Mohon tunggu...
ANDREAS SURANTO
ANDREAS SURANTO Mohon Tunggu... Administrasi - -

Mahasiswa S1 Program Studi Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah Tak Pernah Lupa

10 Juni 2018   22:19 Diperbarui: 10 Juni 2018   22:43 1186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karnaval dalam Rangka Mempetingati HUT Republik Indonesia ke 72 Tahun ini, Dusun Merapisari, kampung imigran lokal dari tragedi letusan Gunung Merapi pada tahun 1954 lalu, yang sekarang terletak persis berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan berada di wilayah Kabupaten Magelang, dengan Kecamatan Ngablak. 

Dusun Merapisari sendiri dalam memperingati HUT RI, mendapatkan undian karnaval dengan tema 'Kebudayaan' seperti halnya dengan kampung-kampung lainnya di Kecamatan Ngablak yang juga mendapatkan undian dengan tema masing-masing.

Satu hal yang menjadi kebanggaan Dusun ini adalah keikutsertaan hampir seluruh masyarakatnya dalam memeriahkan karnaval dengan tema kebudayaan itu sendiri. Dari anak-anak kecil sampai ibu-ibu yang sudah bisa dikategorikan sebagai mbah-mbah inilah antusias yang sangat tinggi. Bagi remaja dan dewasa sediri membuat ide mereka menjadi bentuk 3 dimensi. Seperti halnya, membuat Ogoh-ogoh. 

Pembuatan ini juga dilalukan sangat cepat, hanya butuh beberapa hari saja dengan dikerjakan oleh beberapa Pemuda Karangtaruna. Tinggi Ogoh-ogoh ini diperkirakan sekitar 3,5 meter dengan bahan-bahan yang mudah didapatkan, jikalau kerangka Ogoh-ogoh dari Bali dibuat dari Kayu Rotan, Ogoh-ogoh disini dibuat dengan Bamboo bilah. Sedangkan untuk rambutnya sediri dibuat dari Mbang Pring (Bunga Bamboo) yang dicat dengan warna yang sepadan. Betapa hebatnya karya ogoh-ogoh itu.

Srikandi-srikandi Kecil (dokpri)
Srikandi-srikandi Kecil (dokpri)
Topeng Ireng (dokpri)
Topeng Ireng (dokpri)
Peran embah dalam Kesenian Tradisional (dokpri)
Peran embah dalam Kesenian Tradisional (dokpri)
Para Pengiring Musik (dokpri)
Para Pengiring Musik (dokpri)
Tarian Kesenian Warok (dokpri)
Tarian Kesenian Warok (dokpri)
Untuk para ibu tadi, mendapatkan latihan selama dua malam untuk Tarian Kesenian Topeng Ireng dan Jatilan. Bapak-bapaknya juga tidak mau kalah, mereka juga berlatih Tarian Kesenian Warok.

Hari H pun datang, anak-anak kecil sendiri dari aneka umur. Dari TK sampai SD kelas enam dijamu dengan seragam ala ksatria dan dewi-dewi. Ksatria kecil ini disimbolkan dengan Gagahnya Ksatria Gatotkaca dengan jubah yang terbuat dari Kardus bekas dengan dilapisi kertas emasnya. Dewi-dewi kecilnya pun tak mau kalah, mereka berpakaian bak Srikandi.

Lainhalnya dengan remaja yang cantik-cantik, mereka berpakaian laksana puteri kerajaan jaman dahulu. Ada Pakaian dari Sendratari dan Puteri Jawa.

Untuk Remaja Puteranya, mereka berkostum ala Buto, Hanoman, Gatotkaca dan Simon. Sedangkan saya sendiri masuk dalam Pakaian Kesenian Majapahit yang mengiringi dua Pangeran berkuda.

Ksatria Gatotkaca Junior (dokpri)
Ksatria Gatotkaca Junior (dokpri)
Sendratari (dokpri)
Sendratari (dokpri)
Pawai akbar dalam Karnaval ini, dusun Merapisari mendapatkan urutan ke tiga yang sebelumnya sudah dibeberkan panitia Karnaval HUT RI, pawaii pun berlangsung, dusun Merapisari mulai merapikan barisan mulai diantaranya: Pemegang Bendera Sang Saka Merah Putih, Bendera Lambang Karang Taruna Merapisari aka MERSIKA, Para Gadis Sendratari, Para Kelompok Majapahit yang terdiri dari Dua Pangeran berkuda dan para prajurit kerajaan dan mahapatihnya, Ogoh-ogoh dengan para buto dengan alat musik dan pemainnya, Warok dan Jatilan dengan alat musik dan pemainnya, Topeng Ireng, Topeng Buto, Hanoman, Srikandi-srikandi Kecil dan Gatotkaca-gatotkaca Junior.

Rute yang dilalui ini juga lumayan panjang, sekitar 2 kilo dengan rute jalan kaki. Adapun dari Lapangan kembali ke lapangan. Tetapi sebelum sampai di lapangan para peserta karnaval harus melalui panggung juri yang berada di depan balai desa Ngablak. Barisan dari dusun Merapisari sendiri diatur oleh kepala dusun Merapisari, seperti halnya kepala pleton pada setiap upacara bendera. 

Dalam perjalanan tersebut tak luput juga bantuan dari beberapa warga dusun Merapisari yang bertugas membawakan air mineral bagi peserta pawaii karnaval yang dahaga. Sesampainya di depan panggung juri, disambutlah barisan pawaii dusun Merapisari ini oleh para juri dengan tepuk tangan dilanjutkan dengan sikap berdiri. Tak luput juga disana ada Ibu Lurah Ngablak yang sumringah meihat pawaii dusun Merapisari melewatinya. Tarian Topeng Ireng, Jatilan dan Warok menampilkan kesenian khas masing-masing. 

Hebatnya, dalam latihan selama dua hari itu, para ibu-ibu yang sudah bercucu itu dengan anggun dan luwesnya menari bak penari profesional. Para Hanoman dan Gatotkaca juga memberanikan diri menari di depan para juri. Tak mau kalah, srikandi-srikandi kecil dan Gatotkaca-gatotkaca juniorpun ikut-ikutan menari laksana puteri dan berbaris rapi diselimuti rasa malu sebagai sikap anak kecil jikalau tampil di depan umum. 

Akhirnya barisan pawaii karnaval dusun Merapisari sudah selesai melewati panggung juri. Melanjutkan perjalanan menuju lapangan. Sesampainya di lapangan, disambut hangat dengan ibu-ibu pembawa air mineral dan juga makan siang.

Selanjutnya sembari menunggu pawaii karnaval dari dusun lainnya, para peserta pawaii dari dusun Merapisari mengambil momet-moment bahagia ini dengan berfoto-foto. Ada yang berfoto dengan ogoh-ogoh, penunggang kuda Majapahit, para penari Warok, Jatilan, Topeng Ireng dan yang lainnya.

Waktu yang ditunggu pun tiba, pengumuman pemenang Lomba Karnaval. Seantero peserta dengan sikap dag dig dug pun menunggu. Sahut speaker TOA dengan lantang memberitahukan bahwa Dusun Lain sebagai juara, membuat bunggah dusun tersebut, tetapi sambungnya sebagai Juara ketiga. Sotak saya dan beberapa orang tertawa lucu menikmati kejadian Baper tersebut. Sebagai juara kedua diperoleh dusun tetangga. 

Nah dag dig dug, sebagai juara pertama inilah, para peserta pawaii karnaval tidak muda dan tua ini dirasakan. Saya sembari berteriak "Merapisari!" berulang kali dengan pedenya. Dari TOA disana itulah, diperoleh skor dengan nilai paling tinggi, sekitar 3400 an. Disebut nama 'MERAPISARI'. Sontak bagai kejatuhan durian runtuh, warga dusun Merapisari berlari kegirangan menyambut kemenangan. 

Seperti gerombolan semut mendapatkan gula, begitulah sontak kemenangan yang dialami. Piala Kemenangan Juara I Karnaval antar dusun se kecamatan Ngablak, dipegang, rasa haru dan bangga pun menyelimputi warga dusun Merapisari. Sebagai ungkapan syukur atas kemenangan di lapangan, para ibu-ibu penari Kesenian Topeng Ireng mempersembahkan tariannya didepan masyarakat sekecamatan Ngablak disusul dengan tarian Kesenian Jatilan. Hebattt!!

Begitulah dimana kebudayaan akan terus dilestarikan mana kala jaman sudah menuju kepada era digilalisasi dan modernisasi. Dimana keberagaman akan terus dijunjung tinggi dan semangat akan Kemerdekaan Republik Indonesia menjadi landasan penting dalam menjalankan amanat Undang-undang 1945 dan Dasar Pancasila.

Karena pada dasarnya adalah cinta tanah air membuat Budaya Lokal bertahan.

Selamat Menikmati Kemerdekaan Indonesia. Jayalah Negeriku, Jayalah Bangsaku.

Salam dari Anak Gunung, Dusun Merapisari, Kec. Ngablak, Kab. Magelang.

Dusun yang strategis untuk berinvestasi ternak sapi bagi pembisnis, sebagai tempat live in bagi anak perkotaan, KKN bagi mahasiswa pertanian, peternakan dan dokter hewan. Dusun yang cocok untuk melepaskan lelah atas panasnya hawa perkotaan. Dan masih banyak hal-hal yang menonjol yang belum tergali sedalam mungkin.

Kab. Magelang, 21 Agustus 2017.

Penulis: SURANTO ANDREAS

Website Dusun Merapisari: https://merapisari.wordpress.com/ atau MERAPISARI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun