Mohon tunggu...
Rahmat Petuguran
Rahmat Petuguran Mohon Tunggu... -

Orang desa, senang jalan-jalan dan membaca...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Soal Saripetojo, Bibit Waluyo dan Jokowi Hanya Salah Paham

18 April 2013   10:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:01 2199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_248464" align="alignleft" width="568" caption="Setelah terlibat polemik soal pabrik es Saripetojo, Bibit Waluyo dan Joko Widodo bersalaman. Foto dari www.mediaindonesia.com"][/caption]

SEPERTI anggota masyarakat Jawa Tengah lain, saya termasuk yang nyinyir melihat rekam jejak Bibit Waluyo. Mantan Pangdam, Pangkostrad, dan kini Gubernur Jawa Tengah ini kerap melontarkan pernyataan kontroversial. Yang paling heboh tentu saja perseteruannya dengan Walikota Solo Joko Widodo soal pemanfaatan lahan bekas pabrik es Saripetojo.

Di luar itu, Bibit juga beberapa kali mengeluarkan pandangan kontroversial yang kurang bijak. Saat mengomentari penampilan jaran kepang dalam sebuah perhelatan golf internasional di Magelang, ia juga mengatakan “jaran kepang sebagai kesenian terjelek di dunia.”

Ucapan-ucapan semacam ini, terus terang membikin saya penasaran. Apakah benar Bibit Waluyo demikian konyol? Sebagai pemimpin yang punya rekam tidak main-main di militer, pernyataannya kok agak berseberangan. Apakah dia tidak memperhitungan risiko sosial-politik dari pernyataan yang dilontarkannya.

Maka, saya mulai selidiki beberapa pernyataan itu. Ada beberapa fakta menarik yang saya peroleh.

Soal ucapan “walikota bodoh”, Bibit Waluyo mengucapkan itu ketika diwawancarai wartawan secara on the spot usai meresmikan Jembatan di Pabelan, Magelang. Anda saya yakin tahu, dalam wawancara on the spot, wartawan dan narasumber sama-sama bersikap spontan. Saat itu, wartawan tanya, “Bagaimana pendapat Bapak soal sikap Pak Jokowi yang menentang kebijakan Bapak?”

Fokus pertanyaan wartawan saat itu adalah sikap Jokowi yang tidak mengindahkan perintah Gubernur. Jadi, sama sekali tidak menyinggung substansi rencana pembangunan mall di lahan tersebut. Jawaban Bibit saat itu adalah, “"Wali Kota Solo itu bodoh, kebijakan Gubernur kok ditentang. Sekali lagi saya tanya, Solo itu masuk wilayah mana? Siapa yang mau membangun?"

Jika dicermati seksama, pernyataan “walikota bodoh” yang dilontarkan Bibit sebenarnya berkaitan dengan pembagian peran antara dirinya sebagai gubernur dengan Joko Widodo sebagai walikota. Penolakan Jokowi terhadap rencana Pemerintah Provinsi mengelola lahan eks Saripetojo, di mata Bibit, agaknya adalah kesembronoan. Lebih-lebih, tanah eks Saripetojo memang aset Pemprov yang dikelola melalui Perusda Citra Mandiri. Secara de jure Pemerintah Provinsi Jawa Tengah lah yang berhak menggunakan lahan itu.

Rencana Bibit Waluyo menggunakan lahan eks pabrik es Saripetojo pun bertujuan baik. Ia ingin lahan dan gedung yang mangkrak bisa produktif sehingga membawa menambah pendapatan daerah sekalgus memberdayakan masyarakat sekitar. Dari aspek ekonomi, menurut saya ini sikap yang sangat rasional. Pilihan untuk dibangun mall atau hotel, saat itu belum definitif karena masih dilakukan kajian bersama investor.

Setelah dilakukan identifikasi oleh tim independen, bangunan bekas pabrik es Saripetojo ternyata bukan termasuk cagar budaya.Tim pengkaji cagar budaya dari tiga perguruan tinggi menyimpulkan bahwa bekas bangunan pabrik es Saripetojo tak layak ditetapkan sebagai cagar budaya. Kesimpulan tersebut diambil tim yang diketuai Profesor Eko Budiharjo dengan delapan orang anggota dari tiga perguruan tinggi, yakni Universitas Diponegoro Semarang, Universitas Semarang, dan Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Saya termasuk yang mempercayai inetgritas keilmuan Prof. Eko. Jadi, tidak mungkin pendapat beliau disetir, apalagi “dijual” seperti yang sempat diberitakan.

Kini, setelah kajian dilakukan secara lebih komprehensif, lokasi pabrik es Saripetojo akan digunakan untuk membangun hotel 15 lantai. Kajian Analisis Menganai Damapk Lingkungan (Amdalin) sudah selesai dilakukan. Hotel boleh dibangun dengan 2 basement sebagai tempat parker. Yang menggemberikana adalah, investor akan menyediakan 32 kios untuk pedagang buah yang selama ini berdagang di sekitar lokasi.

“Kami akan sediakan kios pada mereka, sebanyak 32 unit kios. Jadi pedagang tidak usah khawatir dengan pembangunan hotel nanti,” kata Suyuti, Direktur Utama Perusda Citra Mandiri selaku pemilik aset di bekas pabrik es Saripetojo. Berdasarkan diskusi investor dengan DPRD Kota Surakarta, bahkan disepakati, operasional Hatel Saripetojo harus menggunakan setidak-tidaknya 40 persen karyawan dari masyarakat sekitar. Ajeeeebbbb….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun