Mohon tunggu...
Rahmat Petuguran
Rahmat Petuguran Mohon Tunggu... -

Orang desa, senang jalan-jalan dan membaca...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Andai Suratku Ini Dibaca Presiden RI

12 Januari 2012   16:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:58 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Presiden Republik Indonesia yang tak terlalu aku hormati.

Hari ini ribuan rakyat Indonesia turun ke jalan, menuntut hak-hak dasar. Perangkat desa menuntut RUU Desa disahkan. Di Bekasi buruh memblokir jalan tol  minta upah dinaikan. Aktivis mendobrak pagar gedung DPR. Bahkan mahasiswa Malang membakar foto wajahmu yang tembem itu.

Presiden, apa kamu melihat itu? Atau saat itu kamu sibuk melambaikan tangan pada para bawahan dari jendela mobil dinas?

Demonstrasi itu, kalau kamu pengin tahu, adalah bukti ketidakpercayaan mereka pada kamu. Sebagai pemimpin pemerintahan, kamu telah dianggap tidak mampu mewujudkan cita-cita berbangsa. Bahkan hak-hak dasar rakyat, seperti tanah dan pekerjaan, tidak bisa kamu sediakan.

Aku membayangkan, jadi presiden itu enak. Menikmati fasilitas kelas wahid, dikelilingi bawahan loyal, dan menerima laporan ABS . Ya, ya, ya, aku tahu itu menyenangkan.

Itu fasilitas, tentu boleh kamu nikmati. Tapi, jangan sampai bikin kamu buta ya. Jangan terus mempersepsi diri sebagai pemimpin berwibawa. Juga, jangan menganggap Indonesia baik-baik saja. Sebab, kamu tahu, negara ini terkoyak. Rasa keadilan kami terlukai. Optimisme hidup surut dan terus berkurang. Pejabat bermewah-mewahan sementara banyak rakyat kecil harus berpeluh hanya untuk dapat makan.

Ayolah, keluar dari istana. Sekali-kali, melarikan diri dari kawalan paspampres. Turunlah ke daerah kumuh, ke desa-desa terpencil, ke tempat para buruh mengontrak ruangan 4x4 untuk hidup sekeluarga. Lepaslah jubah kamu supaya kamu bisa melangkah ringan, lincah, dari gang ke gang. Dengar keluh kesah mereka. Aku yakin kamu akan tahu bahwa banyak rakyat menderita.

Tuan Presiden. Mestinya kamu melihat, makin banyak orang papa di negara kita. Mereka mengemis lantaran bingung harus kerja apa. Apa kamu juga tahu, makin banyak anak muda putus asa. Mereka harus berdesak-desakan di bis ekonomi menjajakan lontong dan gorengan?

O iya, jangan terus mengimpor barang apalgi mengizinkan puluhan waralaba masuk Indonesia. Kebijakanmu atau anak buahmu itu, bikin barang-barang produksi dalam negeri tidak laku. Buah-buahan yang kami tanam harganya murah. Mulai sekarang, berpikirlah supaya barang-barang produksi dalam negeri jadi tuan di negeri sendiri.

Tapi, kalau kamu memang tidak sanggup mengerjakan itu semua, ya sudahlah, mundur saja. Aku tahu kamu sudah tua. Nalarmu mungkin sudah tidak bias bekerja sempurna. Mundurlah. Serahkan kursi presiden yang kamu duduki ke orang yang masih cukup cakap.

Rahmat Petuguran,  petani di desa Petuguran, Punggelan, Banjarnegara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun