Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Merah Putih di Tengah Hamparan Persawahan

15 Agustus 2021   06:13 Diperbarui: 15 Agustus 2021   06:43 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya melanjutkan menggali ubi jalar dengan bapak mertua. Hanya dua bedeng, cukup dibawa pulang. Dua karung kecil, kemudian dipikul hingga ke rumah. 

Tidak dijual, hanya untuk di konsumsi sendiri. Tapi, bapak mertua menjual jika ada pembeli yang datang ke rumah. Tapi untuk keluarga biasanya diberi gratis. 

Bukan hanya kali ini bapak mertua menanam ubi jalar. Untuk menambah penghasilan sebagai abdi negara di sebuah perkantoran di ibu kota kecamatan, bapak mertua sudah beberapa kali menanam ubi jalar. Bahkan sawah yang ditanami, di sewa kepada warga setempat dalam durasi setahun.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Berada di hamparan persawahan dan melihat pemandangan, ada damai terasa. Ada keharmonisan yang menyatu dengan angin yang berhembus kencang. Indonesia negeri dengan sumber daya alam yang melimpah, tapi sebagian masyarakatnya masih terseok menuntut kesejahteraan.

Saya menyadari belum banyak memberi kontribusi bagi negeri ini. Saya belum bisa seperti greysia Pholii dan Apriani Rahayu yang telah  berhasil mengharumkan nama Indonesia lewat cabang olah raga bulu tangkis di Olimpiade Tokyo Jepang. Bahkan saya  belum bisa seperti Lalu Muhammad Zohri yang membanggakan negeri ini di ajang yang sama.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Namun demikian, di unjung pulau Sumbawa ini. Di desa yang masih jauh dari hiruk-pikuk perkotaan ini, kami masih merawat ke-Indonesia-an. Dengan cara kami tentunya. Indonesia semerbak harum serasa bunga matahari menyambut hari. 

Ia berdiri kokoh menantang langit di sela gunung dan hamparan persawahan yang luas. Indonesia di tanah para Ncuhi ini tidak sekedar dinyanyikan secara seremonial seperti acara di TV. Tapi telah merasuk di sanubari warganya sembari merawat kisah heroik para leluhur yang mengusir penjajah di masa lalu.

Indonesia dirapalkan setiap denyut nafas warganya. Mengalir ke dalam darah, lalu berwujud pada ucap dan laku. Indonesia tetap dinyanyikan untuk menumbuhkan jiwa patriotisme generasi. 

Di HUT-Nya yang ke-76 ini, hanya ini yang bisa kami kabarkan tentang kecintaan kami terhadap Indonesia di pelosok negeri ini. Semoga Indonesia ini terus berbenah dan menjadi bangsa yang makmur, hari ini, lebih-lebih di masa yang akan datang. Semoga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun