Bangsa Indonesia merupakan bangsa majemuk yang memiliki beragambudaya atau tradisi. Salah satu keunikan Indonesia yang tidak dimiliki oleh negara lain adalah keaneragaman suku dan budaya yang tersebar dari Sambang sampai Marauke, setiap kelompok etnik yang ada di Indonesia memiliki ragam budaya, tradisi yang berbeda-beda dan tentu memiliki beberapa sudut pandang berbeda, namun cenderung memiliki tujuan kesamaan tertentu.
Masyarakat suku Bugis contohnya, Masyarakat Bugis merupakan salah satu suku yang sangat mempertahankan budaya dan adat istiadatnya di Indonesia. Suku Bugis tergolong ke dalam suku-suku Melayu Proto dimana berasal dari kata To Ogi’ , yang berarti orang Bugis. Penamaan Ogi’, Ugi, atau Bugis merujuk pada raja pertama kerajaan Cina.
Ditengah peradaban, Masyarakat Indonesia dihadapkan dengan berbagai persoalan yang mendasar seperti generasi millenial, isu lokal–global, dan ada berbagai persoalan lainnya yang kiranya gagal memanfaatkan potensi serta tidak dapat beradaptasi dengan dinamika global.
Dalam hal ini adalah generasi millenial yang semakin hari memperlihatkan peradaban manusia yang semakian hari semakian retak, khususnya dikalangan Masyarakat Bugis. Pengetahuan mendalam tentang prinsip kekerabatan sangat penting untuk membentuk tatanan sosial seperti tradisi budaya Mappatabe’ atau Tabe’ dikalangan masyarakat bugis yang semakin hari merosot dan bahkan hampir hilang di kalangan anak muda masa kini (generasi millenial).
Tabe’ atau Mappatabe’ merupakan suatu warisan sangat indah yang ditinggalkan oleh leluhur, dengan budaya sopan dan santun yang tidak hanya melalui ucapan tapi juga dengan gerak. budaya Mappatabe’ atau tabe’ sangatlah penting dalam pembentukan karakter anak dalam sikap sopan, santun dan juga hormat baik dilingkungan keluarga, sekolah, ataupun masyarakat.
Demikian pula dengan adat istiadat masyarakat bugis dengan Budaya tabe’ ini dapat menjadi kebiasaan apabila kita pelajari dan direalisasikan dengan baik juga akan kita ambil hikmanya, biasanya kata tabe’ digunakan oleh masyarakat bugis sebagai ungkapan penghormatan kepada orang yang lebih tua (anak mappatabe’ ke orang tua, guru disekolah, maupun orang yang dianggap tua yang ditemui di jalan).
Tidak hanya itu tabe’ juga merupakan salah satu bentuk komunikasi non verbal yang bisa ditunjukkan sikap Taro Ada Taro Gau, yaitu keselarasan antara perkataan dan perbuatan, biasanya dibarengi oleh gerakan badan yang sedikit membungkuk dan condong kedepan diiringi dengan tangan kanan kebawah dkepada orang yang dilewatu sambil memberikan senyuman.
Ada sebuah pepatah yang mengatakan bahwa tak kenal maka tak sayang, maka semakin kita mengenal budaya dan adat istiadat yang ada, maka kita akan semakin menyayanginya, dan begitulah kiranya apabila kita kaitkan adat dan budaya.
Mirisnya, kini budaya mappatabe’ perlahan-lahan telah luntur khususnya dikalangan remaja Abg atau istilah gaulnya “Anak Millenial”, mereka tidak lagi mengedepankan adab, sopan, santun kepada orang yang dituakan, kata tabe’ nek…,tabe’ pak…, tabe’ bu…, sudah sangat jarang lagi digunakan dan bahkan sudah jarang di dengarkan dari generasi sekarang, paling yang ditemui hanya mereka yang lewat tanpa permisi bahkan kepada orang tua mereka sendiri.