Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Nurul, Gadis Pemahat Kisah Sambil Berjualan

17 Januari 2022   23:01 Diperbarui: 20 Januari 2022   02:31 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SEBUT saja namanya Nurul. Umurnya masih 20 tahun. Belum lama dia menyelesaikan studinya di SMAN 1 Kota Bima. Kini dirinya memilih membantu ibunya menjual buah-buahan.

Dengan lapak sederhana di pinggir jalan, dia menjajakan jualannya. Buah-buahan itu menyembul dengan beragam jenis. Mulai dari durian, salak, anggur, rambutan, hingga buah Naga. Walau pun naganya tidak pernah muncul. 

Tempatnya sangat strategis, selain karena berada di pinggir jalan dan dekat dengan tempat wisata Ama Hami di pinggir Kota Bima, juga tidak seberapa jauh dari pasar kota. Tentu pilihan menentukan tempat ini berdasarkan berbagai pertimbangan.

Walaupun menurut Nurul, ibunya harus membayar uang kebersihan seribu rupiah perharinya serta membayar lokasi tempatnya menjual. 

Dokpri. Kantor Bupati Bima
Dokpri. Kantor Bupati Bima
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dari arah terminal Kota Bima, lapaknya mudah terlihat oleh pengguna jalan, baik yang keluar dari kota Bima maupun dari kabupaten Dompu maupun Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.

Jalan ini sangat ramai sabang hari. Bahkan ketika malam tiba, denyut kehidupan penghuni kota Bima, serupa kota-kota metropolitan di pulau Jawa dan Sumatra.

Kota ini sudah mulai ramai, dengan di dukung wisata pantai serta warisan sejarah yang masih terawat hingga kini. 

Ini merupakan keuntungan tersendiri bagi para pedagang, seperti Nurul dan Ibunya. Mereka bisa meraup keuntungan lebih dari hiruk pikuk masyarakat perkotaan yang mulai ramai dengan segala dinamikanya. Apalagi ketika malam minggu, sekitar tempatnya menjual menjadi salah satu tempat berkumpul dan bersantai bagi mereka yang melepas penat dari kesibukan bekerja.

Pantai Ama Hami dan Pantai Lawata merupakan salah satu tempat favorit bagi masyarakat kota untuk bersantai menikmati pergantian pekan yang selalu dirayakan dengan berkumpul sembari berbagi kisah. 

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin

Bagi Nurul, keramaian kedua tempat wisata tersebut akan memberikan berkah tersendiri baginya kala menjual. Ditambah lagi wisata sejarah di atas bukit di belakang terminal menjadi sangat ramai ketika di waktu tertentu.

Di belakang tempatnya menjual terhampar kuburan China. Dimana orang-orang China yang meninggal di kota ini biasanya di makamkan di belakang tempatnya Nurul menjual sekarang.

Tidak ada ketakutan apa lagi kekhawatiran yang berlebihan, karena jalanan sangat ramai sabang waktu. Terlebih tidak hanya dia seorang  menjual, ada beberapa lapak yang berdiri di pinggir jalan dengan menjual aneka makanan dan minuman. 

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin

Saya bertemu Nurul ketika singgah dan membeli buah-buahan di tempatnya menjual, Senin, 17 Januari 2022. Karena ada satu urusan penting, saya kembali berpijak di kota paling timur Pulau Sumbawa ini. Saya tidak sendiri. Dengan menggunakan mobil jenis Inova saya bersama beberapa orang.

Sebut saja, Pak Haris, Pak Nurdin, Bang Syarif, Yusuf, Firdaus dan Wawan sebagai driver kami. Kami datang beramai-ramai untuk menikmati di awal pekan ini untuk menyelesaikan satu agenda yang kami anggap cukup urgen untuk segera tuntaskan. 

Hampir seharian kami berada di kota Bima. Menyambangi beberapa tempat lalu melerai setiap agenda yang sudah direncanakan sehari sebelumnya.

Setelah di rasa tuntas, kami pun memutuskan pulang. Pada saat pulang ini lah mobil kami berhenti di depan lapaknya Nurul.

Saya sendiri yang memutuskan bertransaksi dan berbincang dengan Nurul. Dia menyambut saya dengan hangat. Sebagai penjual tampaknya Nurul harus ramah terhadap setiap pembeli yang datang. 

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Saya menunjuk satu jenis buah. Salak. Ya salak yang saya beli untuk dimakan bersama selama perjalanan. Saya membeli dua kilo dengan harga Rp. 45.000. Satu kilo salak dari Lombok dan satu kilo salak dari Bali. Berbeda asal muasalnya berpengaruh pula pada harganya.

Jika salak Bali dibandrol satu kilonya dengan harga Rp. 20.000, sementara salak dari Lombok di jual dengan harga Rp. 25.000. Ketika ditanya mengapa berbeda. 

"Kalau salak dari Lombok terasa manis, sementara salak Bali rasanya agak kecut" Ungkap Nurul memberi penjelasan. 

Kalau di pikir-pikir pulau Bali agak sedikit lebih jauh dari kota Bima dibandingkan dengan pulau Lombok. Tapi rasa telah membedakan keduanya. Rasa pula yang menentukan harganya di pasar.

Dan memang, dari segi fisik kedua salak tersebut tampak berbeda memang. Entah faktor apa yang membedakan kenapa keduanya memiliki fisik yang berbeda, saya tidak ingin terlalu jauh bertanya. 

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Saya pikir, Nurul bukan seorang birokrasi yang menangani urusan  perdagangan. Bukan pula seorang sarjana pertanian, yang bisa menjelaskan tentang jenis tanah dan cuaca bisa mempengaruhi pada tanaman hingga rasa yang dihasilkan berbeda.

Nurul hanyalah seorang penjual yang selalu mengipas mimpinya agar bisa menjadi orang sukses dalam jualan bersama ibunya.

Baginya hidup harus terus diperjuangkan. Tidak boleh berpangku tangan apa lagi menyerah pada keadaan. Karena satu pencapaian besar harus di mulai dengan satu langkah pertama. 

Nurul merupakan satu potret seorang gadis yang berani menyemburkan diri pada tantangan hidup. Ketika gadis seusianya merengek minta handphone merek terbaru pada orang tuanya, justru Nurul berpeluh keringat dan merawat kesabaran dalam menunggu pelanggan.

Bahkan tidak sedikit masa-masa remaja seperti dirinya yang menentukan tempat wisata mana lagi yang akan disambangi di akhir pekan, malah dirinya setia membantu dan menemani ibunya berjualan. 

Di dalam dirinya ada setitik harapan ingin melanjutkan karir pada jenjang yang lebih tinggi setelah mengakhiri studi di bangku sekolah.

Tapi saat ini membantu ibunya berjualan tampak merupakan jalan bahagia yang di pilihnya. Baginya ibunya adalah pahlawan dalam kehidupannya.

Dirinya tampak tidak tega meninggalkan ibunya berjualan sendiri. Membantunya merupakan pilihan bijak saat ini. Sebab tidak ada kebahagiaan yang bisa terlukiskan jika sudah bersama ibu.

Pada Nurul, saya belajar banyak hal. Mulai berani menepikan impian demi membantu ibunya. Kemudian Nurul seolah sedang menampar keegoisan saya sebagai seorang anak yang belum bisa setia kepada seorang ibu. Saya tampaknya harus belajar pada kesetiaan Nurul membantu ibunya berjualan. 

Nurul seolah ingin mengatakan kepada gadis seusianya di luar sana. Bahwa dengan berbakti kepada ibu maka segala kebahagiaan di dunia ini akan mudah digapai.

Karena membantu dan bersama dia yang menghadirkan manusia di bumi adalah malaikat yang tidak bersayap yang tak pernah lelah untuk menghamparkan kasih sayangnya. 

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Saya tidak hanya membeli salak, tapi justru mendapatkan pelajaran penting dari  gadis yang bernama Nurul. Pelajaran tidak hanya dihamparkan guru di depan ruang kelas.

Kepada siapa pun bisa mendapatkan pelajaran tentang nilai-nilai kehidupan. Bahkan kepada semesta sekali pun, akan ada banyak pelajaran jika kita peka untuk mempelajarinya.

Dan saat ini, Nurul memberikan pelajaran kepada saya yang masih haus akan pengetahuan bagaimana seyogyanya kita hidup. 

Karena langit sore tampak mulai gelap. Kami pun memutuskan melanjutkan perjalanan untuk kembali  berkumpul dengan keluarga di rumah masing-masing.

Kami tahu, sejauh jauhnya kami meninggalkan kampung halaman, akan selalu ada alasan untuk kembali. Karena di sana ada keluarga yang selalu setia menunggu untuk melanjutkan kehidupan yang fana ini. 

Saat ingin bergegas, saya melangitkan doa kepada pemilik semesta, semoga Nurul dan ibunya tetap sehat dan sukses selalu dalam kesibukannya berjualan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun