Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Generasi Pelaut

21 November 2021   22:24 Diperbarui: 21 November 2021   22:28 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DI kawasan Asia Tenggara khususnya di kepulauan Nusantara kita mengenal masyarakat Bajo atau Bajau. Mereka mendiami pesisir kepulauan seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku di timur Indonesia. Bahkan di pulau-pulau yang berbatasan dengan negeri tetangga mereka berkarib dengan ruang samudra.

Persebaran orang Bajo di Nusantara sudah di tulis oleh banyak peneliti. Orang Bajo di sebut orang laut. Mereka meregenerasi hingga kini. Rekam jejak mereka sebagai pelaut ulung sudah terekam dalam banyak literasi. Dan hingga kini orang-orang Bajo masih bisa dijumpai di belantara kepulauan Nusantara.
                                ***

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Anak itu tampak sibuk dengan jaring di tangan. Melerainya dengan cekatan. Tampak dia terbiasa dengan pekerjaan itu. Gemuruh ombak memecah pantai tak jauh dari tempatnya berdiri. Tatapannya hanya fokus pada jaring yang berada di dalam perahunya. Sebagai anak nelayan, dirinya terbiasa dengan kehidupan sebagai anak pesisir.

Tampak tidak banyak anak seusianya memilih melanjutkan profesi orang tuanya. Dia satu di antara yang sedikit memutuskan bergumul dengan laut. Sejak kecil dirinya telah di didik dan diajak orang tuanya mengenal kehidupan sebagai masyarakat pesisir. Hamparan pasir yang memanjang, perahu yang bersisian, karang dan bebatuan terhampar kala air surut, merupakan tempatnya bermain dan menikmati hari.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Ketika anak seusianya sudah mengenal kecanggihan gawai di tangan. Sibuk dengan style dan kendaraan terbaru, namun dirinya masih berkarib dengan laut. Dia terlahir menjadi nelayan. Ketika bapaknya sudah mulai menua karena usia, dirinyalah yang akan melanjutkan tongkat estafet keluarganya untuk tetap mencari nafkah di laut.

Pengalaman merupakan guru terbaik yang mengajarinya menjadi pelaut ulung. Di usianya yang masih remaja dirinya telah berani menantang ombak, berlayar sendiri, mengarungi ruang samudra hingga menatap laut yang tak bertepi. Di sanalah jaringnya di lepas hingga ke dasar laut. Hanya langit yang menjadi atap dalam kesendirian. Tidak siang, malam pun dia terbiasa menjaring ikan di ruang samudra.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Laut serupa kebun yang luas dan memberi kehidupan pada semesta. Dalam berlayar, dirinya tidak dilengkapi dengan alat-alat dan teknologi yang canggih. Hanya mesin tempel yang dipasang pada buritan perahu yang membawanya jauh dari pesisir. Satu tungku tempatnya memasak dan membakar ikan hasil tangkapan.

Di bagian tengah, terpasang terpal yang seukuran satu tangan orang dewasa, sebagai tempat berteduh dari sengatan matahari dan berlindung kala hujan membasahi bumi. Jika malam menyapa, dirinya terbiasa duduk memegang lutut lalu melepas pandang pada kilauan lampu rumah-rumah yang berada di pesisir pantai. Bintang-bintang menerangi malam hingga mimpi menjemput pagi.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Di benaknya dia selalu merawat dengan baik pesan bapaknya. Bahwa sesaat sebelum melaut harus ada ritual pribadi yang masih terjaga dan dilakukannya. Hal ini bertujuan agar terhindar dari marabahaya selama berada di tengah lautan. Hempasan angin, awan di langit, buih di pesisir pantai kala air mencium pantai, dan deburan ombak yang beriring, merupakan tanda yang sedang menjelaskan tentang semesta.

Dalam berlayar, harus ada perhitungan yang matang dengan kemampuan membaca tanda-tanda alam. Dengan begitu, ini sangat memberi pengaruh. Selain terhindar dari marabahaya juga bisa menentukan hasil tangkapan. Bertahun tahun diyakininya dengan benar akan kebiasaan itu. Petuah-petuah tetua kampung diyakini dengan sepenuh hati. Karena itu akan sangat membantu selama mengarungi lautan luas.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dia serupa orang Bajo yang sabang hari selalu berada di laut. Daratan seolah hanya tempat sejenak melepas penat. Setelah itu kembali berlayar, menentukan titik berhenti, mematikan mesin, lalu melepas jaring hingga menyapa karang. Ikan-ikan terperangkap. Memenuhi perahu jika hasilnya menggembirakan. Lalu tersenyum lepas karena laut menjawab harapan. Karena dengan hasil tangkapan itu dapurnya kembali mengepul.

Dia menyulam kisah lewat laut. Memahatnya hingga kelak menjadi histori. Kisah-kisah heroiknya akan di kenang generasi. Kini ia mastikan bahwa semua yang dilakukannya untuk memberi senyum kepada kedua orang tuanya. Dia anak yang patuh dan menghormati setiap apa yang dianjurkan orang tuanya. Dan selalu melangitkan doa agar keduanya bisa segera berpijak di tanah suci Mekkah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun