Mohon tunggu...
Surat Kaleng
Surat Kaleng Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kapal yang Hilang Arah Itu Bernama Semen Indonesia

24 November 2017   01:36 Diperbarui: 24 November 2017   11:18 3968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negara kita patut bangga sejak dinyatakan merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia terus mengalami kemajuan. Salah satunya dalam bidang Ekonomi, rakyat Indonesia tidak lagi mengalami kelaparan seperti pada zaman penjajahan oleh kolonial belanda, tidak seperti negara Timur Tengah yang hingga saat ini masih merasakan pertumpahan darah.

Sebenarnya cita-cita kedaulatan dalam bidang ekonomi merupakan salah satu wasiat yang termaktub dalam Trisakti Bung Karno, Presiden pertama Indonesia.

Dalam konteks berdikari di Bidang Ekonomi, Bung Karno megutarakan bahwa bangsa Indonesia harus bersandar pada kekuatan, dana, tenaga yang memang sudah dimiliki dan sudah ditangan kita yang digunakan semaksimalnya untuk kemakmuran rakyat.

Dalam rancangan pembangunan ekonomi yang termanifestasi dalam Deklarasi Ekonomi (Dekon), Bung Karno menempatkan kedudukan rakyat sebagai sumber daya sosial dan sumber daya ekonomi dalam pembangunan. Dalam Dekon Bung Karno mengatakan "dalam melaksanakan revolusi di bidang sosial dan ekonomi selanjutnya, maka-sesuai dengan hukum revolusi- kita harus mempergunakan sepenuhnya semua alat revolusi yang sudah kita miliki itu, dengan selalu melandaskan perjuangan kita pada potensi dan kekuatan rakyat".

Penegasan Bung Karno ini merupakan sebuah bentuk sikap dan pengejawantahan dari konsepsi politik berdikari, meletakkan potensi dan kekuatan rakyat Indonesia didalam menjalankan perencanaan pembangunan dan perekonomian.

Berbicara mengenai kemandirian dalam bidang ekonomi, pasca kemerdekaan, Indonesia harus membangun ekonomi ditengah usaha para negara imperaliasme menjajah kembali Indonesia. Perang dan pemberontakan yang terjadi di berbagai daerah terus terjadi tanpa henti hingga Dekrit Presiden 1959. Pada awal tahun 1950-an, pendirian negara dibatasi pada beberapa sektor vital yang sesuai Hattaconomic, namun pendirian perusahaan negara masih tidak efektif karena adanya gangguan/guncangan keamanan dan politik. Dan diakhir tahun 1957, pemerintah mulai melakukan nasionalisasi hampir semua sektor yang  sesuai dengan konsepsi Soekarno.

Adapaun tujuan mendirikan perusahaan negara dan nasioanalisasi menurut Bung Karno adalah untuk mendorong perekonomian nasional, terutama perusahaan negara yang bergerak dalam bidang infrastruktur. Sederatan perusahaan Belanda dinasionalisasi seperti PT Kereta Api atau Djawatan Kerera Api (UU 71/1957), PT Pos (Djawatan Pos), PT Garuda Indonesia Airways, dan diakhir pemerintah Soekarno sempat mendirikan Perusahaan Negara (PN) Telekomunikasi. Namun, sebagian perusahaan yang dinasionalisasi oleh Pemerintahan Soekarno banyak merugikan negara karena Belanda sudah terlebih dahulu mengalihkan aset perusahaannya ke Belanda. Namun demikian, perusahaan vital dan strategis pada akhirnya menjadi jati diri bangsa yang emudian disebut sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Keberadaan Perusahaan Negara atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah satu pilar perekonomian Indonesia, didasarkan kepada penggarisan UUD 1945, disamping keberadaan usaha swasta dan koperasi.Keterlibatan Negara dalam kegiatan tersebut pada dasarnya merupakan pencerminan dari substansi Pasal 33 UU itu, yang menyatakan bahwa "Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara" (ayat 2)."Bumi air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat" (ayat 3).

Salah satu perwujudan dari pasal tersebut adalah bahwa Negara melalui satuan atau unit-unit usahanya yaitu BUMN, melakukan kegiatan usaha yang menghasilkan barang atau jasa serta mengelola sumber-sumber alam untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Dengan demikian, karena menyangkut kepentingan masyarakat luas, BUMN mempunyai peran yang menentukan dalam menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, khususnya dibidang perekonomian.

Semen Indonesia merupakan salah satu perusahaan BUMN yang memiliki sejarah panjang dan berperan penting dalam proses pembangunan bangsa Indonesia. Semen Indonesia tidak hanya mendukung pembangunan infrastruktur namun juga menyumbang pendapatan negara lewat keuntungan usahanya.

PT Semen Indonesia dulu bernama Semen Gresik yang diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia pertama, Ir Soekarno. Wajah Bung Karno tampak sumringah saat meresmikan pabrik semen di Gresik, Jawa Timur, pada 7 Agustus 1957. Semen bukan sekedar soal industri, tetapi juga tiang pancang untuk cita-cita besar Bung Karno: ekonomi berdikari.

Pabrik Semen Gresik adalah pabrik semen kedua milik Indonesia setelah Semen Padang yang merupakan bekas pabrik Belanda yang dinasionalisasi tahun 1958. Sepak terjang perusahaan milik negara ini tidak perlu diragukan. Dengan kapasitas pertama terpasang 250ribu ton semen per tahun, saat itu Semen Indonesia sudah mempu mendukung proyek vital pembangunan negeri seperti jembatan Semanggi, Gelora Bung Karno, Bendungan Jatiluhur, bahkan ikon kebanggaan Indonesia Monumen Nasional pun dibangun menggunakan produk Semen Gresik.

Kini, kapasitasnya berkembang hingga 31,8 juta ton pertahun, berkali lipat lebih besar dari pertama kali pabrik berdiri. Semakin banyak juga mahakarya dan proyek dibangun dengan produk-produk dari Semen Indonesia yang terpercaya secara mutu dan kualitas.

Semen Indonesia patut berbangga, karena sejak tahun 1991 perseroan disebut sebagai perusahaan yang pertama kali "Go Public".Perusahaan yang pertama kali mendaftarkan sahamnya ke Bursa Efek Indonesia (dahulu bernama Bursa Efek Jakarta/BEJ). Seiring dengan perkembangannya, Semen Indonesia terus menunjukkan peningkatan kinerja yang sangat baik dan mendapat kepercayaan yang tinggi dari publik.

Pada tahun 1995 pemerintah sebagai pemegang saham utama perseroan mengagas penggabungan tiga perusahaan Semen Gresik, Semen Padang dan Semen Tonasa untuk menjadi Operating Holding Company.Tahun 2005, tiga perusahaan bidang semen milik negara dikonsolidasikan dan berhasil menjadi perusahaan dengan penguasa pasar di Indonesia dan Regional.

Tepat pada tanggal 7 Januari 2013, Semen Gresik membuat gebrakan dengan bertransformasi menjadi holding companybernama PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. yang menyatukan potensi dari masing-masing. Hingga saat ini nama "Semen Indonesia" menaungi 4 anak usaha persemenan yaitu PT Semen Padang, PT Semen Gresik, PT Semen Tonasa dan Thang Long Cement Vietnam yang telah diakuisisi pada tanggal 18 desember 2012. Dengan holdingisasi tersebut maka menurunkan status  "BUMN" dari tubuh Semen Gresik, Semen Padang dan Semen Tonasa.

Hingga saat ini Semen Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, hal tersebut dapat dilihat dari laporan kinerja dan keuntungan yang progresif. Siapa sangka perusahaan yang bahkan lokasinya hanya berpusat di kota kecil pinggir Pulau Jawa ini mampu menjadi penguasa bisnis persemenan yang tidak jago kandang saja, tapi layak bersaing hingga ke kancah regional bahkan menuju internasional.

Berbagai Badai Datang Menghadang

Anggaplah Semen Indonesia ini adalah sebuah kapal yang sedang mengarungi lautan. Bahkan kapal yang terlihat gagah sekalipun pasti pernah menjumpai badai. Demikian halnya Semen Indonesia pernah mengalami sejumlah persoalan yang harus dihadapi dengan penuh perjuangan. Seperti yang dialami pada tahun 2005 lalu,  BUMN nasional ini pernah diselamatkan dari Penjualan pada pihak asing  (Cemex). Semen Indonesia memang tercatat sebagai BUMN pertama yang melantai di bursa saham, itu  karena potensi kinerjanya pada saat itu.

Pada saat negara menghadapi ketidakpastian ekonomi dan gencar menjual asetnya, saham perusahaan dengan kode SMGR ini hampir saja dijual ke perusahaan asing. Pernah mendengar betapa mirisnya perusahaan telekomunikasi yang dijual ke negara tetangga kan? Bayangkan itu terjadi pada Semen Indonesia, yang kala itu merupakan salah satu penyumbang pendapatan terbesar bagi negara.

Pertahankan Semen Gresik
Pertahankan Semen Gresik
Rencana ngawur itu terhenti oleh gigihnya perjuangan para karyawan yang bersatu dalam serikat pekerja. Hasilnya, 51% saham dipertahankan jadi milik negara. Dan tulisan itu masih terpampang di Gedung Wisma Achmad Yani yang terletak di sebelah Gedung Utama Semen Indonesia di Gresik. Ini tanda kecintaan seluruh karyawan kepada perusahaan. Memperoleh keuntungan atau menghindari kerugian bukan berarti harus menjual asset yang dimiliki, apalagi kepada asing? Tambah ngawurbukan!

Perahankan Semen Indonesia
Perahankan Semen Indonesia
Tahun-tahun berikutnya, ancaman asing kembali datang namun dalam bentuk yang lain. Kali ini ancaman hadir lewat persaingan bisnis. Bertahun-tahun bertahan sebagai market leaderyang menguasai lebih dari 40% pasar domestik, kini posisi Semen Indonesia mulai terdesak akan kehadiran pemain baru. Kalau dulu jumlah pesaing sedikit, sekarang jumlahnya sudah tidak lagi dapat dihitung dengan jari tangan bahkan jika ditambah dengan jari kaki. Bukan main!

Tapi buktinya, tahun lalu perusahaan masih bisa tumbuh disaat kompetitor lain justru mengalami penurunan. Itu semua pasti karena penerapan strategi pemasaran, termasuk buah dari cost efficiency yang dilakukan disemua lini perusahaan. Satu lagi, perusahaan masih sanggup menghadapi badai adalah karena menerapkan Sinergi.

Sinergi ini seperti perbekalan saat berlayar, ini kekuatan dari dalam. Bagaimana bisa perusahaan menghadapi kejamnya dunia luar apalagi memenangkan persaingan, jika tidak membangun kekuatan dari dalam? Nonsenselah itu. Jika melihat pencapaian selama ini, tentu semua sepakat bahwa Semen Indonesia punya sumber daya dan sinergi yang kuat. Betul? Belum tentu.

Ngomong-omong soal badai, perusahaan ini sepertinya harus benar-benar memiliki Nahkoda yang kuat dan jago strategi. Kalau persolan internal dan kondisi perusahaan saja belum matang, bagaimana membuat strategi perang melawan penjajah (kompetitor)?

Disisi lain apa yang salah dengan perusahaan peroleh penghargaan Proper Emasini? Ditengah himpitan persaingan yang ketat dan pasar yang kacau, tentu sebuah perusahaan ingin bertahan. Salah satunya dengan ekspansi untuk terus eksis.

Tapi apa yang terjadi? Rencana pembangunan pabrik selalu dicibir sebagai "perusahaan perusak lingkungan" oleh sejumlah pihak.  Kita tahu di tempat lain banyak perusahaan asing yang dengan mudahnya dapat berdiri kokoh.

Padahal toh yang dilakukan perusahaan BUMN itu juga untuk kesejahteraan negara. Dari bangsa Indonesia, oleh bangsa Indonesia dan untuk Masyarakat Indonesia. Sebut saja Pabrik Rembang, kenapa sampai sekarang tidak ada yang berani memutuskan untuk beroperasi, sudah terlalu banyak beban perusahaan ini. Padahal seluruh ijin telah dikantongi? Ah sudahlah,dibahas lain kali saja soal ini.

Setidaknya Semen Indonesia masih punya proyek di daerah lain, Semen Indonesia Aceh dan Semen Kupang Indonesia. Kedua proyek tersebut telah berjalan tahun ini dan diharapkan akan menjadi "senjata" perusahaan untuk memenangkan persaingan. Namun kabarnya kedua proyek tersebut mangkrak tanpa tahu apa sebabnya?

Jika kabar tersebut benar tentu sangat disayangkan sekali karena hal tersebut sama halnya dengan kapal yang sedang berlayar namun banting stir tanpa ada badai.

Kapal yang Hilang Arah Itu Bernama Semen Indonesia
Kapal yang Hilang Arah Itu Bernama Semen Indonesia
Menegaskan Arah di Tengah Gelombang Persaingan

Tahun 2015 Semen Indonesia pernah mengangkat judul diatas sebagai tema annual report perusahaan tersebut. Menarik, dalam laporan tersebut Semen Indonesia menceritakan bagaimana jaman kejayaan mereka berangsur-angsur memudar.

Tapi nyatanya tidak ada ketegasan dalam menentukan arah. Buktinya, hingga kuartal III-2017 laba bersih SMGR sebesar Rp 1,46 triliun. Perolehan tersebut anjlok 50,16% dari laba bersih periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,92 triliun.

Sebenarnya pendapatan perseroan meningkat dari Rp 19,08 triliun menjadi Rp 20,55 triliun. Namun beban pokok pendapatan membengkak dari Rp 11,5 triliun menjadi Rp 14,5 triliun. Alhasil laba bruto perseroan turun dari Rp 7,5 triliun di kuartal III-2017 menjadi Rp 6,04 triliun di kuartal III tahun ini. Total liabilitas perseroan juga meningkat dari Rp 13,65 triliun di akhir 2016 menjadi Rp 17,14 triliun di September 2017. Tapi total aset perseroan meningkat dari Rp 44,2 triliun di akhir 2016 jadi Rp 47,29 triliun.

Kapal yang Hilang Arah Itu Bernama Semen Indonesia
Kapal yang Hilang Arah Itu Bernama Semen Indonesia
Ini termasuk prestasi terburuk sepanjang perjalanan Semen Indonesia. Entah apa sebabnya?

Badai besar, gelombang tinggi. Namun yang tersulit adalah saat perusahaan atau yang disebut "kapal" ini tidak tahu kemana arah untuk berlayar lagi. Pelan-pelan kapal akan diterjang ombak, menabrak karang dan tenggelam perlahan.

Tapi rasanya tidak mungkin terjadi, ini kan Semen Indonesia. Perusahaan sebesar Semen Indonesia tidak akan tenggelam dalam persaingan. Ya,terkecuali kalau perusahaan tersebut sudah buta arahnya mau kemana. Lebih zonklagi, kalau sudah tidak jelas arahnya, lalu karyawan demotivasi. Jika meninjau dari cerita diatas, salah satu yang membuat perusahaan kuat adalah perjuangan manajemen dan karyawan yang dilakukan secara kompak. Tapi bagaimana bisa kompak kalau demote. Waduh, amit-amit jabang bayi,jangan sampai terjadi.

Wahai Semen Indonesia, jangan sampai gentar. Menyandang nama "Indonesia" adalah sebuah tantangan sekaligus kebanggan. Perusahaan ini bukanlah sekedar soal mengupayakan keuntungan, perusahaan ini adalah sebuah simbol kedaulatan dibidang persemenan. Semen Indonesia masih mampu untuk bangkit dan menyokong pembangunan bangsa kearah yang lebih baik. Selamat berjuang, selamat berlayar!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun