Mengikuti rangkaiannya. Detik demi detik agar benar-benar di pahami. Menyelam dalam-dalam kisah yang ingin di tulis, agar memiliki gizi, dan rasa yang enak bagi pembacanya.
Kerja peliputan memang mengasyikan. Saya bisa mengenal banyak orang. Ada hal baru pada setiap momen. Termasuk pada orang baru yang ditemui. Kisah-kisah kemudian berkelindan satu sama lain. Memperkaya wawasan dan memperat silaturahmi. Menambah jejaring pertemanan.
Benar saja, walau mantan dari sekolah ini, kini saya  bersua dengan guru-guru baru. Saya memang merasakan keterasingan, setelah lama tidak lagi bergumul dengan suasana menjadi seorang pendidik.Â
Dan kini saya memilih jalan yang berbeda. Jalan dimana, harus menjumpai beragam kelas sosial hanya untuk mendapatkan informasi. Petani hingga kelas pejabat. Dan saya menikmati profesi ini walau tidak banyak memanen rupiah. Tidak apa, toh pada akhirnya semua akan indah pada waktunya.
Saat mengambil gambar, tiba-tiba seorang guru menyapa saya dengan sopan. Guru itu memang sudah mengenal saya sejak saya masih seprofesi dengannya. Kini tampaknya dia sudah menjadi orang penting di sekolah ini. Dalam hati, saya hanya bisa mengagumi dedikasinya yang luar biasa.Â
Dia masih merawat semangat menjadi garda terdepan untuk mencerdaskan anak bangsa. Semangatnya tak pernah layu, walau waktu terus melaju.Â
Guru-guru bergantian keluar masuk di sekolah ini. Siswa siswi pun demikian. Tapi melihat dia yang tetap smart menjalani profesi sebagai seorang pendidik, saya hanya bisa berdecak kagum.
Saya tidak mengikuti semua rangkaian acara yang dihelat di pelataran gedung kantor ini. Tapi paling tidak, kenangan menjadi seorang pendidik, kini kembali kambuh.Â
Namun demikian nasi telah menjadi bubur. Setiap pilihan adalah yang terbaik. Dan kini saya telah jauh meninggalkan profesi mulia ini. Pada mereka yang masih konsisten di jalan ini, saya hanya bisa menaruh hormat.
"Bang sudah pulang ta" Tanya Lili Asmawati, SP pembina Osis lewat via WA.
Ya, sehari sebelumnya kami terhubung komunikasi lewat via Wa untuk peliputan hari ini. Tapi saya keburu pulang karena ada urusan penting yang membutuhkan penangan lebih cepat.Â
Paling tidak saya kembali berpijak untuk menyiram kenangan di sekolah ini. Sabang waktu saya berjanji akan datang kembali memungut kisah-kisah yang berserak untuk dikisahkan di lain waktu. Apakah Anda punya kenangan? Jika ia, maka tulislah.