Ketika berbicara tentang keamanan jaringan, terutama untuk instansi pemerintah, penggunaan perangkat lunak keamanan yang tepat dan sistem operasi yang aman sangatlah penting.
 Salah satu isu utama dalam keamanan jaringan saat ini adalah serangan ransomware. Namun, pendekatan yang diambil oleh banyak instansi masih sering kali tidak memadai. Mengandalkan Windows Defender saja, misalnya, dianggap oleh banyak ahli keamanan sebagai langkah yang tidak cukup dan bahkan berisiko.
Kelemahan Windows dalam Keamanan Jaringan
Windows merupakan sistem operasi yang paling umum digunakan, namun juga yang paling rentan terhadap serangan. Alasan utama adalah popularitasnya yang membuatnya menjadi target utama bagi para penjahat siber. Selain itu, arsitektur Windows memiliki beberapa kelemahan inheren yang membuatnya kurang ideal untuk keamanan jaringan yang ketat.
Sebaliknya, sistem operasi Unix dan Linux sering dianggap sebagai pilihan yang lebih aman dan stabil untuk jaringan. Berikut adalah beberapa alasan mengapa Unix dan Linux lebih unggul:
Keamanan yang Lebih Baik: Sistem Unix dan Linux dirancang dengan keamanan sebagai prioritas utama. Penggunaan model perizinan yang ketat dan struktur file sistem yang lebih aman membuatnya lebih sulit untuk dieksploitasi.
Open Source: Kode sumber terbuka memungkinkan komunitas global untuk mengidentifikasi dan memperbaiki kerentanan dengan cepat. Hal ini berbeda dengan Windows yang bersifat proprietary dan memerlukan waktu lebih lama untuk memperbaiki celah keamanan.
Flexibilitas dan Kontrol: Unix dan Linux memberikan kontrol penuh kepada administrator jaringan untuk mengkonfigurasi dan mengamankan sistem sesuai kebutuhan spesifik mereka.
Pentingnya Pemahaman Bahasa Pemrograman dalam Keamanan Jaringan
Mengandalkan perangkat lunak antivirus semata tidaklah cukup untuk menjamin keamanan jaringan, terutama dalam konteks instansi pemerintah yang sering menjadi target serangan canggih. Programmer yang bekerja dalam bidang keamanan jaringan harus memiliki pemahaman mendalam tentang beberapa bahasa pemrograman berikut:
Assembly: Bahasa ini memberikan kontrol tingkat rendah atas hardware komputer, memungkinkan programmer untuk menulis kode yang sangat efisien dan aman. Pemahaman Assembly penting untuk mengidentifikasi dan memperbaiki kerentanan pada level yang paling dasar.
C dan C++: Bahasa ini sering digunakan dalam pengembangan sistem operasi dan perangkat lunak keamanan. Mereka memungkinkan pembuatan aplikasi yang cepat dan efisien, serta memberikan kontrol penuh atas sumber daya sistem.
Java: Meskipun Java lebih sering digunakan dalam pengembangan aplikasi tingkat tinggi, pemahaman tentang bahasa ini tetap penting karena banyak aplikasi enterprise menggunakan Java, termasuk aplikasi yang berjalan di server pemerintah.
Pascal: Meskipun kurang populer dibandingkan bahasa lainnya, Pascal masih digunakan dalam beberapa sistem legacy yang mungkin masih dioperasikan oleh instansi pemerintah.
COBOL: Bahasa ini khususnya penting karena banyak sistem legacy di instansi pemerintah yang masih menggunakan COBOL. Pemahaman tentang COBOL diperlukan untuk memelihara dan mengamankan sistem ini.
Pendekatan Komprehensif terhadap Keamanan Jaringan
Untuk melindungi jaringan dari serangan ransomware dan ancaman siber lainnya, instansi pemerintah harus mengambil pendekatan yang komprehensif, termasuk:
Migrasi ke Sistem Operasi yang Lebih Aman: Pertimbangkan untuk beralih dari Windows ke Unix atau Linux untuk meningkatkan keamanan jaringan.
Pelatihan dan Pendidikan: Investasi dalam pelatihan dan pendidikan untuk staf IT agar memiliki pemahaman mendalam tentang bahasa pemrograman yang relevan dan praktik terbaik dalam keamanan siber.
Penerapan Praktik Keamanan yang Ketat: Gunakan model perizinan yang ketat, enkripsi data, dan monitoring jaringan secara terus-menerus untuk mendeteksi dan merespons ancaman dengan cepat.
Pemanfaatan Open Source Tools: Manfaatkan alat-alat keamanan open source yang telah teruji dan dikembangkan oleh komunitas global, yang sering kali lebih cepat dalam menanggapi ancaman baru.
Dengan langkah-langkah tersebut, instansi pemerintah dapat meningkatkan keamanan jaringan mereka dan lebih efektif melindungi diri dari ancaman ransomware dan serangan siber lainnya.
Aku pernah bertanya kepada salah satu instansi pemerintah yang kutanyakan ketika itu adalah aplikasi Srikandi ingat developer aplikasi ini terdiri dari 8 orang namun apakah mereka sudah menerapkan hal seperti berikut ini. Okelah 8 orang itu dianggap cukup namun masa ketika migrasi dari Srikandi 2 ke Srikandi 3 harus Download dan Upload lagi file nya. sangat buang waktu dan tidak effisien, sebenarnya cukup database saja yang di mainkan.
Oke sekarang kita berbicara mengenai teknik dan penanganan apa yang tepat setelah sebelumnya kita berbicara mengenai teknisÂ
ada banyak aspek teknis dan operasional lain yang harus diperhatikan untuk memastikan keamanan dan keberlanjutan sistem.
1. Backup Data Secara Berkala
Backup data adalah langkah penting untuk memastikan bahwa data tidak hilang dalam situasi darurat. Berikut adalah beberapa praktik terbaik:
- Frekuensi Backup: Lakukan backup harian untuk data yang berubah secara reguler, dan backup mingguan atau bulanan untuk data yang lebih statis.
- Lokasi Backup: Simpan backup di lokasi yang terpisah secara fisik dari sistem utama untuk menghindari kehilangan data akibat bencana lokal.
- Versi Backup: Pertahankan beberapa versi backup untuk memungkinkan pemulihan data dari berbagai titik waktu.
2. Penerapan Keamanan Berlapis (Layered Security)
Pendekatan keamanan berlapis melibatkan penerapan beberapa lapisan keamanan untuk melindungi aplikasi dan data:
- Firewall dan IDS/IPS: Gunakan firewall untuk mengontrol akses ke jaringan dan sistem serta sistem deteksi dan pencegahan intrusi (IDS/IPS) untuk mendeteksi dan mencegah aktivitas mencurigakan.
- Enkripsi Data: Enkripsi data saat disimpan (at rest) dan saat ditransmisikan (in transit) untuk melindungi dari akses tidak sah.
- Otentikasi Multi-Faktor (MFA): Terapkan MFA untuk meningkatkan keamanan akses pengguna dengan menambahkan lapisan verifikasi tambahan selain kata sandi.
3. Manajemen Akses dan Kontrol
Kontrol akses yang ketat adalah kunci untuk mencegah akses tidak sah ke sistem dan data:
- Prinsip Least Privilege: Berikan hak akses minimal yang diperlukan kepada setiap pengguna dan proses untuk menjalankan tugas mereka.
- Manajemen Identitas dan Akses (IAM): Gunakan sistem IAM untuk mengelola identitas pengguna dan kontrol akses dengan lebih efektif.
- Audit dan Logging: Aktifkan logging untuk semua aktivitas akses dan tinjau log secara berkala untuk mendeteksi perilaku mencurigakan.
4. Pembaruan dan Patch Sistem
Sistem dan aplikasi yang tidak diperbarui adalah target empuk bagi serangan siber:
- Pembaruan Rutin: Lakukan pembaruan dan patching secara rutin untuk sistem operasi, perangkat lunak, dan aplikasi untuk menutup celah keamanan.
- Manajemen Kerentanan: Gunakan alat manajemen kerentanan untuk mengidentifikasi dan memperbaiki kerentanan sebelum dieksploitasi oleh penyerang.
5. Pengujian Keamanan (Security Testing)
Pengujian keamanan harus menjadi bagian integral dari siklus pengembangan dan operasi aplikasi:
- Pengujian Penetrasi (Pen Testing): Lakukan pengujian penetrasi untuk mengidentifikasi dan memperbaiki kelemahan sebelum dapat dieksploitasi oleh penyerang.
- Pengujian Keamanan Aplikasi: Gunakan alat pengujian otomatis seperti Static Application Security Testing (SAST) dan Dynamic Application Security Testing (DAST) untuk mengidentifikasi kerentanan dalam kode aplikasi.
- Bug Bounty Program: Pertimbangkan untuk menjalankan program bug bounty untuk melibatkan komunitas keamanan dalam menemukan dan melaporkan kerentanan.
6. Prosedur Tanggap Insiden
Mempersiapkan dan merespons insiden keamanan dengan cepat dapat meminimalkan dampak:
- Tim Tanggap Insiden: Bentuk tim tanggap insiden yang terlatih untuk merespons dan menangani insiden keamanan.
- Rencana Tanggap Insiden: Buat dan uji rencana tanggap insiden yang mencakup identifikasi, mitigasi, dan pemulihan dari insiden.
- Simulasi Insiden: Lakukan simulasi insiden secara berkala untuk memastikan kesiapan tim dan efektivitas rencana tanggap insiden.
7. Pendidikan dan Pelatihan
Kesadaran dan pendidikan keamanan bagi semua staf sangat penting untuk mencegah serangan siber:
- Pelatihan Keamanan Rutin: Adakan pelatihan keamanan rutin bagi semua staf untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang praktik terbaik keamanan.
- Simulasi Phishing: Lakukan simulasi serangan phishing untuk melatih staf mengenali dan menghindari serangan phishing.
Dengan menerapkan strategi dan teknik tersebut, instansi pemerintah dapat meningkatkan keamanan aplikasi mereka secara signifikan dan melindungi data serta sistem mereka dari ancaman siber.
Ketujuh hal tersebut sering dilakukan oleh Provider Swasta anggap saja Jagoan hosting, Dewahost, Rumahweb, Masterweb, Hostinger. Sehingga keamanan dari mereka lebih terjamin. Orang lebih menyukai penggunaan Provider swasta daripada pemerintah sebab penanganan mereka serius dan bukan abal-abal. Hayoo, Masa kalah sama Jagoan Hosting, Rumahweb sihÂ
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H