Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Perempuan dan Pohon Nangka

16 Januari 2022   17:14 Diperbarui: 16 Januari 2022   17:16 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PEREMPUAN itu sedang menyapu halaman rumahnya ketika mulai terang tanah. Malam menepi. Mimpi-mimpi berlalu bersama bergantinya hari. Dia mengenakan jilbab coklat yang di pinggirnya berwarna putih. Di sapunya dedaunan yang berjatuhan di tanah. Di arahkan ke satu sudut. Lalu dipungutnya kemudian dimasukan ke dalam karung. Jika sudah penuh, biasanya di buang di tempat terjauh dari kampung dengan menggunakan motor. Itu biasa dilakukannya dua kali sepekan.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Menyapu halaman rumah dilakukannya setiap hari kala pagi menyapa. Bahkan setelah menunaikan sholat subuh dan menyiapkan sarapan pagi bagi keluarganya, dia sudah berpegang sapu dan membersihkan halaman rumahnya. Di pekarangan yang tidak seberapa lebar itu, di tumbuhi tiga pohon nangka, dua pohon pepaya serta tiga pohon pisang yang salah satunya sudah berbuah yang sedang membungkuk tak jauh dari pagar. Di antara pohon yang ada, pohon nangka penyumbang terbesar daun yang jatuh di tanah. Walau sudah masuk musim penghujan, daun pohon yang buahnya sangat manis ini selalu berjatuhan setiap harinya.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Namun demikian, pohon yang sengaja di tanam sepuluh tahun silam ini sudah banyak buahnya di sumbang untuk acara-acara hajatan, berupa sunatan, doa minta hujan terlebih untuk kebutuhan sayuran pada saat pernikahan. Di kampung, buah nangka bukan saja enak dimakan pada saat matang, tetapi juga sangat diperlukan untuk acara-acara penting di kampung. Bahkan tidak jarang warga dari kampung lain datang untuk membelinya.
Tidak hanya di rumah perempuan itu, pohon nangka berada. Hampir di setiap rumah di dusun yang diberi nama Kuta itu warganya memiliki pohon nangka. Bahkan di seluruh seantero kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, hanya di dusun kecil itu yang pohon nangka di tanam warga di halaman rumahnya. Entah bagaimana awal mulanya, pohon nangka itu di tanam.
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Tapi kalau menelisik cerita tetua kampung yang berseliweran dari mulut ke mulut hingga saat ini. Bibit-bibit pohon nangka ini dibawa oleh orang-orang tua terdahulu dari dusun yang bernama yang sama di Kabupaten Bima. Pasalnya, pendiri kampung ini adalah mereka yang berpindah dari Bima ke Dompu. Hubungan itu hingga kini masih terjalin baik. Waktu itu, pohon nangka sengaja di tanam agar masyarakat tidak kesulitan dan harus ke Bima untuk memetik buah nangka kala di butuhkan saat ada acara di kampung. Jadilah pohon nangka itu tumbuh subur hingga kini. Bahkan saking rindangnya pohon nangka yang menjulang hingga ranting dan dahannya menaungi gang dan jalan raya.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dan perempuan itu adalah generasi kesekian melihat pohon nangka di halaman rumahnya. Tampaknya dia tidak pernah tahu kenapa kampung dan rumahnya ditumbuhi pohon nangka. Atau jangan-jangan dirinya tidak menganggap itu penting untuk dicari tahu. Mungkin baginya, keberadaan pohon nangka di rumahnya adalah hasil buah tangan dingin bapaknya. Dan bisa jadi dia memendam amarah serta rasa jengkel karena setiap pagi harus menyapu halaman rumahnya dari dedaunan yang terbaring di tanah.
Tapi yang pasti, pohon nangka telah memberinya kesejukan kala panas matahari menyengat kulit. Di bawah pohon nangka itu, dirinya biasa berkumpul dengan teman-temannya. Merasakan kesejukan ketika angin sepoi-sepoi menyapa sembari menikmati rujak dengan ulekan sambal yang pedas. Di situ pula ibu-ibu berkumpul dan berbagi cerita dengan banyak topik yang diulas dengan canda tawa. Dan sering pula mengundang amarah kala gosip di hamparkan.

Seingatnya, pohon nangka itu tumbuh subur karena selalu di sirami air oleh ibunya sekitar sepuluh tahun yang lalu. Pohon nangka yang dulu hampir sering diinjak ternak yang masuk mencari dedaunan segar untuk di santap, kini sudah rindang hingga ke luar pagar. Saat ini seolah menjadi kewajiban baginya untuk selalu menyapu dedaunan yang berjatuhan. Bahkan sapu lidi dan karung selalu disiapkannya untuk memastikan halaman rumah bersih dari dedaunan yang jatuh.

Padanya ada hikmah yang bisa dipetik sebagai pelajaran. Di antara yang bisa disebutkan.

Pertama, perempuan ini seolah ingin berkata kepada semesta, bahwa perempuan Indonesia, terlebih yang tinggal di desa bukan mereka yang suka berpangku tangan. Sebab, setiap pagi sudah bergumul dengan beragam pekerjaan, termasuk menyapu halaman rumah. Perempuan harus bisa menjadi contoh bagi generasi yang dilahirkannya, bahwa pada mereka lah madrasyah pertama untuk menimba pengalaman hidup sebelum mendapatkan pengaruh dari lingkungan yang lebih luas.

Kedua, kisah perempuan ini menunjukkan pentingnya kebersihan. Bagaimana halaman rumah merupakan cermin awal bagi setiap yang akan bertandang ke kediaman kita. Sebab jika halaman sudah kelihatan bersih dari luar, maka barang tentu di dalam rumah sudah bersih dan rapi. Dan sebaliknya, jika halaman rumah kelihatan kotor, jorok dengan sampah berserakan dimana-mana, maka tidak adem dan tidak nyaman untuk di pandang, apa lagi jika ingin ada pihak yang bertandang. Bahkan halaman rumah akan menunjukkan bagaimana penghuninya.

Ketiga, halaman rumah yang ditumbuhi pepohonan, maka bisa dimaknai bahwa penghuninya memberi ruang kepada ciptaan tuhan yang lain untuk hidup bersanding dengan manusia. Terlebih seperti pohon nangka yang dapat memberi banyak manfaat bagi manusia terlebih buahnya yang manis. Selain itu, halaman rumah yang ada pohonnya menjadikan suasana tampak sejuk dan adem. Sehingga akan mengundang banyak orang untuk bersantai dan bahkan ranting-rantingnya bisa digunakan burung untuk membuat sarang bagi keluarganya.

Keempat, keberadaan pohon nangka di halaman rumah bisa memberi inspirasi bagi manusia lain untuk ikut menanam. Karena tidak sedikit orang yang ingin meniru pihak lain jika dipandangnya itu adalah sesuatu yang baik. Terlebih ingin menjadikan halaman rumahnya terlihat hijau dan adem di pandang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun