MATAHARI masih terlihat cerah ketika kaki saya berpijak di Pantai Situs Nangasia. Suasana pantai masih terlihat sepi. Maklum lembayung senja belum menyapa semesta. Mula-mula saya sendiri dan menikmati jus yang disuguhkan pemilik lapak.
Ini kali kesekian saya berpijak di pantai yang punya hamparan pasir putih ini. Namun spasinya cukup lama. Tiga bulan. Baru kali ini kembali menikmati suasana pantai ini. Kerinduan seolah membuncah.Â
Ada jejak yang mendorong untuk kembali. Kenangan tiga bulan yang lalu masih merekah di dalam benak. Alasan untuk kembali cukup banyak tertera untuk diurai. Kisah masa itu ingin terulang. Demi menjawab kerinduan, jadilah saya kembali berpijak. Kembali menyulam kisah yang pernah putus karena suatu alasan.
Pantai Situs Nangasia memang sangat strategis. Berada di pinggir jalan utama menuju desa selatan kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat sehingga mudah dijangkau oleh pengunjung. Pantai ini nampaknya ke depan akan menjadi salah satu destinasi wisata yang menjanjikan. Baik bagi investor terlebih masyarakat setempat. Pasalnya, dengan keberadaan pantai Situs Nangasia yang semakin ramai pengunjung ini bisa meningkatkan ekonomi masyarakat.
Di awal-awal membuka lapak dan mendesain pantai Situs Nangasia satu tahun yang lalu, saya pernah datang mewawancarai langsung Ibu Nursinah dan suaminya.Â
Ketika itu, saya disambut dengan baik, bahkan minuman yang saya pesan tidak di suruh bayar.Â
Tapi saya menghargai usaha dan jerih payah pasutri ini. Dengan anak kecilnya yang berumur sekira tujuh tahun, mereka tinggal di pantai Situs Nangasia. Lapaknya tak berjarak dengan pantai. Tapi sekarang, terlihat sudah ada pondasi kokoh di lapaknya yang masih dibaluti papan triples.
"Bagaimana pelanggan bisa betah, dan pertahankan prinsip kita. Dan rezeki tuhan yang atur" Ucap Nursinah.
Lebih lanjut dirinya tidak terlalu memusingkan sedikit banyaknya pengunjung. Karena menurutnya, rezeki sudah di atur oleh yang maha kuasa. Dirinya mengakui efek pemberitaan yang pernah saya tulis setahun silam tentang pantai Situs Nangasia.Â
Pengunjung yang datang tidak hanya masyarakat kecamatan Hu'u saja, bahkan tidak sedikit yang datang dari luar kecamatan bahkan beberapa komunitas dan kelompok kepemudaan dari kabupaten Bima. Bahkan salah seorang anggota DPRD di Kabupaten pernah menjadikan pantai ini sebagai lokasi resesnya.
Kami sejenak berbincang mengenai pekerjaan. Ada banyak yang diurai. Kisah berantai menjadi referensi yang mudah terwartakan. Saya memilih mendengar. Bang Idhar berkisah tentang pekerjaan dan interaksinya dengan beberapa pihak di tempat pekerjaan. Ia bertutur dengan cukup baik. Kisahnya datar tapi syarat makna dan pelajaran.
"Pekerjaan harus dengan hati dan keinginan terus belajar terus dilakukan" Ucapnya memotivasi.
Saya menaruh hormat kepada pengalamannya yang menahun. Dirinya telah mengetahui seluk beluk pekerjaan yang digelutinya. Sehingga harapannya kepada siapapun untuk tidak boleh berhenti belajar. Karena dengan begitu akan memudahkan dalam mengerjakan pekerjaan apa pun jika sudah ada pengalaman karena kemauan belajar sebelumnya.
Karena suatu alasan, kami kemudian memutuskan untuk beranjak. Dan kelak ada banyak alasan untuk kembali menikmati panorama pantai Situs Nangasia. Ada jejak yang tertinggal bersama langit sore yang mulai gelap. Biarkan waktu terus melaju, tapi jejak ini akan selalu memanggil dan menarik untuk bersemai dengan lembayung senja di pantai ini.
Adakah engkau memiliki hasrat untuk menikmati lembayung senja di pantai Situs Nangasia? Jika ia, maka datanglah, karena dirimu sangat berarti bagi semesta. Dan bisa menyulam kisah bersama dengan orang terkasih yang kelak menjadi kenangan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI