Mohon tunggu...
Su Rahman
Su Rahman Mohon Tunggu... -

Hanya manusia biasa yang sedang mencari jalan untuk pulang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kunjungan Bapak Anand Krishna ke Sai Pooja Ashram – Mahendradatta, Denpasar

29 Desember 2011   01:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:38 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="alignright" width="300" caption="Kunjungan Bapak Anand Krishna ke Sai Pooja Ashram – Mahendradatta, Denpasar"][/caption] Untuk yang kedua kalinya, dalam bulan ini, Bapak Anand Krishna kembali mengunjungi Sai Center. Kali ini yang beliau kunjungi adalah yang berlokasi di Jalan Mahendradatta, Denpasar. Menurut pendiri Ashram ini, Bapak Nyoman dan Dayu Pujawati, Ashram mereka ini diberi nama Sai Pooja Ashram oleh Baba. Sebelumnya tempat pemujaan mereka berlokasi di perumahan monang-moning, Denpasar. Dengan bertambah banyaknya para Bhakta yang datang, tempat mereka menjadi sempit sekali,  maka mereka berkeinginan untuk membangun tempat yang lebih besar. Permohonan mereka pun direstui Baba dan sekaligus Baba memberi nama Sai Pooja Ashram. Tepat jam 7 malam, Bhajan dimulai dengan pembacaan doa-doa. Selang 20 menit kemudian, dimulailah Bhajan dengan lagu Ganesha, dan berakhir sekitar pukul 8-an. Acara kemudian dibuka oleh Pak Nyoman, salah satu pendiri Sai Pooja Ashram. Beliau bercerita sedikit tentang pertemuan beliau dengan Bapak Anand Krishna sekitar tahun 80-an, dan saat itu Bapak Anand Krishna masih aktif di Sai Center Jakarta dan menjabat sebagai Sekretaris. Sesaat kemudian Bapak Anand Krishna menimpali bahwa tahun tahun tersebut, ketika bertemu dengan pak Nyoman dan Dayu Pujawati, belum banyak Bhakta di Bali. Center pertama adalah di Jalan Veteran Denpasar, di rumah Bapak Dharmawijaya. Setelah itu barulah para Bhakta yang lain seperti Pak Wiana, Pak Djendra dan Pak Raka bergabung. Bapak Anand Krishna memulai wacana beliau dengan mengulas discourse Baba yang terakhir, yang Baba wacanakan pada tanggal 22 November 2010. Menurut Bapak Anand Krishna, ini adalah testimoni Baba yang terakhir dan testimoni ini sama pentingnya dengan testimoni Baba yang petama. (Testimoni Baba yang petama ini telah diulas oleh Bapak Anand Krishna dalam buku beliau yang berjudul Sai Anand Gita). Dan, beliau melanjutkan, ini akan menjadi sequel dari buku Sai Anand Gita. Bapak Anand Krishna kemudian melanjutkan testimoni Baba. Wujud Cinta Kasih para mahasiswa/siswa. Masih dalam wacana Baba,” Kalian pasti berharap-harap, betapa senangnya mendengarkan Suami (sebutan untuk Baba), tetapi kali ini  saya tidak akan bicara mengenai pendidikan. Negeri ini, Bharat, melahirkan banyak wanita luar biasa, seperti Chandrawati, Savitri, Shita dan Damayanti.” Menurut Bapak Anand Krishna yang ingin ditegaskan disini oleh Baba adalah bahwa perempuan memiliki kekuatan Kesetiaan dan Kebenaran. Sawitri misalnya, dia menunggui suaminya, sesaat suaminya akan meninggal dan dia melakukan penance/ pengorbanan supaya suaminya dihidupkan kembali oleh Yama. Kehidupan seorang suami tergantung pada istri, begitu pula sebaliknya. Disini, kita tidak bicara dan melihat perempuan sebagai sosok perempuan, tetapi sifat feminin yang dimiliki perempuan harus ada didalam diri kita semua. Kesetiaan dan Kebenaran adalah sifat-sifat perempuan. Bapak Anand Krishna kemudian melanjutkan, bahwa, sifat-sifat seperti Kesetiaan, Kebenaran dan Pengorbanan ini harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dan tidak terbatas pada keluarga saja, tetapi untuk bangsa dan negara juga. Kelurga merupakan unit terkecil dari masyarakat, oleh karena itu harus dimulai dari keluarga. Bharat dikelilingi oleh tujuh lautan (sapta sindhu). Tujuh lautan itu apa?. Menurut Bapak Anand Krishna tujuh lautan itu adalah lima kesepurnaan yang dicapai oleh lima indera (mata, telinga, hidung, lidah dan kulit), yang ke-enam adalah kesempurnaan yang dicapai oleh pikiran dan yang ke-tujuh adalah kesempurnaan yang dicapai oleh buddhi. Bharat berasal dari kata Bhagawan Rati yang berarti orang yang terikat dengan Tuhan. Siapapun yang mencintai Tuhan disebut Bharati. Dan, seorang Bharati dikelilingi oleh tujuh lautan, sapta shindu. Meskipun dikelilingi oleh sapta shindu, setiap pikiran, perbuatan, dan perkataan harus sempurna adanya, harus ada cinta yang melandasi, bila tidak, tidak akan ada gunanya. Kata Kesetiaan ini berulang-ulang dikatakan oleh Baba, berbeda dengan kata kebenaran dan pengorbanan yang hanya disebut beberapa kali. Kesetiaan ini disebut-sebut sampa dua puluh-an kali. Kenapa?, karena kesetiaan tidak bisa ditawar. Kesetiaan itu ibarat sebelanga susu, bila setitik nila saja jatuh, maka seluruh susu akan rusak, demikian Bapak Anand Krishna mengambil perumpamaan akan arti sebuah Kesetiaan. Bila ada Kesetiaan, kesiapsediaan untuk berkorban, dan Kebenaran, maka tidak akan ada selfish desire, keinginan pribadi. Didalam sebuah kelurga harus ada keharmonisan. Seberapa kalipun kita melakukan Bhajan, Chanting, bila tidak ada keharmonisan dalam keluarga, tidak akan ada gunanya. Harus ada kebersamaan, dan kebersamaan itu harus dimulai dari keluarga. Bapak Anand Krishna melanjutkan, Baba juga mengatakan bahwa kekhawatiran dan kegelisahan yang terjadi karena karma kita. Menurut bapak Anand Krishna, kita jangan cepat-cepat GR dengan mengatakan bahwa ketika kita kena musibah ini adalah cobaan. Karma ini harus dihadapi dan kemudian dicari jalan keluarnya. Cobaan itu hanya dialami oleh orang-orang luar biasa seperti Shita, Kunthi. Apa yang dialami oleh pandawa bukanlah cobaan, tetapi karma yang harus mereka tanggung bersama. Kembali pada keluarga, bahwa, sumi istri harus satu jalan. Tidak bisa berbeda jalan. Bapak nand Krishna mengambil contoh, anak-anak muda yang pacaran beda agama dan berkeinginan untuk pindah salah satu agama pasangannya, sungguh tidak sejalan. Mempertahankan agama masing-masing juga tidak bisa, kecuali punya keyakinan penuh pada sang Guru. Lalu, bagaimana keluarga bisa rukun?Totally focus on God , demikian Baba mengatakan. Bapak Anand Krishna kemudian mengambil contoh, bila salah satu pasangan dalam keluarga tidak mau ikut Bhajan, maka sudah bisa dipastikan mereka tidak akan rukun. Dan Bhajan ini harus dibawa pulang dan kemudian disebarkan. Bapak Anand Krishna menambahkan, bahwa testimoni ini belum selesai beliau ulas, karena waktunya tidak cukup dan beliau berharap pertemuan ini tidak terakhir sampai disini.  Dan akan diulas dalam pertemuan-petemuan selanjutnya. Reportase : Made Mulia – Denpasar, 27 Desember 2011

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun