Mohon tunggu...
Su Rahman
Su Rahman Mohon Tunggu... -

Hanya manusia biasa yang sedang mencari jalan untuk pulang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sebuah Lamunan Tentang Cinta

31 Mei 2011   05:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:01 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai seorang lelaki yangberjiwa romantis aku sering kali terkapar, terhempas di pukul dan di hajar oleh cinta. Terluka dan tersungkur, memaki dan menghujat. Mengepalkan botol arak ke udara, menenggak isinya hingga muntah dan mencercau. Kemudian kembalimerayu dan melantunkan bait-bait puisi penuh hasrat.

Ah, Cinta.

Hingga langkah kaki ini tiba di sebuah persimpangan, persimpangan antara nyata dan tak nyata,dimana aku menyapa wajah-wajah penuh cahaya, penuh getar ajaib yang tidak bisa kuterjemahkan. Ingin kupeluk dan larut dalam bentuk persetubuhan yang tidak pernah dapat aku bayangkan wujudnya bersama cahaya-cahaya yang terpancar dari wajah-wajah para sosok yang memancarkan getar yang tidak adapat aku terjemahman dalam bahasa tersantun dan termanissekali pun.

*

Ah, Getar.

Getar molekul kimiawi menyeruak membius otak dengan sejuta pesona ketika syaraf-syaraf menangkap sosok penuh pesona, ku klaim getar-getar itu adalah getaran cinta. Api kasmaran membakar dan memicu hasratku untuk berburu. Dengan bujuk rayu dan manipulasi membawanya ke ranjang, menyetubuhi lagi dan lagi dan lagi dan lagi hingga kemudian hampa menyapa

Ah, Hampa

Hampa itu menyelimutiku seperti selimut dingin yang menyiksa, batinku menjerit, jiwaku berontak. Aku gelisah, gelisah di dalam ketidak tahuan tentang kegelisahan itu sendiri. Hampa.

Aku menari lebih sering berlari, entah kemana. Tak kumengerti. Entah kemana masih belum kutahu. Hingga kembali getar kimiwai menyeruak membius otak dengan sejuta pesona ketika syaraf-syaraf menangkap sosok penuh pesona, ku klaim getar-getar tersebut kembali sebagai Cinta.

Bersama cinta, atau dengan mengatasnamakan cinta ku setubuhi dirinya, lagi.. lagi.. dan lagi dan lagi dan lagi dan lagi

Hingga kembali Hampa datang menyelimuti diriku dengan selimut dingin, yang menusuk-nusuk sunsumku dengan penderitaan. Aku gelisah di dalam ketidak tahuan tentang apa yang aku gelisahkan.

Disebuah Persimpangan,

Menurmembisiku dengan suara khasnya.

“Cinta adalah bayang-bayang keabadian yang bersembunyi di dalam relung jiwa, Cinta adalah misteri keabadian yang tidak akan pernah dapat terpecahkan, Cinta adalah kaguangan dan baying-banyan itu sendiri, Cinta adalah Cinta yang meski engkau jelaskan dengan penuh Cinta tetap tidak pernah akan dapat mewakili Cinta oleh karenanya yang bisa engkau lakukan adalah Cintailah CINTA dengan penuh Cinta”

Menur tertawa dengan tawa khasnya yang menggelegar,

Kemudian tubuh moleknya yang hanya di balut oleh gaun tipis tembus pandang, mulai meliuk, mulai menari, Menur mulai menari. Lamat-lamat tubuhnya hilang ditelan kegelapan, namun wangi semerbaknya tetap terasa, nuansa mistisnya tetap terasa.

Terkenang dengan sebentuk memory yang mencengangkan.

**

Lamunan ini kemudian terhenyak,

Dan aku mulai ikut menari dan berputar. Sambil berpuisi tentang beruntungnya mereka yang sedang mempertanyakan cinta, numun lebih beruntung lagi mereka yang mengambil langkah untuk menemukan atau lebih tepatnya merasakan cinta. Namun yang paling beruntung adalah para MENUR yang telah berhasil menemukan persembunyian cinta di dalam relung batinnya sendiri.

Yang sedang menari dan bernyanyi di setiap jalan yang di lalui oleh dirinya, dipersimpangan-persimpangan jalan Menur selalu membisiki jiwa-jiwa dahaga dengan suara khasnya.

*

Lamunanku semalam kusimpan di dalam sisi-sisi hatiku, ku pahat dengan tinta emas agar tiada kulupakan bahwa aku sedang mencari cinta, mungkin lebih tepatnya berupaya merasakan kehadiran cinta di dalam relung batinku sendiri.

Sementara kenyataan kembali membombadir diriku bahwa mayoritas mengartikan getar molekul kimiawi menyeruak membius otak dengan sejuta pesona ketika syaraf-syaraf menangkap sosok penuh pesona, kemudian dengan segala upaya membawanya ke ranjang untuk di setubuhi, lagi.. lagi..lagi dan lagi hingga kemudian hampa datang menyelimuti dengan selimut dingin nan kejam.

Kemudian,

Berselingkuh,

Atau melanjutkan petualangan,

Untuk kembali diselimuti oleh hampa.

Aku menarik dan mengembuskan nafas dengan perlahan, Ah dunia… akan selalu begitu…. Biarkan saja tak perlu dirisaukan. Berjalan sambil sesekali menari dan bernyanyi menyenandungkan keriangan diri, mungkin di sebuah persimpangan aku akan dikatai orang gila. Hahahaha…. Dan kemudian lamunanku kembali masuk ke dalam persimpangan tentang orang gila………

Ku persembahkan untuk para gila yang dengan kesabaran menyadarkan diriku bahwa ada cinta yang perlu di rasakan di dalam kehidupan ini, terimakasih. Tuhan selalu memberkati KALIAN semua, salam cinta”

= = = =

Di Publikasikan di :

http://www.surahman.com/

http://www.oneearthmedia.net/ind

http://www.facebook.com/su.rahman.full

http://www.kompasiana.com/surahman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun