PEREMPUAN itu sedang menyapu halaman rumahnya ketika mulai terang tanah. Malam menepi. Mimpi-mimpi berlalu bersama bergantinya hari. Dia mengenakan jilbab coklat yang di pinggirnya berwarna putih. Di sapunya dedaunan yang berjatuhan di tanah. Di arahkan ke satu sudut. Lalu dipungutnya kemudian dimasukan ke dalam karung. Jika sudah penuh, biasanya di buang di tempat terjauh dari kampung dengan menggunakan motor. Itu biasa dilakukannya dua kali sepekan.
Tidak hanya di rumah perempuan itu, pohon nangka berada. Hampir di setiap rumah di dusun yang diberi nama Kuta itu warganya memiliki pohon nangka. Bahkan di seluruh seantero kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, hanya di dusun kecil itu yang pohon nangka di tanam warga di halaman rumahnya. Entah bagaimana awal mulanya, pohon nangka itu di tanam.
Tapi yang pasti, pohon nangka telah memberinya kesejukan kala panas matahari menyengat kulit. Di bawah pohon nangka itu, dirinya biasa berkumpul dengan teman-temannya. Merasakan kesejukan ketika angin sepoi-sepoi menyapa sembari menikmati rujak dengan ulekan sambal yang pedas. Di situ pula ibu-ibu berkumpul dan berbagi cerita dengan banyak topik yang diulas dengan canda tawa. Dan sering pula mengundang amarah kala gosip di hamparkan.
Seingatnya, pohon nangka itu tumbuh subur karena selalu di sirami air oleh ibunya sekitar sepuluh tahun yang lalu. Pohon nangka yang dulu hampir sering diinjak ternak yang masuk mencari dedaunan segar untuk di santap, kini sudah rindang hingga ke luar pagar. Saat ini seolah menjadi kewajiban baginya untuk selalu menyapu dedaunan yang berjatuhan. Bahkan sapu lidi dan karung selalu disiapkannya untuk memastikan halaman rumah bersih dari dedaunan yang jatuh.
Padanya ada hikmah yang bisa dipetik sebagai pelajaran. Di antara yang bisa disebutkan.
Pertama, perempuan ini seolah ingin berkata kepada semesta, bahwa perempuan Indonesia, terlebih yang tinggal di desa bukan mereka yang suka berpangku tangan. Sebab, setiap pagi sudah bergumul dengan beragam pekerjaan, termasuk menyapu halaman rumah. Perempuan harus bisa menjadi contoh bagi generasi yang dilahirkannya, bahwa pada mereka lah madrasyah pertama untuk menimba pengalaman hidup sebelum mendapatkan pengaruh dari lingkungan yang lebih luas.
Kedua, kisah perempuan ini menunjukkan pentingnya kebersihan. Bagaimana halaman rumah merupakan cermin awal bagi setiap yang akan bertandang ke kediaman kita. Sebab jika halaman sudah kelihatan bersih dari luar, maka barang tentu di dalam rumah sudah bersih dan rapi. Dan sebaliknya, jika halaman rumah kelihatan kotor, jorok dengan sampah berserakan dimana-mana, maka tidak adem dan tidak nyaman untuk di pandang, apa lagi jika ingin ada pihak yang bertandang. Bahkan halaman rumah akan menunjukkan bagaimana penghuninya.
Ketiga, halaman rumah yang ditumbuhi pepohonan, maka bisa dimaknai bahwa penghuninya memberi ruang kepada ciptaan tuhan yang lain untuk hidup bersanding dengan manusia. Terlebih seperti pohon nangka yang dapat memberi banyak manfaat bagi manusia terlebih buahnya yang manis. Selain itu, halaman rumah yang ada pohonnya menjadikan suasana tampak sejuk dan adem. Sehingga akan mengundang banyak orang untuk bersantai dan bahkan ranting-rantingnya bisa digunakan burung untuk membuat sarang bagi keluarganya.
Keempat, keberadaan pohon nangka di halaman rumah bisa memberi inspirasi bagi manusia lain untuk ikut menanam. Karena tidak sedikit orang yang ingin meniru pihak lain jika dipandangnya itu adalah sesuatu yang baik. Terlebih ingin menjadikan halaman rumahnya terlihat hijau dan adem di pandang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI