Mohon tunggu...
Su Rahman
Su Rahman Mohon Tunggu... -

Hanya manusia biasa yang sedang mencari jalan untuk pulang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjadi Bahagia adalah Takdir Manusia

27 Juni 2011   11:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:08 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika membaca buku A New Crist buah karya Anand Krishna ada bagian di dalam buku tersebut yang menerangkan bahwa jika kita ceria dan bahagia maka kita akan menarik elemen-elemen dari alam semesta yang mampu membuat hidup kita lebih baik, rejeki menjadi lebih lancar, kesehatan menjadi lebih baik, singkatnya segalanya menjadi lebih baik. Saya mencoba untuk mencari penjelasannya hubungan antara kecerian dengan kelancaran didalam menjalani kehidupan, dan jawabannya saya dapatkan di buku The Miracle of Edorphin buah karya Dr. Shigeo Haruyama.

Ternyata apa yang terjadi di dalam kehidupan kita tidak lepas dari apa yang kita pikirkan, apa yang kita pikirkan itulah yang mewujud. Jika kita berpikiran positif maka hal positif itulah yang mewujud, jika berpikrian negative maka hal negative itulah yang berwujud. Dan saya baru memahami perkataan para bijak “bahwa kita semua adalah pencipta”. Pola hidup ceria menjadi dasar untuk dapat berpikir postif tanpa paksaan, karena ketika seseorang ceria maka secara alami tubuh memproduksi hormon-hormon kebahagiaan yang diperlukan oleh tubuh untuk memperbaiki keseimbangan system tubuh. Kita tidak dapat mempositif-positifkan pikiran kita, karena pikiran negative akan selalu datang sama kuatnya dengan pikiran positif. Makin kita berusaha untuk memikirkan hal yang positif maka pikiran negative akan datang dengan kekuatan yang sama, oleh karenya yang bisa dijadikan landasan untuk selalu dapat berpikir positif tanpa adanya paksaan adalah dengan menjadi ceria.

Menurut Dr. Shigeo Haruyama menjadi bahagia adalah takdir manusia, manusia diturunkan kebumi ini bukan untuk menjadi sengsara, melainkan untuk menjadi bahagia. Apa yang manusia lakukan selalu untuk mencapai kebahagian, semisal sedang berkendaraan, ketika melihat kondisijalan yang lengang secara otomatis kita akan berupaya untuk memacu kendaraan dengan secepat yang kita mampu, dan jika kebetulan ada mobil didepan maka kita akan berusaha untuk mendahului mobil tersebut. Ada semacam rasa bahagia jika kita bisa melakukan hal tersebut , hal ini menandakan bahwa ada doroangan untuk tetap berada pada posisi bahagia di dalam setiap waktu.

Meditasi Adalah Jawabanya

Di dalam setiap kitab suci agama manapun, kita selalu diajarkan untuk menerima apa yang berikan Tuhan di dalam kehidupan ini. Apa yang terjadi ketika kita menerima suatu kondisi adalah tubuh kita memproduksi hormon-hormon yang baik untuk keseimbangan tubuh, namun jika kita menolak, melakukan ‘bloking ‘ terhadap suatu kejadian, secara otomatis tubuh juga memproduksi hormon yang jika dikeluarakan dalam jumlah yang tinggi dapat menjadi racun yang justeru merusak system keseimbangan tubuh itu sendiri. Oleh karenanya setiap Nabi menganjurkan agar menerima setiap apa yang diberikan oleh Tuhan dikehidupan ini, bersyukur!.

Namun teori selalu mudah jika dibandingkan dengan praktek, oleh karenya diperlukan latihan-latihan untuk membiasakan diri, meditasi adalah jawabannya.Pada saat kita menerima suatu kondisi, kita menjadi santai, menjadi relaks dan hormon kebahagian diproduksi oleh tubuh. Sementara ketika kita menolak suatu kondisi maka akan terjadi ketegangan dan tubuh memproduksi hormon yang dapat meracuni system keseimbangan tubuh.

Latihan-latihan meditasi membiasakan seseorang untuk dapat beralih dari suatu kondisi ke kondisi lain dengan cepat, semisalpada saat jaga dan dalam kondisi stress gelombang otak kita memancarkan frekuensi Beta sekitar 13 – 30 HZ, seorang meditator dapat beralih dengan cepat dari gelombang Beta ke gelombang Alfa sekitar 8 – 13 HZ. Pada gelombang Alfa inilah seseorang menjadi rileks dan santai, meski menghadapi suatu situasi yang menguncang, jika dapat tetap berada pada gelombang Alfa maka hormon-hormon kebahagian tetap diproduksi oleh tubuh untuk terus menjaga keseimbangan dan lahirlah kebahagian yang tercermin di dalam sikap hidup ceria yang kemudian melahirkan pola pikir positif, seperti yang sering dikatakan oleh para bijak semua tergantung dari cara kita memandang. Setengah isi atau setengah penuh. Kalau setengah isi kita akan tegang, kita akan merasa merugi, kita menjadi stress dan tubuh memproduksi racun. Sementara jika kita memandang setengah penuh maka kita akan bersyukur. Sama ketika kita melihat isi dompet tinggal 50Ribu atau masih ada 50Ribu, jika tinggal 50Ribu maka kita akan strees, jika kita memandang masih ada 50Ribu kita masih dapat bersyukur paling tidak masih bisa buat beli bakso dan membeli 1 buku di toko buku loakan. Dan pola pikir inilah yang kemudian dapat mempelancar atau menghabat rejeki yang kita peroleh, memberikan kesehatan atau menjadikan kita sakit.

Apa Seorang Meditator Tidak Boleh Sakit?

Saya rasa sakit atau tidak sakit semuanya ada dipikiran manusia itu sendiri, saya pernah berjumpa dengan seorang yang terkena kanker paru-paru. 10 tahun lalu dia sudah divonis mati oleh dokter, namun tetap hidup hingga bertemu dengan saya. Wajahnya tidak seperti orang sakit yang menerita, wajahnya ceria sekali. Dia sering melemparkan lelucon ketika ngobrol dengan saya, dan saya sadari orang tersebut tetap mengidap kanker namun kanker tidak menghalaginya untuk hidup ceria, untuk menikmati kehidupannya. Dan tubuhnya tetap dapat menopang kehidupanya meski sudah mendapat vonis mati 10 tahun lalu, penyakit sudah tidak lagi mempengaruhi dirinya untuk menikmati hidup dan beryukur. Semua itu tercemin dari keceriaan yang terpancar diwajahnya.

J.Krishnamurti tidak bisa menghindari kanker, Vivekananda pun tidak bisa menghindari diabetes dan banyak para meditator dunia yang pada akhirnya tetap sakit. Namun satu persamaan bahwa para meditator ini tidak terpengaruh oleh penyakitnya, mereka tetap berkarya dan berbagi keceriaan didalam kehidupannya,mereka tetap mewangi ditengah pasar dunia. Buah karya mereka masih tetap hidup dan menghisi kehidupan hingga berabad-abad. Boleh dikatakan mereka hidup abadi lewat karya-karya mereka.

Refrensi :

A New Crist – Anand Krishna – Pt. Gramedia Pustaka Utama

The Miracle of Endorphin – Dr. Shigeo Haruyama - Qanita

= = = =

Di Publikasikan di :

http://www.surahman.com/

http://www.oneearthmedia.net/ind

http://www.facebook.com/su.rahman.full

http://www.kompasiana.com/surahman

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun