Patung-patung yang dipahat di dinding tebing sebagian disinyalir sengaja dirusak, tapi syukur masih ada yang tersisa yang masih bisa di lihat oleh pengelana seperti saya. Terlihat pula tulisan di langit tebing yang berhuruf Belanda. Entah apa artinya saya hanya memendam tanya pada hati.
Kembali saya mengambil gambar sebagai bukti kunjungan. Setelah sibuk berfoto ria, saya dan bang Syarif melepas lelah sambil berbincang di atas batang pohon yang mengarah ke arah teluk. Beruntungnya lagi kami bersama warga yang ikut nimbrung. Jadilah saya mendengar tuturan pria paruh bayah ini tentang keberadaan situs dan beberapa warga setempat yang sering menemukan peninggalan masa lalu di sekitar areal situs.
Menurutnya, sejak dulu di tempat tersebut masih dianggap keramat oleh warga setempat. Kisah-kisah mistik masih diyakini oleh beberapa kalangan. Terlebih di malam-malam tertentu. Dulu, sebelum gunung di sekitar situs digundul untuk pembukaan lahan jagung, ada banyak cerita warga yang berseliweran tentang hal-hal yang diluar nalar manusia normal. Dan hingga kini cerita-cerita serupa masih mengawet dalam tuturan tetua kampung.
Peninggalan ini sekiranya untuk tetap dijaga dan dirawat untuk generasi di masa yang akan datang. Karena masa lalu penting sebagai modal untuk membangun karakter generasi bangsa agar tidak terlena dan terjerumus pengaruh dari luar.
Setelah lama berbincang kami pun memutuskan untuk pulang dengan melangitkan harapan untuk bisa kembali lagi di tempat ini.