Perahu itu lalu ditarik ke pantai dengan susah payah setelah melewati terjangan ombak yang tak kunjung berhenti.
Ketika ditanya penghasilan, Yamin sejenak terdiam.Â
Tatapannya kosong. Di tatapnya langit biru yang maha luas. Seolah ada getir dalam jiwanya yang sulit ditumpahkan.Â
Ada keinginan yang tak kunjung terpenuhi hingga dirinya tak pernah berubah secara ekonomi.Â
Sementara dalam darahnya mengalir jiwa petualang warisan bapaknya yang kini masih menggelorakan semangatnya untuk menerjang ganasnya ombak.
"Penghasilan menjadi nelayan hanya cukup makan saja, tampak sulit jika untuk mengembangkan hidup" Ucapnya pelan hampir tak terdengar.
Yamin menyadari tampaknya menjadi nelayan adalah pilihan yang logis walau hasilnya tidak selamanya menggembirakan.Â
Sempat bekerja di sektor yang lain, tapi tak cukup alasan baginya meninggalkan sepenuhnya menjadi nelayan.Â
Menjadi nelayan serupa takdir yang mengharuskannya untuk setia pada apa yang pernah diajarkan orang tuannya.Â
Walau pun sering kali mengeluhkan penghasilan yang tidak seberapa besar untuk menafkahi keluarganya.
Dirinya berharap ada keberpihakan pemerintah lewat kebijakan-kebijakannya untuk mengatur harga, agar tangkapan nelayan bisa diapresiasi dengan harga yang proposional.Â