Sebenarnya pendapatan perseroan meningkat dari Rp 19,08 triliun menjadi Rp 20,55 triliun. Namun beban pokok pendapatan membengkak dari Rp 11,5 triliun menjadi Rp 14,5 triliun. Alhasil laba bruto perseroan turun dari Rp 7,5 triliun di kuartal III-2017 menjadi Rp 6,04 triliun di kuartal III tahun ini. Total liabilitas perseroan juga meningkat dari Rp 13,65 triliun di akhir 2016 menjadi Rp 17,14 triliun di September 2017. Tapi total aset perseroan meningkat dari Rp 44,2 triliun di akhir 2016 jadi Rp 47,29 triliun.
Badai besar, gelombang tinggi. Namun yang tersulit adalah saat perusahaan atau yang disebut "kapal" ini tidak tahu kemana arah untuk berlayar lagi. Pelan-pelan kapal akan diterjang ombak, menabrak karang dan tenggelam perlahan.
Tapi rasanya tidak mungkin terjadi, ini kan Semen Indonesia. Perusahaan sebesar Semen Indonesia tidak akan tenggelam dalam persaingan. Ya,terkecuali kalau perusahaan tersebut sudah buta arahnya mau kemana. Lebih zonklagi, kalau sudah tidak jelas arahnya, lalu karyawan demotivasi. Jika meninjau dari cerita diatas, salah satu yang membuat perusahaan kuat adalah perjuangan manajemen dan karyawan yang dilakukan secara kompak. Tapi bagaimana bisa kompak kalau demote. Waduh, amit-amit jabang bayi,jangan sampai terjadi.
Wahai Semen Indonesia, jangan sampai gentar. Menyandang nama "Indonesia" adalah sebuah tantangan sekaligus kebanggan. Perusahaan ini bukanlah sekedar soal mengupayakan keuntungan, perusahaan ini adalah sebuah simbol kedaulatan dibidang persemenan. Semen Indonesia masih mampu untuk bangkit dan menyokong pembangunan bangsa kearah yang lebih baik. Selamat berjuang, selamat berlayar!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H