Mohon tunggu...
Surati Ningsih
Surati Ningsih Mohon Tunggu... -

Belajar di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

BAHASA BAGI ANAK

22 April 2015   16:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:47 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semakin hari, perkembangan dan pertumbuhan seorang anak akan terlihat semakin pesat. Perubahan tersebut dapat dilihat dari berbagai sisi, baik dari fisik, kognitif maupun psikisnya.Anak akan selalu melakukan hal-hal yang ia inginkan. Mereka juga telah bisa melakukan hal-hal yang berhubungan dengan cara berpikir. Anak mulai melakukan banyak hal, seperti bermain, bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, dan lain sebagainya. Nah, untuk melakukan sosialisasi tersebut setiap anak perlu memiliki bahasa yang cukup. Mereka belajar bahasa dari lingkungan sekitar seperti orang tua, teman maupun kerabatnya.

Dengan bahasa tersebut, anak akan mudah berkomunikasi dengan orang lain di sekitarnya. Karena memang salah satu fungsi bahasa adalah untuk berkomunikasi. Biasanya seorang anak akan mendapatkan kosa kata rata-rata 9000-10000 kata, kemudian menggunakannya dalam sebuah kalimat. Mereka juga telah bisa bercerita tentang apapun yang ditemui.

Namun, bagaimana jika orang tua ingin mengajarkan anak dua bahasa sekaligus? Yaitu bahasa ibu dan bahasa asing. Misalnya, seorang anak tinggal di lingkungan jawa maka bahasa ibunya adalah bahasa jawa. Lalu orang tuanya ingin agar anaknya pandai berbahasa asing, misalnya bahasa arab. Apakah nantinya bahasa asing ini bisa menghambat kelancaran anak dalam berkomunikasi dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya? Atau mungkin akan menghambat pemerolehan bahasa aslinya?

Menurut saya, hal tersebut boleh dilakukan. Tidak ada yang melarang orang tua untuk mengajarkan bahasa kedua kepada anaknya. Toh pada akhirnya si anak akan lancar berbahasa ibu. Awalnya mungkin terasa agak sulit karena nantinya si anak akan sedikit tertinggal oleh kawan-kawannya dalam berbahasa terutama dari segi kosa kata. Namun ketika anak tersebut sudah sekolah, ia akan mampu menyamai kawan-kawannya. Karena secara tidak langsung anak tersebut telah mempraktekkan bahasa ibunya sehari-hari.

Belajar bahasa ketika masih kecil akan lebih mudah daripada ketika sudah dewasa. Mengapa demikian? Karena memang pada masa ini anak mulai belajar banyak hal terutama bahasa. Pernah ada cerita bahwa ditemukan seorang anak yang sejak kecil tinggal di hutan. Sudah tentu ia hanya tinggal bersama hewan-hewan liar. Karena lingkungannya tidak mendukung untuk belajar bahasa, maka sampai ia dewasa kira-kira berumur 19 tahun, ia belum bisa berbicara menggunakan bahasa manusia. Setelah dirawat oleh seseorang, ia juga diajari berbahasa. Namun, ia tidak bisa mengucapkan kata-kata tersebut dengan baik dan benar. Nah disini terbukti bahwa jika seseorang belajar bahasa ketika masa remaja maupun dewasa, maka pemerolehannya tidak akan semaksimal seperti anak belajar bahasa ketika masih kecil.

Saran saya kepada para orang tua, silahkan mengajari bahasa asing kepada anak-anaknya ketika masih kecil. Namun, jangan terlalu memaksakan kehendak pula karena nantinya mungkin anak akan merasa tidak nyaman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun