasa. Aktivitas manusia yang berkontribusi pada peningkatan gas-gas ini meliputi:
- Pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas alam, batu bara) untuk energi dan transportasi.
- Deforestasi, yang mengurangi kemampuan hutan untuk menyerap CO.
- Industri dan pertanian, yang menghasilkan gas rumah kaca tambahan seperti metana dari peternakan dan limbah.
- Urbanisasi, yang menggantikan permukaan alami dengan beton dan aspal yang menyerap lebih banyak panas.
Sejak era pra-industri, suhu rata-rata global telah meningkat sekitar 1,1C. Jika emisi gas rumah kaca tidak dikurangi, suhu bumi diproyeksikan naik lebih dari 2C pada akhir abad ini, yang akan memicu perubahan besar dalam sistem ekosistem dan kehidupan manusia.
Dampak Peningkatan Suhu Bumi terhadap Tubuh Manusia
Peningkatan suhu bumi memiliki dampak langsung dan tidak langsung terhadap kesehatan manusia, terutama akibat gelombang panas dan perubahan pola cuaca ekstrem:
1. Heat Stroke dan Gangguan Panas Lainnya
Gelombang panas meningkatkan risiko gangguan terkait panas seperti:
- Heat exhaustion: Kelelahan akibat kehilangan cairan dan elektrolit.
- Heat stroke: Suhu tubuh yang ekstrem (di atas 40C) dapat menyebabkan kerusakan otak, ginjal, dan organ lainnya, bahkan kematian.
Populasi berisiko tinggi termasuk anak-anak, lansia, pekerja luar ruangan, dan orang dengan penyakit kronis.
2. Gangguan Pernapasan