Mohon tunggu...
Anton Priyanto
Anton Priyanto Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kecanggihan Persenjataan Membuat Densus 88 Tidak Humanis

28 Juli 2016   13:47 Diperbarui: 28 Juli 2016   13:56 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Keberhasilan yang telah diukir Densus 88 selama ini tentunya tidak bisa terlepas dari peralatan dansenjata canggih yang dimilikinya. Densus 88 tak hanya mendapatkan sederetperalatan canggih itu dari Kepolisian RI. Mereka juga mendapatkan dukunganpelatihan, biaya, dan peralatan dari Badan Intelijen Negara Barat, seperti CIA, FBI, atau National Service Australia. Berikut inisejumlah senjata yang dimiliki oleh Densus 88:

 1.           ColtM4 5.56 mm (senapan serbu)

2.           M4A1Carbine 5.56 x 45 mm (senapan serbu)

3.           Heckler& Koch HK416 (senapan mesin)

4.           Heckler& Koch MP5 (senapan mesin ringan)

5.           SteyrAUG (senapan mesin)

6.           ArmaliteAR-10 (senapan sniper)

7.           Remington 870 & Remington 700 Shotgun

8.           Ithaca37 Shotgun

9.           Glock17 Pistol (standar Pistol)

10.        BallisticShield (tameng)

11.        RompiAnti Peluru

Pengamat kepolisian dariUniversitas Padjajaran, Muradi, mengatakan, dukungan persenjataan dan peralatanDensus 88 memang sangat modern. Misalnya, senapan serbu jenis Colt M4 5.56milimeter, Steyr-AUG, Armalite AR-10, dan shotgunmodel Remington 870 yang ringan dan sangat handal buatan Amerika Serikat.Senjata jenis Steyr-AUG merupakan produksi perusahaan senjata Austria SteyrMannlicher yang merupakan Senapan Tentara Universal.

Tim elit bentukan Polri iniseakan-akan bermetamorfosis menjadi salah satu kekuatan militer di Indonesia menyaingi TNI. Masyarakat berpandangan jika Polisi sekarang ini bukan lagisebagai pranata umum sipil yang bertugas mengatur ketertiban dan sebagaipenegak hukum, namun sudah menjelma menjadi aparat militer. Suatu paradigmamengarah pada pergeseran status beserta kaidah dan kewenangan sebagai aparatsipil.

Maraknya aksi teror disejumlah wilayah seakan diilhami oleh pihak kepolisian menjadi ajang pembuktiankekuatan Densus 88 yang tidak lagi humanis. Banyak orang diduga sebagaiteroris, namun semakin banyak pelanggaran yang dilakukan oleh Densus. Banyakterduga teroris diburu, banyak pula yang tewas di tangan Densus tanpapenyelesaian secara hukum. Jadi bukannya menambah daftar keberhasilan, akantetapi memperpanjang daftar pelanggaran, baik prosedur, administrasi maupunpelanggaran HAM.

Banyaknya kritikan masyarakatterhadap Polri dan Densus 88, tidak juga membuat mereka mengambil tindakankoreksi maupun evaluasi terhadap kinerjanya selama ini. Mereka tidak menyadarijika faktor-faktor kekerasan yang dilakukan telah membuat jaringan terorismesemakin berkembang sebagai efek balas dendam. Apakah ini cara-cara Densus 88menciptakan suatu kondisi agar teroris tetap tumbuh di Indonesia?

Muncul opini lain jika Densus 88 sengaja terusmenumbuhkan terorisme sebagai sarana operasi dan penggunaan beragam senjatacanggih yang dimilliki. Jika tidak digunakan, maka dana dukungan untuk Densus88 akan terhenti. Jika hal ini terbukti, maka isu tentang akan adanya kucurandana yang lebih besar dari pihak asing bukanlah sekedar isapan jempol.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun