Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rade Garinci, Bukti Pasukan Majapahit di Selatan Dompu

30 Oktober 2023   21:25 Diperbarui: 30 Oktober 2023   23:19 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kuburan Garinci atau yang dalam bahasa lokal disebut Rade Garinci. Kuburan ini memiliki rekam historis bagi sebagian sejarawan yang memiliki minat dalam mengungkap penaklukan-penaklukan Kerajaan Majapahit di nusantara. Terlebih di era Kerajaan Majapahit di masa mahapati Gajah Mada.

Dimana Gajah Mada sendiri dikenal dengan sumpah Palapanya yang manshur, dimana dirinya bersumpah akan menyatukan wilayah nusantara. Untuk merealisasikan keinginan itu, Gajah Mada melakukan serangkaian penaklukan di berbagai wilayah. Menundukkan kerajaan-kerajaan yang merdeka secara otonom, lalu ditundukkan di bawah kekuasaan Majapahit.

Dengan armada yang besar dan ekspansinya ke wilayah timur nusantara, Gajah Mada mula-mula menyerang kerajaan di Pulau Bali. Setelah takluk, pihaknya kemudian melanjutkan penyerangan ke wilayah timur, seperti di Pulau Sumbawa. Di pulau ini, pasukan Majapahit di bawah kendali Gajah Mada menyerang Kerajaan Dompo yang berada di tengah pulau Sumbawa. Penyerangan pertama dilakukan melalui teluk Cempi, namun gagal. Usai gagal, penyerang dilakukan untuk kedua kalinya pada tahun 1357.

Belajar dari kegagalan sebelumnya, Majapahit lalu mengerahkan  kerajaan taklukannya untuk membantu dalam upaya penaklukan ini. Tersebutlah Ki Pasung Gerigis  yang merupakan seorang panglima perang dari Bali. Ia dengan armada tempurnya melakukan pelayaran ke wilayah timur dengan nama Kerajaan Majapahit.

Sesampainya di wilayah kerajaan Dompu, Gerinci demikian ia dikenal oleh masyarakat lokal, meminta kepada penguasa setempat yang bernama Dedela Nata untuk adu tanding. Ini dimaksudkan agar tidak terjadi pertumpahan darah dengan jumlah korban yang banyak. Permintaan ini disanggupi oleh penguasa Dompu kala itu. Tentu dengan adanya kesepakatan di antara kedua belah pihak, maka adu tanding pun dilakukan.

Jika penguasa Dompu kalah dalam adu tanding ini, maka ia dan seluruh rakyatnya harus tunduk pada kekuasaan Majapahit. Dompu akan menjadi wilayah taklukan Kerajaan Majapahit. Kemudian jika panglima Gerinci yang kalah, maka ia dan seluruh armada perangnya harus mengakui kedaulatan kerajaan Dompu. Dengan demikian, kerajaan Majapahit tidak boleh lagi melakukan penyerangan terhadap kerajaan Dompu.

Areal Kuburan Garinci/Dok. Suradin
Areal Kuburan Garinci/Dok. Suradin
Atas kesepakatan itu, kedua belah pihak melakukan adu tanding dengan disaksikan sebagian besar rakyat Dompu kala itu. Karena sama-sama memiliki keahlian dalam bertempur, keduanya saling menyerang satu sama lain. Mula-mula keduanya sama-sama kuat. Sama-sama menunjukkan kemampuannya dalam bertempur.
Namun pada akhirnya keduanya sama-sama terluka dan akhirnya meninggal dunia. Kekalahan dari pihak Dompu menjadikan wilayah ini menjadi daerah taklukan Kerajaan Majapahit. Dan kemudian penaklukan ini dikenal dengan sebutan ekspedisi Padompo.

Karena meninggal dalam adu tanding ini, Garinci dikubur tidak jauh dari Teluk Cempi yang sekarang berada di wilayah administasi Desa Jala, Kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu. Dan kondisi kuburannya hingga saat ini masih bisa dilihat dengan ukuran yang cukup besar dibandingkan dengan kuburan pada umumnya masyarakat kenal.

 Rade GarinciDok. Suradin
 Rade GarinciDok. Suradin
Ketika penulis melakukan observasi langsung kelokasi kuburan Garinci, Senin, 30.Oktober 2023, penulis melihat areal kuburan yang ditandai dengan bebatuan di sekelilingnya yang nampak menghadap ke barat. Bahkan ukurannya bervariasi. Tapi di antara kuburan yang belasan ini, ada satu kuburan yang cukup besar dengan perkiraan panjangannya sekitar 8 meter dan lebarnya sekitar 4 meter.
Kondisinya masih terawat walau di sekitarnya pernah ditanami jagung oleh warga pemilik lahan. Dan berdasarkan informasi dari seorang warga yang penulis jumpai di lapangan mengatakan bahwa sekitar sepuluh tahun yang lalu pernah di datangi oleh rombongan yang ia tidak kenal.

"Saya pernah melihat dan mengajak salah seorang dari rombongan itu berbicara. Katanya keluarga dari Garinci dari Bali. Mereka mengaku keturunannya dan bahkan seharian mereka baru pulang" terang Iswan warga yang memiliki sawah yang tak jauh dari areal kuburan Garinci.

Dok. Suradin
Dok. Suradin
Lanjut Iswan, ia sering melihat hal-hal aneh di areal kuburan Garinci ini. Bahkan suatu ketika ia sedang menjaga tanamannya di malam hari pernah melihat cahaya yang terang. 

Mula-mula ia menganggap itu cahaya senter dari warga yang sedang menjaga tanamannya dari gangguan babi hutan. Namun setelah diperhatikan, cahaya itu berasal di atas salah satu kuburan Garinci.

"Kalau melihat hal yang janggal di Rade Garinci sering sekali. Kadang saya takut, tapi karena harus memastikan tanaman saya terjaga dari gangguan hewan saya memberanikan diri saja" terangnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun