Entah apa alasan pihak sekolah mengundang kami. Pasalnya, kami bukan seorang wartawan mumpuni atau yang benar-benar paham untuk membahas tema besar ini di depan siswa dan guru. Kami hanya pemuda "jalanan" yang menghitung hari dengan beragam kegiatan yang kami sukai. Namun demikian, kami merasa tertantang untuk merefres kembali kedalaman pengetahuan kami tentang jurnalistik.
Di daulat sebagai pemateri utama dalam kegiatan ini, saya merasa gugup di awal-awal menyajikan materi. Pasalnya, saya sudah lama tidak pernah lagi berbicara di depan banyak orang seperti ini. Namun saya meyakinkan diri, ini merupakan kesempatan langka untuk mengekspresikan diri di depan siswa dan guru yang hadir.
Kedatangan kami di sambut dengan hangat oleh kepala sekolah, guru-guru dan siswa. Ruangan IT sekolah merupakan tempat dimana kegiatan jurnalistik ini diselenggarakan. Setelah mendengarkan sambutan kepala sekolah dengan melangitkan harapan-harapan kepada siswanya untuk mengikuti kegiatan jurnalistik ini dengan serius dan memahami materi yang sampaikan dengan baik. Kemudian setelah sambutan selesai, tiba pula giliran saya berdiri dan menyajikan  materi dengan bantuan proyektor.
Kurang lebih satu jam saya berdiri memaparkan materi dengan antusias siswa mendengarkannya. Sejurus kemudian dilanjutkan dengan diskusi "bebas". Dimana siswa bebas bertanya apa saja tentang media, literasi serta yang berkaitan dengan dunia jurnalistik. Ada banyak pertanyaan. Semuanya bisa saya jawab dengan gamblang sesuai dengan kapasitas pengetahuan saya yang tidak seberapa tentang jurnalistik.
Mendengar itu mereka mengangguk tanda setuju.Â
Bahkan ada pula siswa bertanya tentang motivasi saya menulis bahkan bisa sampai  menulis buku. Padahal mereka  belum tahu, saya hanya sekedar menyalurkan hobi saja dengan menulis. Karena sejujurnya, saya masih jauh dari kata sebagai penulis sungguhan.
Tapi apa boleh buat, karena diundang, saya memberanikan diri untuk berbicara tentang media dan literasi. Kenapa dua hal ini penting di sampaikan kepada siswa. Karena menurut hemat saya, media ibarat hardware dalam komputer.
Ia merupakan wadah atau perangkat dimana seorang penulis bisa menyalurkan ide-idenya. Sementara literasi serupa sofware. Ia adalah ide yang terangkai dalam barisan kalimat dan paragraf, kemudian menjadi satu cerita utuh yang menyambung satu sama lain.
Itu hanya analogi saja. Terkait benar dan tidaknya perumpaan tersebut biar pembaca budiman yang bisa menilainya. Tapi yang pasti antara media dan literasi ibarat dua sisi mata uang. Keduanya saling berhubungan satu sama lain. Sebab, jika membahas media, maka akan diulas pula tentang literasi.
Usai menjelaskan materi, saya memberikan kesempatan  kepada siswa untuk menulis berita dengan cara mereka sendiri. Setelah sekian menit berlalu saya terperanjap dengan melihat beberapa tulisan siswa di depan layar komputer. Tulisan mereka keren. Bagus. Dan bahkan saya hampir tidak percaya dengan struktur tulisan mereka. Pasalnya, mereka masih berstatus siswa.
Jika tulisan itu ditulis oleh penulis kawakan, mungkin akan dianggap biasa. Tapi ini ditulis oleh siswa yang baru pertama kali mengikuti diklat jurnalistik. Pada siswa ini saya memendam kekaguman. Tanpa sadar saya sedang belajar pada semangat mereka belajar. Mareka masih remaja jika tidak ingin disebut dewasa. Tapi semangat belajarnya patut diacungi jempol.